Demo Sopir Angkot di Padang

Sopir Angkot Pasar Raya-Unand Keluhkan Anjloknya Omzet: Dulu Masih Bisa Bernapas, Kini Sudah Susah

Sejak kehadiran Trans Padang Koridor VI, rata-rata Arman hanya membawa pulang uang sebanyak Rp50 ribu saja. Sebelum kehadiran Trans Padang, ia bisa ..

Penulis: Wahyu Bahar | Editor: Fuadi Zikri
TribunPadang.com/Wahyu Bahar
Seorang sopir angkutan kota (angkot) lurus jurusan Pasar Raya-Kampus Universitas Andalas (Unand) Kota Padang, Arman (48) saat dijumpai TribunPadang.com di depan Kantor DPRD Kota Padang, Senin (13/3/2023). 

Ia berharap, kepentingan sopir angkot untuk mencari nafkah menjadi perhatian pemerintah.

"Apa-apa yang menjadi keluhan para sopir angkot dapat di dengar pemerintah untuk kemudian mencarikan solusinya," imbuh Arman.

Sejujurnya, kata Arman, ia tak menaruh benci terhadap kehadiran Trans Padang. Hanya saja, saat ini perlu aturan yang jelas soal halte dan titik pemberhentian Trans Padang.

Sementara itu, sopir angkot jurusan Pasar Raya - Kampus Unand lainnya, Hendri (40) mengatakan, ia juga tidak mempermasalahkan adanya Trans Padang untuk kepentingan mobilisasi masyarakat.

Baginya, perlu pengetatan aturan agar Trans Padang tetap beroperasi, namun tetap mengakomodir kepentingan angkot.

"Dimana keramaian ada plang. Kadang-kadang ada di tengah taman. Titik strategis diambil," ujar Hendri.

Kata dia, jarak tempuh trayek Pasar Raya - Kampus Unand sekira 17 Kilometer.

Namun, saat ini menurutnya sudah ada sekira 70 titik pemberhentian Trans Padang, atau per 250 meter, yang bagi Hendri itu terlalu dekat.

Sepengetahuan dia, awalnya titik pemberhentian Trans Padang hanya berjumlah 43 titik saja.

Hal semacam itulah yang menjadi sorotan Hendri dan sopir angkot lainnya, agar dapat dievaluasi oleh Pemerintah Kota Padang.

Ia menuturkan, saat ini kabarnya akan ada penambahan 10 bus Trans Padang Koridor VI. Hal itu menurutnya semakin memperburuk perekonomian para sopir angkot.

"Kama kami ka mancari makan lai? (Kemana kami akan mencari nafkah?)," ujarnya.

Sebelum adanya Trans Padang, ia bisa meraup omzet hingga Rp150 ribu per hari. Namun, saat ini penurunannya begitu drastis.

Rata-rata hanya Rp50 ribu yang terbawa pulang. 

"Kami baranak, babini (kami punya anak, punya istri), uang segitu untuk semuanya," ujar bapak dua orang anak ini.

Halaman
123
Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved