Berita Populer Sumbar

4 BERITA POPULER SUMBAR: KLB Campak Hantam Pariaman dan Gelar Pahlawan Nasional Rahmah El Yunusiyyah

Gelar pahlawan nasional untuk Rahmah El Yunusiyyah sudah diajukan sejak zaman Gubernur Sumatera Barat, Azwar Anas menjabat.

Editor: Rezi Azwar
Ilustrasi TribunPadang.com/Fuadi Zikri
KLB CAMPAK PARIAMAN - Ilustrasi campak. Kota Pariaman kini berhadapan dengan Situasi Darurat Kesehatan Masyarakat setelah kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) Campak melonjak drastis hingga lebih dari 400 persen di tahun 2025. 

"Sebetulnya kita mengusulkan gelar Pahlawan Nasional untuk bunda Rahmah ini sudah lama sekali," ucapnya.

"Bahkan sejak zamannya Azwar Anas," sambungnya.

Ia melanjutkan, setelah pengakuan itu, negara baru memberikan penghargaan pertama pada masa Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie.

"Penghargaan dari pemerintah pertama itu bernama Bintang Mahaputra Pratama, diberikan oleh Habibie di tahun 1999," jelasnya.

Lalu ujar Fauziah, pihak keluarga kembali mengusulkan Rahmah El Yunusiyah menjadi Pahlawan Nasional di zaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjabat.

"Jadi di tahun 2013, mendapatkan penghargaan Bintang Mahaputra Adi Pradana," sebut Fauziah.

Selanjutnya pihak keluarga kembali mengusulkan gelar Pahlawan Nasional di zaman Presiden Jowowi.

"Namun, baru dikabulkannya permintaan itu di era Presiden Prabowo Subianto sebagai Pahlawan Nasional," ungkapnya.

Sebelumnya diberitakan, Rahmah El Yunisiyah menerima penghargaan Pahlawan Nasional tahun 2025 pada Senin (10/11/2025).

Perempuan asal Kota Padang Panjang, Sumatera Barat itu menjadi salah satu dari 10 nama yang dibacakan oleh Presiden Prabowo Subianto sebagai Pahlawan Nasional.

Baca juga: Rendahnya Imunisasi Anak Picu Lonjakan Campak di Pariaman hingga 400 Persen

Untuk diketahui, Rahmah El Fauziah merupakan pendiri Perguruan Diniyah Puteri di Sumatera Barat.

Lahir di Bukittinggi, 29 Desember 1900, dari keluarga ulama Minangkabau, Rahmah tumbuh dalam lingkungan surau yang kental dengan tradisi keilmuan Islam.

Rahmah El Yunusiyyah mendirikan Diniyah Puteri pada tahun 1923, dilandasi keprihatinan terhadap terbatasnya akses pendidikan bagi perempuan di masa itu.

Diniyah Puteri merupakan lembaga pendidikan khusus perempuan yang memadukan pelajaran agama, pengetahuan umum, kepemimpinan, keterampilan hidup, dan kemandirian.

Lembaga ini kemudian berkembang menjadi pelopor sistem pendidikan perempuan berbasis pesantren di Nusantara.

Sumber: Tribun Padang
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved