Citizen Journalism

Opini Ketika Cerita Bertindak Tutur

BAHASA bukan hanya sekadar alat untuk menyampaikan informasi. Dalam kajian Pragmatik, bahasa dipahami sebagai tindakan sosial yang mampu melakukan ses

Editor: Emil Mahmud
ISTIMEWA
KAMPUS FIB UNAND - Kampus Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Andalas mengukir catatan penting. Dua program studi di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas, yakni Prodi Sastra Indonesia dan Prodi Sastra Jepang terakreditasi internasional Foundation for International Business Administration Accreditation (FIBAA). 

Membaca dengan kesadaran pragmatik menempatkan pembaca sebagai mitra tutur yang aktif. Pembaca diajak bukan hanya untuk menikmati cerita, tapi juga untuk merespons, bertanya, bahkan mengkritik.

Baca juga: Jalan Sunyi Pramoedya Lancarkan Kritik, Lewat Karya Sastra

Sastra Jadi Medium Dialog

Sastra menjadi medium dialog yang dinamis antara penulis, tokoh, dan pembaca (Leech & Short, 2007).

Cerita dalam sastra bukan sekadar rangkaian kata atau kisah yang diceritakan. Ia adalah tindak tutur yang mengandung kekuatan sosial dan politik. Melalui cerita, penulis menyampaikan kritik, ideologi, dan ajakan perubahan.

Dengan bantuan kajian pragmatik, kita dapat melihat bagaimana bahasa dalam sastra bekerja sebagai alat tindakan yang kompleks dan bermakna.

Dalam dunia yang semakin penuh dengan ujaran yang dipolitisasi dan manipulasi bahasa, sastra hadir sebagai ruang refleksi dan perlawanan.

Jadi, saat kita membaca sebuah cerita, jangan hanya berhenti di permukaan. Tanyakan pada diri kita,  Apa sebenarnya yang dilakukan oleh cerita ini? 

Cerita dalam sastra tidak hanya sekadar narasi atau hiburan. Cerita dan sastra ini adalah bentuk tindak tutur yang memiliki kekuatan sosial dan politis.

Melalui bahasa, cerita menyampaikan pesan-pesan tersirat yang mengajak pembaca untuk refleksi dan perubahan. Pendekatan Pragmatik membantu kita memahami bagaimana konteks dan niat di balik kata-kata dalam sastra membentuk makna yang lebih dalam.

Dengan begitu, sastra menjadi medium komunikasi yang aktif, di mana penulis dan pembaca terlibat dalam dialog yang dinamis.

Oleh karena itu, membaca sastra bukan hanya menikmati cerita, tapi juga menyelami tindakan lewat bahasa yang menggerakkan pemikiran dan sikap kita.(*)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved