Profil Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi: Ulama Besar dari Ranah Minang, Kini jadi Nama Masjid

Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi adalah salah satu ulama besar asal Indonesia yang namanya harum hingga ke Mekkah.

Penulis: Rahmadisuardi | Editor: Rahmadi
ist
Peresmian penambahan nama terhadap Masjid Raya Sumatera Barat dihadiri secara langsung oleh keluarga Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi yang dari langsung dari Arab Saudi, Minggu (7/7/2024). 

TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi adalah salah satu ulama besar asal Indonesia yang namanya harum hingga ke Mekkah.

Sebagai seorang imam dan khatib di Masjidil Haram, ia  tidak hanya diakui karena keilmuan dan ketakwaannya, tetapi juga karena dedikasinya dalam menyebarkan ajaran Islam dan memajukan pendidikan agama.

Dalam sejarah Islam Nusantara, peran dan pengaruhnya begitu besar, sehingga namanya diabadikan sebagai nama masjid di tanah kelahirannya di Sumatera Barat (Sumbar). 

Profil Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi

Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi lahir pada tahun 1860 di Nagari Koto Tuo, Agam, Sumatera Barat. Nama lengkapnya adalah Ahmad Khatib bin Abdul Lathif Al-Minangkabawi.

Dilansir laman UMSB, ibunya bernama Limbak Urai yang berasal dari Koto Tuo, Ampek Angkek. Ayah Limbak Urai adalah Tuanku Nan Rancak, seorang ulama terkemuka pada zaman Paderi.

Ibu Limbak Urai bernama Siti Zainab, puteri dari Tuanku Bagindo Khatib, Pembantu Regent (setingkat Bupati) Agam. Dengan demikian, Ahmad Chatib lahir dari keluarga yang mempunyai latar belakang agama dan adat yang sangat kuat.

Baca juga: Pulang Kampung, Keturunan Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi Resmikan Ganti Nama Masjid Raya Sumbar

Dari segi ekonomi, Ahmad Chatib adalah keturunan orang kaya. Ayah dan pamannya Datuk Rangkayu Mangkuto terkenal sebagai orang kaya dan bangsawan di Koto Gadang.

Ia berasal dari keluarga ulama terpandang, yang memiliki tradisi keilmuan yang kuat. Ayahnya, Syekh Abdul Lathif, adalah seorang ulama yang dihormati di daerahnya, dan sejak kecil Ahmad Khatib sudah dibimbing dalam lingkungan yang sarat dengan pendidikan agama Islam.

Lingkungan keluarganya yang religius dan berpendidikan membuat Ahmad Khatib terbentuk sebagai pribadi yang sangat mencintai ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang agama.

Nagari Koto Tuo adalah salah satu nagari (desa) di Minangkabau yang memiliki tradisi keagamaan yang kuat. Masyarakat di sana sangat menghormati ulama dan menjunjung tinggi nilai-nilai Islam.

Dalam lingkungan seperti inilah, Ahmad Khatib tumbuh dan berkembang. Sejak kecil, ia telah menunjukkan kecerdasan dan ketekunan yang luar biasa dalam mempelajari berbagai disiplin ilmu agama.

Ayahnya, Syekh Abdul Lathif, tidak hanya menjadi pembimbing spiritual tetapi juga menjadi guru pertama yang mengajarkan dasar-dasar ilmu agama kepadanya.

Baca juga: Masjid Raya Sumbar Ditambah Nama Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi: Agar Generasi Muda Tahu

Pendidikan

Pendidikan agama Ahmad Khatib dimulai sejak usia dini di kampung halamannya. Ia menghabiskan masa kecilnya dengan belajar di surau-surau setempat, tempat para ulama dan guru agama mengajar anak-anak dan remaja tentang Al-Quran, hadits, fikih, dan berbagai ilmu keislaman lainnya.

Ahmad Khatib menunjukkan bakat yang luar biasa dalam menyerap pelajaran, sehingga ia dikenal sebagai murid yang cerdas dan tekun.

Pada usia yang sangat muda, sekitar 11 tahun, Ahmad Khatib memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di Mekkah, Arab Saudi.

Keputusannya ini didukung penuh oleh keluarganya, yang memahami pentingnya menuntut ilmu di pusat peradaban Islam. Di Mekkah, Ahmad Khatib belajar di Masjidil Haram, salah satu pusat pendidikan Islam terbesar pada masa itu.

Masjidil Haram bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga pusat ilmu pengetahuan yang menjadi magnet bagi para pelajar dari seluruh dunia Islam.

Di Mekkah, Ahmad Khatib berguru kepada ulama-ulama besar yang terkenal dengan keilmuannya. Beberapa di antaranya adalah Syekh Mahmud bin Abdul Karim Al-Kurdi dan Syekh Muhammad Said Babusalam.

Dari para gurunya ini, Ahmad Khatib memperoleh pengetahuan yang mendalam tentang berbagai disiplin ilmu, termasuk fikih, tafsir, hadits, dan tasawuf. Dia dikenal sebagai murid yang tekun dan cerdas, yang akhirnya mengantarkannya menjadi seorang ulama yang disegani.

Baca juga: Khatib Shalat Idul Adha di Masjid Raya Sumbar, Gubernur Mahyeldi Ingatkan Pentingnya Pondasi Tauhid

Menjadi Imam dan Khatib di Masjidil Haram

Keilmuan dan ketakwaan Syekh Ahmad Khatib yang menonjol membuatnya mendapatkan posisi penting sebagai Imam dan Khatib di Masjidil Haram, Mekkah.

Jabatan ini tidak hanya menunjukkan pengakuan terhadap kapasitas keilmuannya, tetapi juga tanggung jawab besar dalam memimpin shalat dan memberikan khotbah kepada umat Islam dari seluruh dunia yang datang ke Masjidil Haram.

Dalam kapasitas ini, Ahmad Khatib tidak hanya dikenal di Mekkah tetapi juga di seluruh dunia Islam, termasuk di tanah airnya, Minangkabau.

Ia menjadi figur yang dihormati dan dijadikan panutan oleh banyak ulama di Nusantara. Keberadaannya di Mekkah juga menarik banyak pelajar dari Indonesia yang datang untuk menuntut ilmu darinya, termasuk beberapa tokoh penting dalam sejarah pergerakan Islam di Indonesia.

Sebagai Imam dan Khatib di Masjidil Haram, Syekh Ahmad Khatib memiliki peran yang sangat vital. Ia tidak hanya memimpin shalat, tetapi juga memberikan ceramah dan khotbah yang sangat dinantikan oleh para jamaah.

Khotbah-khotbahnya selalu sarat dengan ilmu pengetahuan dan nasihat yang bermanfaat, sehingga membuatnya sangat dihormati oleh jamaah yang berasal dari berbagai belahan dunia.

Selain itu, Ahmad Khatib juga terlibat dalam berbagai diskusi ilmiah dengan ulama-ulama besar lainnya di Mekkah, yang semakin mengukuhkan posisinya sebagai salah satu ulama terkemuka pada masa itu.

Baca juga: Khatib Shalat Idul Adha di Masjid Raya Sumbar, Gubernur Mahyeldi Ingatkan Pentingnya Pondasi Tauhid

Dijadikan Nama Masjid

Keberhasilan Syekh Ahmad Khatib dalam mengemban amanah sebagai Imam dan Khatib di Masjidil Haram serta kontribusinya dalam penyebaran ilmu pengetahuan agama Islam membuat namanya diabadikan menjadi nama sebuah masjid di tanah kelahirannya di Sumatera Barat tepatnya di Kota Padang.

Pada 7 Juli 2024, keturunannya ikut meresmikan perubahan nama Masjid Raya Sumatera Barat menjadi Masjid Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi. Hal ini sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan atas jasa-jasa Ahmad Khatib dalam mengharumkan nama Minangkabau dan memberikan kontribusi besar dalam perkembangan Islam di Nusantara.

Peresmian ini menjadi momen penting yang mengingatkan masyarakat akan warisan dan pengaruh besar yang ditinggalkan oleh Syekh Ahmad Khatib.

Masjid Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi di Sumatera Barat tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga menjadi pusat kegiatan keagamaan dan pendidikan.

Di masjid ini, banyak kegiatan seperti pengajian, ceramah, dan diskusi keagamaan yang diadakan secara rutin. Masjid ini juga menjadi tempat berkumpulnya para ulama dan tokoh masyarakat yang terinspirasi oleh semangat dan dedikasi Syekh Ahmad Khatib dalam menyebarkan ajaran Islam.

Perubahan nama masjid ini diharapkan dapat menginspirasi generasi muda untuk meneladani semangat keilmuan dan ketakwaan Syekh Ahmad Khatib.

Baca juga: Presiden Jokowi Kurban Sapi Bobot 1 Ton di Masjid Raya Sumbar Iduladha Tahun Ini

Warisan Keilmuan dan Pengaruh

Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi bukan hanya seorang ulama besar dalam konteks keilmuan, tetapi juga seorang pelopor pembaharuan Islam di Nusantara. DIa mengajarkan pentingnya kembali kepada Al-Quran dan Sunnah serta meninggalkan praktik-praktik bid'ah yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.

Pemikiran-pemikirannya banyak mempengaruhi ulama-ulama besar di Indonesia seperti KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, dan Haji Rasul, ayah dari Buya Hamka. Melalui murid-muridnya inilah, gagasan-gagasan Ahmad Khatib terus hidup dan berkembang di Indonesia, memberikan warna baru dalam perkembangan Islam di Nusantara.

Pengaruh Ahmad Khatib tidak hanya terbatas pada bidang keilmuan agama, tetapi juga pada aspek sosial dan budaya. Dia sering menekankan pentingnya pendidikan dan pengetahuan bagi kemajuan umat Islam.

Dalam ceramah-ceramahnya selalu mendorong umat Islam untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan memahami ajaran Islam secara mendalam. Selain itu, Ahmad Khatib juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi meninggal dunia pada tahun 1916 di Mekkah. Namun, warisan keilmuan dan semangat pembaharuannya tetap hidup melalui karya-karya tulisnya dan melalui para murid yang terus menyebarkan ajarannya.

Masjid Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi di Sumatera Barat menjadi simbol penghargaan atas jasa-jasanya dan menjadi pusat kegiatan keagamaan yang terus menginspirasi generasi Muslim selanjutnya.

Melalui karyanya, Ahmad Khatib telah menulis banyak kitab yang menjadi rujukan bagi para ulama dan pelajar di berbagai negara. Kitab-kitabnya mencakup berbagai topik penting dalam Islam, termasuk fikih, tafsir, hadits, dan tasawuf.

Karya-karyanya ini tidak hanya menjadi panduan dalam memahami ajaran Islam, tetapi juga menjadi sumber inspirasi bagi para ulama dalam mengembangkan pemikiran Islam yang relevan dengan perkembangan zaman.

Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi bukan hanya meninggalkan jejak sebagai Imam dan Khatib di Masjidil Haram, tetapi juga sebagai tokoh pembaharuan Islam yang terus dikenang dan dihormati hingga kini.

Keberadaan Masjid Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi di Sumatera Barat menjadi simbol dari penghargaan terhadap kontribusi besar yang telah ia berikan dalam sejarah perkembangan Islam di Nusantara.(*)

 

Sumber: Tribun Padang
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved