Kota Pariaman
Saya Tahu Orang Ini Tadi Makan Apa, Kisah Supardi 18 Tahun Jaga WC Umum di Pantai Gandoriah Pariaman
"Sekarang kalau masuk WC yang kotor, saya sudah tau ini orang habis makan apa dari jenis dan baunya," terangnya mengenang keahlian aneh itu.
Penulis: Panji Rahmat | Editor: afrizal
"Sekarang kalau masuk WC yang kotor, saya sudah tau ini orang habis makan apa dari jenis dan baunya," terangnya mengenang keahlian aneh itu.
Kali pertama bertugas menjaga WC umum, satu orang pengguna membayar Rp 25 hingga Rp 50, dengan pendapatan harian untuknya paling besar Rp 500 per hari.
Pendapatan sebanyak itu menurutnya sebanding dengan ragam noda kuning yang selalu ia sikat jelang pulang ke rumah untuk istirahat.
Kepercayaan atasannya pada Supardi yang cekatan soal kebersihan, membuatnya kembali dipercaya menjaga WC umum yang baru berjarak sekitar 30 meter dari tempat sebelumnya.
Di tempat yang baru ini, Supardi membayar sewa sebanyak Rp 800 ribu setahun, dengan jumlah WC 4 buah, harga sewa dengan pemasukannya masa itu sesuai dengan kebutuhan sehari-harinya.
Lalu ayah 5 anak itu kembali berpindah lagi di sekitaran stasiun dan baru pada tahun 2020 lalu, ia mendapat tempat baru di kawasan wisata Pantai Gandoriah.
Tempat ini berada persis di bawah landmark tulisan pantai Gandoriah di bibir pantai, itu merupakan tempat WC umum keempat yang ada di kawasan wisata ini.
Tempat ini berada di bawah pengawasan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Pariaman, WC umum yang dikelola Supardi kali ini diperuntukan untuk perempuan, dengan jumlah 9 buah kamar, 5 buah kamar bilas dan 4 buah WC.
Ukurannya sekitar 12 meter dengan lantai beralas ubin keramik yang atasnya kasar agar tidak licin.
Pintunya dari plastik, 4 buah Wc- nya 3 kloset duduk dan 1 kloset jongkok.
Kondisinya sangat bersih, setiap pagi selalu ia bersihkan, bahkan kalau sudah lebih 10 orang masuk ia kembali mengecek kebersihannya, serta sore sebelum berkemas pulang WC kembali ia bersihkan.
"Ganti olahraga," katanya tertawa.
Pembersihan ini harus rutin ia lakukan mengingat banyak pengguna yang tidak sadar akan kebersihan WC setelah menggunakan.
"Makin kemari makin parah perangai penggunanya," kata ayah yang sudah menyekolahkan 2 dari 5 anaknya hingga bangku kuliah ini.
Sudah 18 tahun bertugas, baru sekarang ia melihat ragam laku pengguna mulai dari membuang kotoran di bak atas kloset, di lantai dan saluran pembuangan air.