Kabupaten Padang Pariaman
Rumah Sudah Teraliri Listrik, Nabila Semakin Mantap Menata Cita-Cita Jadi Guru Agama
Rumah Rasip yang berada di Gumali Bukit Jariang, Guguk Kuranji Hilir, Padang Pariaman itu, sejak awal Ramadhan 1444 H lalu sudah teraliri listrik.
Penulis: Panji Rahmat | Editor: Rahmadi
TRIBUNPADANG.COM, PADANG PARIAMAN - Lesung Pipit Nabila Ramadani (15) anak Rasip, keluarga yang belasan tahun tidak teraliri listrik lebih sering terlihat sejak rumah mereka sudah masuk listrik.
Rumah yang berada di Gumali Bukit Jariang, Guguk Kuranji Hilir, Padang Pariaman itu, sejak awal Ramadhan 1444 H lalu sudah teraliri listrik.
Keluhan Nabila yang sebelumnya kesulitan fokus belajar menggunakan lampu teplok terjawab sudah.
Anak pertama dari dua bersaudara itu semakin giat belajar setelah adanya listrik, ia lebih leluasa membolak balik buku pelajarannya pada malam hari.
"Alhamdulillah, sekarang belajarnya lebih tenang dan fokus, sehabis pulang sekolah bisa membantu orang tua, karena malam sudah ada listrik jadi tidak diburu pekerjaan rumah (PR)," terangnya menutupi senyum bahagia di balik ujung kerudung hitamnya.
Baca juga: Kabupaten Solok akan Punya Mal Pelayanan Publik, Tempati Bekas Gedung Kantor Bupati di Kubung
Pelajar yang duduk di kelas X MAN itu, makin mantap menata cita-citanya menjadi guru agama. Di bawah terangnya lampu, ia bisa memperdalam kemampuan ilmu agamanya.
Nabila dan Zilhan (adiknya) sekarang hanya perlu menekan stock kontak lampu untuk mulai mengaji dan belajar sehabis Maghrib.
Kebiasannya setiap sore mengecek ketersediaan minyak tanah di lampu teplok mulai tersingkirkan.
"Saya sangat bersyukur sekali, rumah sudah teraliri listrik," ucapnya .
Ibunya Resmawati (37) turut menyampaikan rasa bahagia yang sama. Ia menilai semangat belajar Nabila meningkat dengan adanya listrik ini.
Baca juga: Waspada Penipuan, Akses Layanan Kelistrikan Resmi Aman Melalui PLN Mobile
"Saya juga lebih leluasa mengajarinya mengaji, tidak seperti sebelumnya," tutur Resmawati.
Aliran Listrik Masuk
Kegelapan yang belasan tahun menggerogoti kehidupan keluarga Rasip warga Gumali Bukit Jariang, Guguk Kuranji Hilir, Kabupaten Padang Pariaman, sudah berakhir.
Rasip mengaku rumahnya sudah teraliri listrik pada awal Ramadhan 1444 H, setelah pemerintah daerah, dinas terkait, kepolisian dan pihak PLN menyambangi rumahnya.
"Jadi sehabis pemberitaan itu, satu persatu datang ke rumah mendata dan menanyai kebutuhan kami," terang Rasip saat dikunjungi, Jumat (5/5/2023).
Puncaknya pada awal Ramadhan 1444 H pihak PLN mengantarkan dua buah tiang listrik dan memasangnya di perkarangan rumah Rasip.
Tiga hari setelahnya baru dipasang meterannya, setelah itu rumah tersebut sudah bisa diterangi lampu pada malam hari.
Baca juga: Merekam Kehidupan Rasip dan Keluarga di Padang Pariaman, Belasan Tahun Hidup Tanpa Listrik
"Kebetulan perangkat lampunya sudah ada, beberapa tahun lalu, waktu ada rencana akan dimasukan listrik," terangnya, menarik garis bibir bahagia.
Sewaktu meteran terpasang Rasip langsung membeli bohlam lampu dan memasangnya di sejumlah titik mulai dari teras, ruang tengah dapur dan kamar tidur.
Lampu teplok yang belasan tahun menemani Rasip sekarang sudah tersimpan di rak ruang tengah rumahnya, meski masih berisi minyak tanah.
"Lampu teplok masih ada, jaga-jaga kalau lampu mati," terang ayah dua anak ini berseloroh.
Selain lampu teplok, setrika arang yang biasa ia pakai juga sudah istirahat pula. Baju sekolah kedua anaknya sekarang digosok menggunakan setrika listrik baru.
Baca juga: Pemkab Padang Pariaman Bantu, Wujudkan Keinginan Rasip dan Keluarga
Kendati demikian untuk memasak, istri Rasip masih menggunakan tungku kayu. Lalu, pasokan air masih menampung air hujan atau mengambilnya di sungai berjarak ratusan meter.

Belasan Tahun Tanpa Listrik
Sebelumnya diberitakan bahwa istri Rasip, Resmawati mengaku sudah belasan tahun rumahnya tidak aliri listrik dan menggunakan lampu teplok untuk beraktifitas di malam hari.
"Sudah 13 tahun kami menjalani rutinitas ini," kata Resmawati saat ditemui TribunPadang.com, Rabu (15/3/2023)
Sejak rumah mereka selesai dibangun dan mereka huni, tiga belas tahun silam, belum sekalipun aliran listrik masuk.
Baca juga: PLN Kembali Cetak, Kinerja Keuangan Terbaik Sepanjang Sejarah
Keluarga itu hanya bertopang pada lampu teplok dan menggunakan lampu senter.
Tidak adanya aliran listrik itu sejalan dengan tidak adanya aliran air.
Sehingga Resmawati harus mengambil air berjarak 500 meter untuk kebutuhan makan dan minum.
Kalau air Mandi Cuci Kakus (MCK), keluarga itu mengambilnya sejauh 200 meter dari rumahnya.
Air itu silih berganti dipikul oleh Resmawati dan Rasip dan anaknya.
Baca juga: Promo Harbelnas, PLN Beri Voucher Tambah Daya Listrik, Begini Caranya
Air itu biasanya diambil saat matahari masih terbit, disimpan dalam ember-ember sesuai posnya.
"Pokoknya kebutuhan air yang diambil sampai untuk anak-anak mandi pergi sekolah," terang perempuan penyabar itu, sambil menunjuk ember tempat penyimpanan air.
Rawat Rasa Nasionalisme Kaula Muda, Sebanyak 34 Paskibraka Padang Pariaman Dikukuhkan |
![]() |
---|
Normalisasi Sungai Batang Anai di Talao Mundam Padang Pariaman Diperpanjang hingga 500 Meter |
![]() |
---|
Bupati Padang Pariaman Sidak SDN 21 Batang Anai, Kecewa Sekolah Kotor hingga Toilet Bau Pesing |
![]() |
---|
Pemkab Padang Pariaman Dukung Tradisi Basapa sebagai Cikal Bakal Wisata Religi Berskala Nasional |
![]() |
---|
Basapa Syattariyah di Ulakan Dibagi Tiga Gelombang, Ratusan Ribu Jamaah Hadir di Padang Pariaman |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.