Kabupaten Sijunjung

Menilik Proses Pembuatan Tas hingga Tikar dari Daun Pandan di Sijunjung

Pandan yang telah kering dihaluskan dan diluruskan menggunakan sebilah bambu panjang sepanjang telapak tangan.

Penulis: Arif Ramanda Kurnia | Editor: Rezi Azwar
TribunPadang.com/Arif Ramanda Kurnia
PENGRAJIN ANYAMAN PANDAN- Pengrajin Anyaman Pandan bernama Cinta (74) mengambil daun pandan di Jorong Koto, Nagari Padang Laweh, Kecamatan Koto VII, Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat, Sabtu (26/7/2025). Menilik proses pembuatan produk yang terbuat dari anyaman daun pandan di Nagari Padang Laweh, Kecamatan Koto VII, Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), Sabtu (26/7/2025). 

“Biasanya dalam seminggu bisa tiga lapiak yang siap dijual dengan total harga cuma Rp60 saja,” ucapnya dengan sedikit tersenyum saat dikunjungi, Sabtu (26/7/2025).

Berbeda dengan lapiak pandan yang berwarna harganya bisa dibanderol mulai dari Rp100 ribu, namun proses pembuatan agak lama.

Baca juga: Pelajar Pasaman Barat Tewas Diduga Tersengat Aliran Listrik dari Pagar Kawat di Kebun Warga

PRODUK ANYAMAN DAUN PANDAN- Penampakan produk yang terbuat dari anyaman daun pandan dari pengrajin di Nagari Padang Laweh, Kecamatan Koto VII, Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat, Sabtu (26/7/2025).
PRODUK ANYAMAN DAUN PANDAN- Penampakan produk yang terbuat dari anyaman daun pandan dari pengrajin di Nagari Padang Laweh, Kecamatan Koto VII, Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat, Sabtu (26/7/2025). (TribunPadang.com/Arif Ramanda Kurnia)

Baca juga: Sungai di Batu Taba Agam Alami Pendangkalan, Warga Cemas Ancaman Galodo dan Minta Pengerukan

Lapiak atau tikar ini dapat digunakan untuk kegiatan seperti alas makan, duduk, salat hingga untuk proses mencabiak (merobek) kain kafan ketika seseorang meninggal.

Ia juga menjelaskan cara pembuatan anyaman pandan dari Padang Laweh.

Eli Damarni juga menjelaskan bahwa perempuan di Padang Laweh dulunya sangat erat dengan anyaman pandan, bahkan penilaian seorang perempuan rajin bisa terlihat dari sana.

Tolak ukur melihat perempuan yang rajin dahulu lanjut Eli, digambarkan melalui keterampilan menganyam.

Sekarang para pengrajin anyaman daun pandan semakin berkurang sebab pemasaran dan harga yang anjlok. (TribunPadang.com/Arif Ramanda Kurnia)

Sumber: Tribun Padang
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved