Kabupaten Padang Pariaman
Merekam Kehidupan Rasip dan Keluarga di Padang Pariaman, Belasan Tahun Hidup Tanpa Listrik
Waktu menunjukan pukul 17.45 WIB, sinar surya perlahan redup, Nabila Ramadani (15) mulai menuntun langkah bersama ibunya menuruni gundukan bukit untuk
Penulis: Panji Rahmat | Editor: Mona Triana
Resmawati kembali ke periuk tanak berasnya, Rasip duduk bersandar di ruang tengah rumah berukuran 3 kali 3 meter melepas penat seharian ke ladang.
Pukul 19.00 WIB Nabila dan Zilhan menyongsong dua lampu teplok ke ruang tengah dekat Rasip duduk.
Keduanya membuka Al Qur'an menyusun huruf Hijaiyah dengan suara pelan bersahutan.
Hanya beberapa menit, setidaknya satu lembar Al Qur'an mereka tuntaskan, meja lipat sudah ada di sana.
Keduanya mulai menggelar buku pelajaran mereka mengangsur pekerjaan rumah dari sekolah untuk esok hari.
Keduanya tidak bisa diganggu untuk beberapa waktu, sorot mata mereka fokus, tangannya telaten mencoret buku tulis dan mulutnya komat kamit membaca pertanyaan di buku pelajaran.
Meski sudah rutin kegiatan belajar dan mengaji ini dilakukan, Nabila mengaku masih kesulitan untuk tetap fokus di tengah keterbatasan cahaya lampu.
"Kalau susah pastilah, belum lagi lampu teplok itu padam ditiup angin saat belajar, tapi harus tetap dijalani," kata Nabila, pelajar yang duduk di kelas XI Madrasah Aliyah Negeri itu.
Selain keterbatasan saat malam hari, jika ada tugas sekolah dalam jaringan, siswi yang masuk peringkat 10 besar di sekolahnya itu, harus mendaki bukit pula untuk mendapat sinyal.
Tidak jarang dalam keseharian anak yang sedikit pemalu itu, mendapat ejekan dari teman sekolahnya. Seperti tinggal di hutan, tidak merasakan listrik dan lainnya.
"Bermacam-macam pula ejekannya, karena saya tinggal di sini tidak mendapat aliran listrik," kata Nabila menyeka air mata.
Tapi ketabahan hatinya dan Zilhan, membuat semua keterbatasan itu, jadi kebiasaan, sehingga tidak ada lagi umpatan yang bisa mereka lontarkan.
Buktinya setiap hari Nabila terus menempuh jalan yang sama sejauh 3 km dan Zilhan satu km untuk pergi menuntut ilmu ke sekolah.
Jadi Penerang di Tengah Kegelapan
Kesusahan keluarganya ini tidak bisa dipungkiri Rasip, sosok kepala keluarga yang terlihat gemar bekerja.
| Nasib Siswa SDN 30 V Koto Usai Sekolah Terbakar, Pemkab Padang Pariaman Pindahkan Ruang Belajar |
|
|---|
| Tiga Tradisi Padang Pariaman Resmi Ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia |
|
|---|
| Dua Pemuda di Lubuk Alung Tersetrum saat Buka Tenda Pelaminan, Timbul Percikan Api |
|
|---|
| Hampir Setengah Dana Hibah BNPB untuk Sumbar Dialokasikan di Padang Pariaman, Perbaiki Infrastruktur |
|
|---|
| Bangkitkan Ekonomi Masyarakat yang Sempat Lumpuh, BNPB Resmikan 3 Jembatan di Padang Pariaman |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.