Penemuan Mayat di Batang Anai

Keluarga Pembunuh Berantai Padang Pariaman Ditolak Warga: Kakak Dipecat Polisi, Adik Terlibat Pidana

Warga Lakuak, Sungai Buluah, Batang Anai, Padang Pariaman, menolak untuk tinggal bersama keluarga Satria Juhanda alias wanda, pelaku pembunuhan berant

Penulis: Panji Rahmat | Editor: Rahmadi
TribunPadang.com/Muhammad Afdal Afrianto
PEMBUNUHAN BERANTAI - Rumah tersangka Koyek di Korong Lakuak, Nagari Sungai Buluh, Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, Senin (23/6/2025). Sejumlah masyarakat mengaku tidak nyaman dengan tindak tanduk koyek, terlebih abang dan adiknya juga sudah memiliki rekam jejak negatif. 

Sejak kecil, ia tak pernah dikenal nakal atau mencari masalah.

Kehidupannya normal, seperti anak seusianya.

Febrianto juga menyebut, Koyek tumbuh tanpa sosok ayah, yang meninggal saat ia kecil.

Yang lebih mencengangkan, sikap tenang Koyek ini bertahan bahkan setelah calon tunangannya menghilang.

Ia aktif membantu keluarga Siska melapor ke polisi dan mencari ke berbagai tempat. Ia bahkan menyarankan dan mengeluarkan uang untuk jasa orang pintar dalam pencarian tersebut.

Mirisnya, menurut keterangan warga, air yang digunakan orang pintar itu berasal dari sumur yang sama, tempat jasad Siska dan Adek dikuburkan.

Penemuan potongan tubuh Septia Adinda lah yang akhirnya menjadi titik terang dari rangkaian pembunuhan ini.

Baca juga: Warga Tolak Keluarga Koyek Tinggal di Kampung Usai Kasus Pembunuhan Berantai di Padang Pariaman

Jejak Psikopat dalam Kekejian Koyek

Penelusuran lebih lanjut mengungkap bahwa perilaku Koyek memenuhi unsur psikopat.

Dalam rentang waktu satu setengah tahun terakhir, ia telah membunuh tiga gadis berusia 24 tahun yang memiliki hubungan dengannya pacarnya dan dua sahabat pacarnya.

Pembunuhan pertama terjadi pada Januari 2024, ketika Koyek menghabisi nyawa Siska dan Adek pada hari yang sama.

Setelah itu, ia mengubur jasad keduanya di sumur tua di dalam rumahnya.

Untuk menghilangkan jejak, Koyek bahkan menciptakan alibi palsu dengan membawa kendaraan korban ke Padang dan membuangnya di sana.

Setelah hilangnya korban dan penemuan sepeda motor, Koyek lah yang paling depan mencari Siska dan Adek, mendampingi pihak keluarga.

Tingkah lakunya yang begitu meyakinkan membuat orang tua Siska tak percaya saat polisi mulai mencurigainya.

Selama kasus Siska dan Adek bergulir, Koyek tetap menjalankan rutinitas hariannya sebagai petugas keamanan di sebuah pabrik.

Baca juga: Warga Tertipu Sikap Ramah Koyek, Satpam di Padang Pariaman Ternyata Pembunuh Berdarah Dingin

Ia tetap berbaur dengan masyarakat, duduk di warung kopi, bahkan berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan.

Tidak ada sedikitpun kecurigaan di tengah masyarakat. Ia berhasil menjalani hidup normal, dingin, tidak banyak bicara, namun ramah.

Satu setengah tahun setelah pembunuhan Siska dan Adek, Koyek kembali memuaskan naluri pembunuhnya dengan menghabisi nyawa Septia Adinda, sahabat Siska sejak sekolah hingga kuliah.

Pembunuhan ketiga ini lebih tragis dan sadis.

Setelah membunuh korban, ia memutilasi jasad menjadi sepuluh bagian dan membuangnya ke aliran Sungai Batang Anai di dua lokasi berbeda.

Kali ini, perbuatannya tercium polisi. Saksi mata melihat Koyek dan Dinda bepergian pada hari terakhir Dinda dinyatakan hilang.

Semua terungkap setelah potongan tubuh yang dibuang Koyek mengapung di Sungai Batang Anai, dua hari setelah pembunuhan.

Baca juga: Penangkapan Koyek Pelaku Pembunuhan Berantai di Padang Pariaman Ganggu Psikologi Warga

Koyek berhasil diamankan polisi sekitar pukul 02.00 WIB, Kamis (19/6/2025), di rumahnya, seusai mandi, dalam kondisi tenang dan tanpa beban, seolah tak terjadi apa-apa.

Motif sementara pembunuhan ini, menurut kepolisian, adalah masalah asmara dan utang piutang.

Sosiolog Universitas Negeri Padang (UNP), Erianjoni, menegaskan bahwa latar belakang yang terungkap dari kasus Koyek mengindikasikan kejahatan yang dilakukan oleh seorang psikopat.

Berdasarkan pengamatannya, ada dua ciri utama psikopat: tidak memiliki empati dan tidak ada rasa bersalah.

"Dua ciri yang melekat pada kejahatan oleh psikopat ini terindikasi pula dimiliki oleh Wanda, dengan latar belakang pembunuhannya, mengubur dan memutilasi korban," ujar Erianjoni.

Ia menyimpulkan ini dari motif sementara pelaku yang didasari unsur dendam, sakit hati, dan merasa telah berkorban.

Baca juga: Kata Warga Terkait Satria Juanda Alias Koyek, Pelaku Pembunuhan Berantai di Padang Pariaman

Para psikopat, menurut Erianjoni, merasakan kepuasan setelah melakukan perbuatannya, merasa sudah melepaskan sakit hati, dan menganggap korban pantas mendapat perlakuan tersebut.

"Psikopat ini biasanya juga akan menjalani hidup normal setelah melakukan tindakannya, bahkan ia merasa tidak bersalah. Korbanlah yang bersalah," tambahnya.

Pelaku kejahatan psikopat juga dikenal lihai dalam bersandiwara dan menghilangkan jejak untuk menutupi aksi mereka.

Hal ini sesuai dengan pernyataan masyarakat yang sama sekali tidak menduga Koyek melakukan perbuatan sadis, namun tetap menjalani kehidupan normal di tengah masyarakat.

"Biasanya perilaku serupa ini dilandasi oleh latar belakang sosial dan tontonan, baik film maupun media sosial," tutup Erianjoni.

Tragedi Koyek bukan hanya tentang penangkapan seorang pelaku kejahatan, melainkan juga sebuah cermin yang memantulkan ketidakpastian dan ketakutan yang kini membayangi masyarakat Padang Pariaman.(*)

 

 

Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved