Pada tahun-tahun sebelumnya, saat hujan turun pada bulan September, sebagian telur ular kobra akan berjamur sehingga gagal menetas.
Selain itu, kata Igor, berkurangnya populasi predator ular kobra menjadi faktor tambahan meningkatnya temuan pada akhir tahun 2019 ini.
"Kejadian ini baru sekarang aja terjadi, kalau tahun lalu tidak sebanyak ini dan ternyata rata, di Kalimantan pun sama," ujar Igor.
Ia juga menyampaikan bahwa pada bulan Desember ini, komunitasnya mendapatkan laporan 82 kasus temuan ular yang mayoritasnya ular kobra.
Laporan itu berasal dari Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Barat, Bekasi, dan Depok.
Jangan Gegabah Saat Temukan Ular
Kepala Bidang (Kabid) Operasional Pemadam Kebakaran (Damkar) Kota Padang, Basril ingatkan warga untuk selalu perhatikan lingkungan sekitar rumah yang bisa menjadi tempat persembunyian ular.
Hal tersebut dikatakannya karena ditemukannya satu ekor ular jenis piton di bawah tumpukan kayu di sebuah warung di dekat Kantor Dinas Kesehatan Kota Padang di Rt 3/Rw 6 Kelurahan Air Pacah, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang.
Ia menghimbau masyarakat untuk hati-hati, bersihkan perkarangan, bersihkan semak belukar, dan jika memang ditemukan ular jangan terlalu berani.
"Cuaca ekstrem ini ular memang banyak. Jadi, untuk masyarakarat jangan gegabah saat temukan ular, tapi penggillah warga lainnya terlebih dahulu," ujarnya.
Hal itu dijelaskannya bahwa kalau jenis ular piton sifatnya melilit, dan ular kecil memiliki bisa yang dapat melumpuhkan manusia.
"Jadi jangan lakukan tindakan gegabah atau terlalu berani, karena jika bertemu ukar berbisa dna kalau kena patok akan sangat berbahaya dan dapat membuat nyawa melayang," ujarnya.
Disebutkannya bahwa saat ini sedang musim ular berkembang biak, dijelaskannya bahwa banyaknya ditemukan ular tidak hanya di Sumatera Barat, namun di provinsi lain di Pulau Jawa juga. (*)