Suka Duka Kehidupan Seorang Nelayan di Kota Pariaman, Melaut Selama 20 Tahun, Pernah Diterpa Badai

Aktivitas melaut tentu menjadi hal sudah biasa bagi masyarakat yang tinggal di pesisir pantai. Umumnya masyarakat pesisir pantai berprofesi sebagai n

Penulis: Wahyu Bahar | Editor: Mona Triana
TribunPadang.com/Wahyu Bahar
Risman (36) Nelayan Pauah Barat Kota Pariaman saat diwawancarai wartawan di atas perahu miliknya di perairan laut Kota Pariaman, beberapa waktu lalu 

Begitupun mengenai penampakkan Gunuang Pasaman dalam keadaan tertentu.

"Jika 'basebo' (awan menutupi bagian atas), maka biasanya di perairan Pariaman akan badai, jadi kita tidak bisa melaut," ucap Risman.

Nelayan Pauah Barat Kota Pariaman, Risman (36) saat memancing di perairan Kota Pariaman beberapa waktu lalu
Nelayan Pauah Barat Kota Pariaman, Risman (36) saat memancing di perairan Kota Pariaman beberapa waktu lalu (TribunPadang.com/Wahyu Bahar)

Penampakkan Gunuang Pasaman yang 'basebo' kata dia bisa dilihat dari pinggir Pantai Pariaman di waktu tertentu.

Selain itu, ia menjelaskan mengenai beberapa pengaruh rotasi bulan dan bintang yang menyebabkan besarnya ombak di perairan laut.

"Bintang gadang (bintang besar) yang terjadi saat bintang balago jo bulan, dan lepas ke barat, dan itu tanda akan terjadinya badai," tuturnya.

Biasanya atas keadaan itu, kata dia badai akan terjadi selama satu pekan, dan ombak akan besar.

Baca juga: Uang Kertas Milik Seorang Nenek di Lubuklinggau, Rusak Dimakan Tikus: Kisahnya Viral di Media Sosial

Selanjutnya mengenai angin timur laut, seperti gejala 'Bintang Kalo' yang berarti susunan bintang menyerupai hewan kalajengking.

"Bisa diartikan ketika capit kalajengkingnya masuk ke dalam bulan, itulah tanda hari akan badai yang lepas ke barat," terang dia sambil mengilustrasikannya kepada wartawan.

Lanjut dia lagi, juga ada fenomena bintang banyak, sebuah tanda bahwa bintang banyak tersebut bergerak dari timur menuju selatan, dengan kondisi angin yang cukup kencang dan ombak yang tidak terlalu besar itu tandanya nelayan bisa melaut.

Baca juga: Kisah Peserta SKD CPNS Sumbar, Jauh-Jauh dari Agam hingga Kurang Tidur Demi Menghafal Undang-Undang

Ia melanjutkan, juga ada tanda bintang kuniang (bintang kuning), dimana terdapat bintang yang terang berwarna kuning, dengan arti akan terjadi badai sekira 3 hari berturut-turut.

Di lain hal, Risman bercerita tentang berbagai kondisi yang dirasakan saat melaut selama 20 tahun ini.

"Hujan badai panas terik pernah saya rasakan, dan hujan di laut sudah seperti air untuk mandi bagi saya," kata dia sambil berkelakar.

Ia kemudian membeberkan beberapa pengalaman melaut yang tak akan pernah terlupa dari pikirannya.

Baca juga: Kisah Kakek 74 Tahun Penjual Es Krim Keliling di Pariaman, Dorong Gerobak dari Pagi hingga Sore

"Saya pernah diterpa badai selama 4 hari, sehingga tidak bisa menepi ke daratan, dan akhirnya saya beserta rekan-rekan harus istirahat di Pulau Angso yang saat itu masih sepi," ucap dia.

Saat itu, kata Risman bekal yang ia bawa tidak mencukupi lagi karena harus menetap di pulau tersebut.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Padang
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved