Gowes Jakarta Aceh

Alasan Denny Sudiyono Nekat Gowes Jakarta-Aceh walau Berusia 67 Tahun

“Dengan bersepeda, saya bisa merenung di jalan. Banyak hal yang bisa dipikirkan, dimaknai. Ini cara saya bersyukur,” katanya.

Editor: Rezi Azwar
TribunPadang.com/Muhammad Syahroni
GOWES JAKARTA-ACEH- Pensiunan BUMN Jasa Marga, Denni Sudiyono, yang melakukan perjalanan dengan bersepeda dari Jakarta menuju Aceh saat berada di Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat, Kamis (31/7/2025). Sebelumnya, ia juga pernah melakukan perjalanan dari Pontianak ke pedalaman Kalimantan Barat sebagai nazar setelah pensiun. 

Denni memang bukan atlet atau pesepeda profesional. Ia menyebut dirinya hanya seorang amatir yang sudah menyukai sepeda sejak muda.

Kecintaannya pada sepeda tetap terjaga bahkan saat bekerja sebagai pegawai di BUMN pengelola jalan tol, Jasa Marga.

Di sana, ia juga aktif bergabung dalam komunitas sepeda yang ada di lingkungan kantornya.

Yang membuat perjalanannya unik adalah perlengkapan yang serba seadanya.

Baca juga: Harga Emas di Padang Sabtu 2 Agustus 2025 Masih Stabil di Harga Rp4,3 Juta

GOWES JAKARTA-ACEH- Pensiunan BUMN Jasa Marga, Denni Sudiyono, saat berkunjung ke Kantor Tribun Padang di Jalan Ketilang, Andalas, Kecamatan Padang Timur, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat, Kamis (31/7/2025).
GOWES JAKARTA-ACEH- Pensiunan BUMN Jasa Marga, Denni Sudiyono, saat berkunjung ke Kantor Tribun Padang di Jalan Ketilang, Andalas, Kecamatan Padang Timur, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat, Kamis (31/7/2025). (TribunPadang.com/Muhammad Syahroni)

Sepedanya merupakan hadiah, sementara tas yang ia gunakan hanyalah ember plastik bekas yang dimodifikasi untuk menyimpan pakaian.

“Alat-alatnya pun banyak yang gratis. Tapi saya merasa cukup siap karena sudah punya pengalaman,” ujarnya dalam podcast Tamu Kita di Youtube Tribun Padang Official.

Meski tidak dilengkapi perlengkapan canggih seperti pesepeda profesional, Denni tetap mempersiapkan kebutuhan teknis dasar yang ia anggap penting.

Ia membawa ban dalam cadangan dalam jumlah cukup, rantai sepeda, hingga ban luar tambahan sebagai langkah antisipasi jika terjadi kerusakan di jalan.

Persiapan itu terbukti berguna ketika insiden kecil terjadi di Bandar Lampung. Ban depan sepedanya terkena paku saat melintasi salah satu ruas jalan.

Alih-alih panik, ia tetap tenang dan memutuskan membawa sepedanya ke bengkel terdekat untuk diperbaiki.

Proses perbaikan memakan waktu sekitar 30 menit, dan meskipun sempat tertunda, hal itu sama sekali tidak menyurutkan semangatnya untuk melanjutkan perjalanan panjangnya ke Aceh.

“Kalau menurut saya, yang paling penting dalam bersepeda itu bukan alat mahal, tapi dengkul yang kuat dan keberanian,” katanya sambil tersenyum.

Baca juga: Kisah Inspiratif Sahida Ilmi, Anak Petani Asal Kulon Progo yang Tembus Fakultas Kedokteran Gigi UGM

Bertemu Banyak Orang Baik

Hal yang paling berkesan dari perjalanan Denni dengan sepedanya bukanlah jarak, tetapi bertemu dengan orang-orang baik yang ditemui di sepanjang jalan.

Denni mengaku hampir tidak pernah kesulitan mencari tempat istirahat. Beberapa kali, ia bermalam di kantor Polisi atau pos polisi, bahkan sering ditawari makanan.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved