Banjir Lahar Dingin Gunung Marapi

Cerita Erni Renti, Warga Limo Kaum Sumbar yang Lompat dari Lantai 2 Rumah Saat Banjir Lahar Dingin

Kembali lagi pada malam banjir lahar dingin yang menyapu sejumlah rumah di Parambahan, Limo Kaum, Tanah Datar, Sumatera Barat, Erni Renti teringat ...

Penulis: Panji Rahmat | Editor: Fuadi Zikri
TribunPadang.com/Panji Rahmat
Penyintas banjir lahar dingin Gunung Marapi di Parambahan, Limo Kaum, Tanah Datar, Sumatera Barat (Sumbar), Erni Renti, duduk di atas kursi karena mengalami dislokasi pada kaki. Saat dikunjungi seorang masyarakat yang hendak memberi bantuan, Minggu (19/5/2024). 

TRIBUNPADANG.COM, TANAH DATAR - Kembali lagi pada malam banjir lahar dingin yang menyapu sejumlah rumah di Parambahan, Limo Kaum, Tanah Datar, Sumatera Barat, Erni Renti teringat bagaimana upayanya meneyalamatkan diri.

Kini Erni sudah tidak punya apa-apa lagi, banjir bandang Sabtu lalu, menghanyutkan rumah dan seluruh hartanya.

Satu hal yang masih melekat di dirinya selain baju adalah kondisi kaki yang dislokasi akibat banjir lahar dingin Gunung Marapi itu.

Sampai sekarang Erni harus menggunakan alat bantu untuk beraktifitas.

Pada saat banjir datang Erni bersama suami dan dua anaknya masih dalam kondisi bersantai.

Kondisi cuaca cukup cerah malam itu, tidak ada pertanda apapun yang akan membuatnya harus kehilangan semua harta bendanya.

"Saya sedang main hp sambil bersantai jelang tidur, tetiba bunyi seperti gemuruh terdengar, air di luar sudah menggenang," jelasnya.

Baca juga: Penyintas Banjir Lahar Dingin di Parambahan Tanah Datar Sumbar Butuh Perlengkapan Tidur

Air tersebut sudah hampir setinggi paha, Erni bersama keluarganya langsung menyelamatkan diri.

Menembus air yang berwarna gelap pekat itu, Erni bersama anak gadisnya langsung mencari tempat yang aman.

Mereka diantarkan oleh suaminya, yang setelah itu mencari anak lelakinya yang tidak terlihat.

"Saya langsung naik kelantai dua rumah warga. Uda (suami) mencari anak laki-laki," jelasnya.

Meski sudah di tempat yang tinggi, Erni dan anaknya masih merasa belum aman, kondisi rumah itu goyang saat banjir terjadi.

Takut terjadi sesuatu, Erni dan anaknya memilih untuk melompat dari lantai dua rumah setinggi enam meter itu.

Pilihan itu ia ambil, saat kondisi air belum sepenuhnya besar dan tinggi, sampai di bawah Erni sempat merasakan ada yang salah dari tumpuannya melompat.

Karena takut air akan bertambah deras dan tinggi, ia ansur saja langkah ke lokasi yang lebih aman berjarak ratusan meter.

Sumber: Tribun Padang
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved