"Dulu, pernah sampai ke Lubuk Minturun mulung, tapi tidak ada dapat. Sejak itu tidak pernah ke sana lagi,” katanya.
Apalagi, ke Lubuk Minturun harus melewati Jalan Bypass yang banyak dilalui kendaraan besar.
"Waktu pergi mulung ke Lubuk Minturun, saya menggunakan becak yang satu lagi sama anak saya. Kalau becak dorong tak sanggup, jauh sekali,” ujarnya.
Ia mengatakan, becak miliknya yang satu lagi, adalah sumbangan dari masyarakat.
Pergi memulung, Gustinawati selalu membawa dua anaknya.
"Saya kalau mulung ke Pasar Raya sama dua anak saya. Jadi saya tunggu dulu mereka pulang sekolah,” katanya.
Dia bercerita, pernah juga memulung ke kawasan Gor H Agus Salim Padang. Itu dilakukannya setiap hari Minggu.
"Saya keliling di dalam Gor H Agus Salim itu, karena banyak botol-botol bekas di sana,” sebutnya.
Ia mengatakan, sehari dia mendapat penghasilan Rp15 ribu sampai Rp30 ribu.
“Paling tinggi pernah dapat Rp50 ribu, ketika kaleng-kaleng, besi, kertas, kardus, dan lengkap barang-barang lainnya yang saya dapat,” kata Gustinawati.
Untuk makannya, kata dia, kadang dibantu oleh masyarakat yang iba melihatnya.
“Di jalan, banyak orang yang bantu. Makanya saya bisa makan. Kalau tidak ada orang membantu di jalan, sudah kelaparan saya,” katanya.
Sedangkan uang hasil memulung, digunakan untuk jajan dan kebutuhan sekolah anaknya. "Uang hasil mulung buat anak-anak,” kata dia.(*)