Pemerintah Optimis Minyak Sawit Jadi Energi Alternatif Pengganti Solar
Pemerintah optimis minyak sawit menjadi energi alternatif pengganti solar pada tahun 2025. Hal ini diungkapkan Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikult
Penulis: Rizka Desri Yusfita | Editor: Mona Triana
Laporan Wartawan TribunPadang.com, Rizka Desri Yusfita
TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Pemerintah optimis minyak sawit menjadi energi alternatif pengganti solar pada tahun 2025.
Hal ini diungkapkan Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Sumatera Barat (Sumbar) Candra pada acara seminar Peningkatan Kompetensi Wartawan dan Humas Pemerintah tentang industri kelapa sawit Indonesia di Padang, Rabu (14/8/2019).
• GAPKI: Produksi Sawit Indonesia Jauh Lebih Rendah dari Negara Tetangga Malaysia
• PWI Gelar Seminar tentang Industri Kelapa Sawit, Terungkap Pasaman dan Dhamasraya Daerah Potensial
• Badan Karantina Pertanian Kementan Lepas Ekspor Cangkang Sawit dari Sumbar ke Jepang
Menurut Candra, solar hampir 70 persen dikonsumsi oleh industri dan pabrik. Hal tersebut otomatis membuat kebutuhan terhadap minyak sawit makin lama makin meningkat.
"Kebijakan pemerintah sekarang ini dimulai secara bertahap. Tahap satu, pemerintah hanya menetapkan kontribusi minyak sawit sebesar 10 persen.
Tahap kedua, mendekati 30 persen. Tapi pada kenyataannya kita sudah mampu mencapai 60 persen," jelas Candra.
• Kawanan Pencuri Nekat Potong Besi Rel Kereta Api Lalu Sembunyikan di Kebun Sawit
• KPU Sebut Partisipasi Pemilih Pada Pemilu 2019 di Sumbar Bervariasi
• Dilantik 28 Agustus 2019, Ini Daftar 65 Anggota DPRD Sumbar Terpilih, Terbanyak dari Dapil Sumbar 6
Pemerintah menargetkan secara nasional, pengembangan sawit secara penuh pengganti biodiesel.
"Ke depan kita terus berupaya mengembangkan sumber CPO sebagai alternatif pengganti nantinya," harap Candra.
Sementara itu, Ketua Bidang Komunikasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Tofan Mahdi optimistis bahwa industri kelapa sawit akan tetap menjadi industri yang strategis bagi perekonomian Indonesia.
• POPULER SUMBAR - Jamaah Haji Embarkasi Padang Wafat Bertambah 3 Orang| Prakiraan Cuaca Sumbar
• Sempat Kabur, Sopir Truk Maut Ditangkap Polisi, Kecelakaan di Silayiang Sumbar yang Tewaskan 4 Orang
• Besok, Jemaah Tarekat Syattariyah di Ulakan Padang Pariaman Sumbar Laksanakan Salat Idul Adha
Meskipun kondisinya tahun ini adalah kondisi yang paling berat karena harga minyak sawit ini saat ini mencapai level paling rendah sejak 10-15 tahun terakhir.
"Memang kita melihat sejak awal 2019 bahkan akhir 2018 harga terus turun bahkan sempat di akhir 2018 mencapai angka 460 US Dollar per ton untuk CPO.
Pada 2019 kondisinya terus bergerak sekitar 470 hingga 500 US Dollar.
• 2 Sapi dan 3 Kambing Disembelih di Kantor PWI Sumbar, Wujud Syukur dan Pengorbanan
• Hendak Dikurbankan, 2 Ekor Kambing Mati Dimangsa Beruang Madu di Tanah Datar Sumbar
• TRIBUNWIKI: Selain Jam Gadang, Ini 5 Objek Wisata yang Wajib Dikunjungi di Bukittinggi Sumbar
Ini tantangan bagi seluruh pemangku kepentingan dalam industri kelapa sawit bagaimana kita harus segera menemukan solusi untuk memberikan dorongan dan stimulasi sehingga harga minyak sawit di pasaran bisa naik," jelas Tofan Mahdi.
Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan daya serap pasar domestik.
Tofan Mahdi mencontohkan kebijakan mandatori B-20 pindah ke B-30 pada awal 2020. Sehingga nantinya akhir 2020 bisa melompat ke B-50.