BMKG Ingatkan Potensi Gempa Setara Pasaman 2022, Aktivitas Segmen Sianok Terus Dipantau

BMKG Stasiun Geofisika Padang Panjang mengingatkan adanya potensi gempa setara Pasaman 2022 akibat meningkatnya aktivitas di Segmen Sianok.

Penulis: Muhammad Afdal Afrianto | Editor: Rahmadi
TribunPadang.com/Muhammad Afdal Afrianto
GEMPA DI SUMBAR- Kepala BMKG Stasiun Geofisika Padang Panjang, Suaidi Ahadi, saat diwawancarai usai rakor bersama BPBD Sumbar di Padang, Senin (20/10/2025). BMKG Stasiun Geofisika Padang Panjang mengingatkan adanya potensi gempa setara Pasaman 2022 akibat meningkatnya aktivitas di Segmen Sianok. 

Langkah ini dinilai penting karena aktivitas gempa di daratan juga dapat memicu longsor dan banjir bandang (galodo) di wilayah perbukitan.

“Yang paling dikhawatirkan bukan hanya gempanya, tapi juga longsor akibat getaran yang terus terjadi di daerah perbukitan. Karena itu, kami akan melatih dan mengedukasi kelompok siaga bencana di nagari-nagari sepanjang lintasan Sianok,” ungkap Suaidi.

Baca juga: Menang di Padang, Bhayangkara FC Naik ke Papan Tengah Klasemen BRI Super League

BMKG juga mengimbau masyarakat agar memperhatikan perubahan kondisi lingkungan, terutama di daerah yang rawan longsor dan memiliki aliran sungai tersumbat akibat material tanah.

“Perlu kerja bakti bersama membuka jalur sungai yang tertutup material longsor supaya tidak terjadi banjir bandang,” tambahnya.

Secara tektonik, Segmen Sianok termasuk dalam sistem Sumatra Fault System yang membentang dari ujung Aceh hingga Lampung.
Wilayah ini menjadi salah satu jalur sesar paling aktif di Indonesia dan sudah beberapa kali memicu gempa besar di masa lalu, antara lain pada 1926, 1943, dan 2007.

“Sejarah menunjukkan gempa-gempa besar di Padang Panjang dan Bukittinggi semuanya bersumber dari Segmen Sianok. Maka penting bagi daerah-daerah yang dilintasinya untuk terus memperkuat mitigasi,” kata Suaidi.

Suaidi menegaskan bahwa peningkatan aktivitas gempa ini tidak untuk menimbulkan kepanikan, melainkan menjadi peringatan alam agar masyarakat lebih waspada.

Menurutnya, bencana sering kali terjadi karena manusia mengabaikan tanda-tanda alam yang sebenarnya sudah muncul sebelumnya.

“Biasanya bencana terjadi karena kita abai. Alam sudah memberi informasi kepada kita, dan sekarang saatnya kita belajar dari itu. Jadi ini bukan untuk menakut-nakuti, tapi untuk membangun kesiapsiagaan dan ketangguhan masyarakat di sepanjang Segmen Sianok,” tutupnya.(*)

Sumber: Tribun Padang
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved