Gunung Marapi Erupsi
Aktivitas Gunung Marapi di Sumbar Menurun, Potensi Erupsi Masih Ada
Aktivitas vulkanik Gunung Marapi di Sumatera Barat (Sumbar) menunjukkan penurunan dalam dua pekan terakhir, namun Badan Geologi
Penulis: Fajar Alfaridho Herman | Editor: Rahmadi
TRIBUNPADANG.COM, BUKITTINGGI - Aktivitas vulkanik Gunung Marapi di Sumatera Barat (Sumbar) menunjukkan penurunan dalam dua pekan terakhir, namun Badan Geologi mencatat bahwa status gunung tersebut masih waspada dan berpotensi erupsi sewaktu-waktu.
Badan Geologi mengeluarkan hasil evaluasi aktivitas Gunung Marapi Sumatera Barat (Sumbar) dari periode tanggal 1 hingga 15 Maret 2025. Dari hasil evaluasi tersebut menyatakan bahwa aktivitas Gunung Marapi ada penurunan.
Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, mengatakan data kegempaan didominasi oleh gempa Hembusan. Dalam dua minggu terakhir terekam 5 kali gempa Letusan atau Erupsi, 46 kali gempa Hembusan, 8 kali gempa Vulkanik Dangkal, 8 kali gempa Vulkanik Dalam, 37 kali gempa Tektonik Lokal, dan 38 kali gempa Tektonik Jauh. Tremor Menerus tidak terekam.
"Dalam dua minggu terakhir tiltmeter Stasiun Batupalano memperlihatkan grafik fluktuasi dengan kecenderungan mendatar baik pada sumbu tangensial maupun radial," terangnya melalui keterangan tertulis yang diterima TribunPadang.com, Selasa (25/3/2025).
Wafid menyebutkan bahawa aktivitas erupsi Gunung Marapi masih teramati dengan tinggi kolom maksimum 1200 meter di atas puncak. Aktivitas hembusan juga teramati dengan tinggi asap maksimum 300 meter di atas puncak. Tidak terjadi kecenderungan peningkatan tinggi kolom letusan maupun asap hembusan.
Baca juga: Warga Padang Jual Lukisan Sandiaga Uno Rp25 Juta yang Dibuat dari Limbah Sabut Kelapa
Sementara itu, kegempaan Gunung Marapi cenderung menurun pada gempa Hembusan yang berkaitan dengan pelepasan energi (output) dan gempa Vulkanik Dalam yang berkaitan dengan pasokan magma (input).
"Untuk gempa Letusan dan Vulkanik Dangkal relatif sama, sedangkan gempa Tektonik Lokal menunjukkan peningkatan. Tremor Non-Harmonik dan Tremor Menerus tidak terekam dalam dua minggu ini," ujarnya.
"Energi seismik yang tercermin dari RSAM (Real-time Seismic Amplitude Measurement) bersifat fluktuatif sedikit di atas baseline. Dalam rentang waktu dua minggu terakhir, nilai dv/v (variasi kecepatan seismik) berfluktuasi dengan simpangan yang mengecil namun saat ini nilainya masih tergolong rendah (di bawah nol)," sambungnya.
Ia menyebutkan koherensi juga masih bernilai rendah dengan kecenderungan turun kembali. Hal ini diinterpretasikan bahwa tekanan (stress) pada tubuh gunungapi masih cukup tinggi dan kondisi medium di dekat permukaan belum stabil.
Menurutnya, dalam dua minggu terakhir tiltmeter Stasiun Batupalano memperlihatkan grafik fluktuasi mendatar, dan secara waktu jangka panjang juga cenderung mendatar yang dapat diinterpretasikan tidak ada deformasi inflasi maupun deflasi yang signifikan pada tubuh gunungapi.
Baca juga: BREAKING NEWS: Gunung Marapi Erupsi Pagi Ini, Tinggi Kolom Abu Tak Terlihat
"Laju emisi (fluks) gas SO2 Gunung Marapi yang terukur dari satelit Sentinel masih tergolong rendah. Terakhir terukur pada 15 Maret 2025 sebesar 49 ton/hari," jelasnya.
Lanjut Wafid, berdasarkan evaluasi terhadap data-data pemantauan di atas maka aktivitas Gunung Marapi mengalami sedikit penurunan. Namun penurunan ini dinilai masih bersifat fluktuasi karena belum menunjukkan kecenderungan menurun yang konsisten secara jangka panjang.
"Potensi terjadinya letusan atau erupsi masih tetap ada yang dapat terjadi sewaktu-waktu sebagai bentuk pelepasan dari akumulasi tekanan (energi) yang dihasilkan oleh dinamika pasokan fluida atau magma," katanya.
Wafid juga menjelaskan dengan adanya aktivitas erupsi dan hembusan (output), maka diharapkan akumulasi tekanan (stress) pada tubuh gunungapi akibat pasokan fluida (input) dari kedalaman dapat dilepaskan sehingga tidak terjadi erupsi besar yang melebihi erupsi Desember 2023.
"Dengan demikian jika letusan atau erupsi terjadi, potensi bahaya dari lontaran material letusan diperkirakan masih akan berada di dalam wilayah radius 3 km dari pusat aktivitas (Kawah Verbeek) Gunung Marapi," katanya.
Baca juga: Gunung Marapi Sumbar Erupsi Lagi Minggu Pagi, Abu Vulkanik Terpantau ke Tanah Datar
"Abu erupsi dapat berpotensi mengganggu saluran pernapasan dan penerbangan, yang penyebarannya mengikuti arah dan kecepatan angin. Material erupsi yang jatuh dan terendapkan di bagian puncak dan lereng Gunung Marapi tetap berpotensi menjadi lahar saat bercampur dengan air hujan. Aliran atau banjir lahar dapat terjadi pada lembah atau bantaran aliran sungai-sungai yang berhulu di bagian puncak Gunung Marapi. Di area kawah atau puncak juga terdapat potensi bahaya dari gas-gas vulkanik beracun seperti gas CO2, CO, SO2, dan H2S," pungkasnya.(*)
Update Erupsi Gunung Marapi Sumbar Juli 2025, Pos PGA Bukittinggi Catat Sebanyak 13 Kali |
![]() |
---|
BREAKING NEWS Gunung Marapi Sumbar Erupsi Sabtu Siang, Kolom Abu Tertutup Kabut |
![]() |
---|
Gunung Marapi Sumbar Erupsi Pagi Ini, Pos PGA Bukittinggi: Kolom Abu 400 Meter di Atas Puncak |
![]() |
---|
PGA Bukittinggi Ungkap Peningkatan Erupsi Marapi Sumbar Juli 2025, Juni Hanya 3 Kali |
![]() |
---|
Pos PGA Bukittinggi Sumbar Catat 11 Kali Erupsi Marapi Sepanjang Juli 2025 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.