Mengintip Bagian Dalam Jam Gadang Bukittinggi, Ternyata Bertingkat Enam

Terkadang berpose di depan Jam Gadang menjadi sebuah keharusan bila berkunjung ke Sumbar, terutama Kota Bukittinggi.

Penulis: Muhammad Fuadi Zikri | Editor: afrizal
TribunPadang.com/FuadiZikri
Penampakan Jam Gadang Bukittinggi dari dalam. 

Di dalam mesin Jam Gadang terdapat sejumlah roda gigi berukuran besar yang saling terhubung dan banyak komponen yang agak rumit.

Namun yang menarik perhatian adalah sebuah besi panjang yang selalu bergerak mengayun.

Besi itu memutar sebuah roda gigi yang dikenainya.

Lalu terdapat sebuah besi bulat berwarna putih yang di pinggir lingkarannya terdapat angka-angka, dan di atasnya terdapat besi bertuliskan "B. Vortmann".

Semua komponen itu selalu bergerak dan tak terlihat terhubung dengan baterai maupun arus listrik.

Beranjak ke bagian puncak menara, terdapat sebuah lonceng berukurang besar.

Penampakan Jam Gadang Bukittinggi dari dalam.
Penampakan Jam Gadang Bukittinggi dari dalam. (TribunPadang.com/FuadiZikri)

Di tengah-tengah lonceng terdapat tulisan "B. Vortmann, Rellinghausen, I.W Germany".

Diketahui, Vortman adalah nama belakang Benhard Vortmann, si pembuat jam dan Recklinghausen nama kota di Jerman, tempat mesin jam ini diproduksi pada 1892.

Lonceng ini selalu berbunyi setiap waktu menunjukan pukul 00. Misal pukul 08.00 WIB dan lain sebagainya.

Tak hanya lonceng, di bagian puncak ini juga terdapat sebuah serambi melingkar yang dapat melihat Kota Bukittinggi dari berbagai sisi.

Dari puncak ini tentu bisa melihat bagaimana keramaian pengunjung di pelataran Jam Gadang dan padatnya rumah penduduk di Kota Bukittinggi.

Penampakan Jam Gadang Bukittinggi dari dalam.
Penampakan Jam Gadang Bukittinggi dari dalam. (TribunPadang.com/FuadiZikri)

Dari sini juga dapat melihat dengan jelas Gunung Marapi dan Singgalang yang mengapit Kota Bukittinggi.

Sepintas Sejarah Jam Gadang

Walikota Bukittinggi, Erman Safar mengatakan, bangunan Jam Gadang ini didirikan pada 1926 dan selesai 1927, pada masa kolonial Belanda.

Pembangunannya, kata dia diprakarsai oleh Hendrik Roelof Rookmaaker, yang ketika itu menjabat sebagai sekretaris di Fort De Kock (kini Bukittinggi).

Halaman
1234
Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved