Kabupaten Padang Pariaman
Merekam Kehidupan Rasip dan Keluarga di Padang Pariaman, Belasan Tahun Hidup Tanpa Listrik
Waktu menunjukan pukul 17.45 WIB, sinar surya perlahan redup, Nabila Ramadani (15) mulai menuntun langkah bersama ibunya menuruni gundukan bukit untuk
Penulis: Panji Rahmat | Editor: Mona Triana
TRIBUNPADANG.COM, PADANG PARIAMAN - Waktu menunjukkan pukul 17.45 WIB, sinar surya perlahan redup, Nabila Ramadani (15) mulai menuntun langkah bersama ibunya menuruni gundukan bukit untuk kembali ke rumah.
Rumah Nabila berada di Gumali Bukit Jariang, Guguk Kuranji Hilir, Padang Pariaman. Dari jalan utama Padang Pariaman - Agam via Tiku rumahnya berjarak sekitar 4 km.
Agar bisa sampai ke rumahnya, ada beberapa pendakian terjal yang harus dilalui, jalannya beralas kerikil tanah, hanya kendaraan roda dua yang bisa melintas.
Di tangannya tergenggam telepon pintar, gadis belia itu baru selesai mendownload pekerjaan rumah dari sekolahnya di atas gundukan bukit, di tempat secuil sinyal berada.
Langkah hati-hati dari Nabila dan ibunya menapaki jenjang tanah bekas ladang, bergegas menuju rumah.
Di rumah, Nabila langsung mengambil empat buah lampu teplok untuk memastikan bahan bakarnya masih ada.
Sedangkan ibunya Resmawati (37) langsung menuju dapur menyusun kayu, mematik api, mencuci beras dan menanaknya.
Sesekali bara merah itu tak berapi, ia tiup menggunakan bambu berlubang sebesar telunjuk orang dewasa untuk menyalakan api.
Di waktu yang sama Ayah Nabila, Rasip (45), sudah menyusun langkah pulang dari sawah bersama anak lelakinya Zilhan (9), yang memopong sepeda warna merah di pendakian terjal menuju rumahnya.
Mereka sekeluarga sebelum matahari terbenam sudah harus berada di rumah, saling menerangi setiap keluarga di tengah keterbatasan cahaya.
Belasan Tahun Tanpa Aliran Listrik
Pukul 18.15 WIB, sebelum adzan Maghrib berkumandang, Nabila kembali ke kamar, Zilhan mengambil handuk bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Resmawati masih bolak-balik di dapur, menyiapkan makan malam
Rasip duduk di depan tumpukan jagung kering, mengakanya ditemani temaram lampu teplok, mengangsur pekerjaan yang bisa diangsur.
"Sudah 13 tahun kami menjalani rutinitas ini," kata Resmawati masih mondar-mandir di dapur.
Kali pertama keluarga itu datang, Nabila masih sangat kecil, lokasi rumah itu di rimba sansai. Tangan Resmawati, Rasip dan adik ibunya Rasip yang merambah rumput tinggi itu.
| Nasib Siswa SDN 30 V Koto Usai Sekolah Terbakar, Pemkab Padang Pariaman Pindahkan Ruang Belajar |
|
|---|
| Tiga Tradisi Padang Pariaman Resmi Ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia |
|
|---|
| Dua Pemuda di Lubuk Alung Tersetrum saat Buka Tenda Pelaminan, Timbul Percikan Api |
|
|---|
| Hampir Setengah Dana Hibah BNPB untuk Sumbar Dialokasikan di Padang Pariaman, Perbaiki Infrastruktur |
|
|---|
| Bangkitkan Ekonomi Masyarakat yang Sempat Lumpuh, BNPB Resmikan 3 Jembatan di Padang Pariaman |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.