BMKG Ingatkan Potensi Gempa Setara Pasaman 2022, Aktivitas Segmen Sianok Terus Dipantau

BMKG Stasiun Geofisika Padang Panjang mengingatkan adanya potensi gempa setara Pasaman 2022 akibat meningkatnya aktivitas di Segmen Sianok.

Penulis: Muhammad Afdal Afrianto | Editor: Rahmadi
TribunPadang.com/Muhammad Afdal Afrianto
GEMPA DI SUMBAR- Kepala BMKG Stasiun Geofisika Padang Panjang, Suaidi Ahadi, saat diwawancarai usai rakor bersama BPBD Sumbar di Padang, Senin (20/10/2025). BMKG Stasiun Geofisika Padang Panjang mengingatkan adanya potensi gempa setara Pasaman 2022 akibat meningkatnya aktivitas di Segmen Sianok. 

TRIBUNPADANG.COM, PADANG — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Padang Panjang mengingatkan adanya potensi gempa setara Pasaman 2022 akibat meningkatnya aktivitas di Segmen Sianok.

Jalur sesar aktif yang melintasi lima daerah di Sumatera Barat ini kini terus dipantau secara intensif karena menunjukkan pergerakan signifikan dalam beberapa hari terakhir.

Kepala BMKG Stasiun Geofisika Padang Panjang, Suaidi Ahadi, mengatakan bahwa sejak 13 Oktober 2025 hingga kini, pihaknya mencatat lebih dari 47 kali gempa kecil di sekitar Kabupaten Pasaman.

Rangkaian aktivitas itu terjadi di bagian utara Segmen Sianok, yang berkelurusan dengan Segmen Kajai-Talamau.

Hal itu disampaikan Kepala BMKG Stasiun Geofisika Padang Panjang, Suaidi Ahadi, usai Rapat Koordinasi (Rakor) yang digelar BPBD Sumatera Barat, Senin (20/10/2025).

Baca juga: BREAKING NEWS Warga Lubuk Alung Nekat Minum Racun Tikus saat Live di Medsos, Polisi Langsung Amankan

Rapat tersebut turut dihadiri Kalaksa BPBD se-Sumbar dan sejumlah perwakilan lembaga terkait.

“Segmen Sianok ini terbentang melewati lima daerah di Sumbar. Itu sebagian daerah Kabupaten Pasaman, Kabupaten Agam, Kota Bukittinggi, Kota Padang Panjang, dan sebagian Tanah Datar,” ujar Suaidi kepada wartawan.

Suaidi menjelaskan, sejak 13 Oktober 2025 hingga saat ini, BMKG mencatat lebih dari 47 kali aktivitas gempa kecil yang berpusat di bagian utara Segmen Sianok, tepatnya di Kabupaten Pasaman.

Fenomena tersebut, katanya, menjadi sinyal adanya pergerakan signifikan di lapisan kerak bumi di sekitar jalur sesar tersebut.

“Gempa-gempa itu mengumpul di satu zona Segmen Sianok bagian utara, yang kalau kita lihat merupakan kelurusan dari Segmen Kajai-Talamau. Ini yang kami curigai sebagai zona persiapan atau relaksasi gempa,” kata Suaidi.

Menurutnya, ada dua kemungkinan dari aktivitas ini. Mulai dari zona persiapan gempa besar atau zona relaksasi akibat tekanan sisa dari gempa Kajai Talamau tahun 2022.

Baca juga: Jadwal Acara ANTV Hari Rabu 22 Oktober 2025, Saksikan Deretan Film dan Serial Seru Sepanjang Hari

Hasil analisis sementara BMKG menunjukkan, jika aktivitas di segmen utara terus berkembang, maka potensi kekuatan gempanya bisa mencapai magnitudo sekitar 6, setara dengan Gempa Pasaman tahun 2022.

Namun, Suaidi menegaskan bahwa kondisi ini belum dapat dikategorikan sebagai prediksi gempa besar, melainkan bentuk kewaspadaan dini.

“Kalau dilihat dari pola sub-segmen Sianok Utara, potensi magnitudo sekitar 6. Tapi ini bukan prediksi, hanya hasil perhitungan dari pola aktivitas yang sedang kami amati,” jelasnya.

Sebagai tindak lanjut, BMKG bersama BPBD Sumbar akan memperkuat mitigasi bencana dan edukasi kebencanaan di nagari-nagari yang berada di sepanjang jalur Segmen Sianok.

Langkah ini dinilai penting karena aktivitas gempa di daratan juga dapat memicu longsor dan banjir bandang (galodo) di wilayah perbukitan.

“Yang paling dikhawatirkan bukan hanya gempanya, tapi juga longsor akibat getaran yang terus terjadi di daerah perbukitan. Karena itu, kami akan melatih dan mengedukasi kelompok siaga bencana di nagari-nagari sepanjang lintasan Sianok,” ungkap Suaidi.

Baca juga: Menang di Padang, Bhayangkara FC Naik ke Papan Tengah Klasemen BRI Super League

BMKG juga mengimbau masyarakat agar memperhatikan perubahan kondisi lingkungan, terutama di daerah yang rawan longsor dan memiliki aliran sungai tersumbat akibat material tanah.

“Perlu kerja bakti bersama membuka jalur sungai yang tertutup material longsor supaya tidak terjadi banjir bandang,” tambahnya.

Secara tektonik, Segmen Sianok termasuk dalam sistem Sumatra Fault System yang membentang dari ujung Aceh hingga Lampung.
Wilayah ini menjadi salah satu jalur sesar paling aktif di Indonesia dan sudah beberapa kali memicu gempa besar di masa lalu, antara lain pada 1926, 1943, dan 2007.

“Sejarah menunjukkan gempa-gempa besar di Padang Panjang dan Bukittinggi semuanya bersumber dari Segmen Sianok. Maka penting bagi daerah-daerah yang dilintasinya untuk terus memperkuat mitigasi,” kata Suaidi.

Suaidi menegaskan bahwa peningkatan aktivitas gempa ini tidak untuk menimbulkan kepanikan, melainkan menjadi peringatan alam agar masyarakat lebih waspada.

Menurutnya, bencana sering kali terjadi karena manusia mengabaikan tanda-tanda alam yang sebenarnya sudah muncul sebelumnya.

“Biasanya bencana terjadi karena kita abai. Alam sudah memberi informasi kepada kita, dan sekarang saatnya kita belajar dari itu. Jadi ini bukan untuk menakut-nakuti, tapi untuk membangun kesiapsiagaan dan ketangguhan masyarakat di sepanjang Segmen Sianok,” tutupnya.(*)

Sumber: Tribun Padang
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved