Banjir Lahar Dingin Gunung Marapi

Jatuh Bangun Seswati Naiki Tangga Selamatkan Diri saat Dihantam Banjir Lahar Dingin Agam Sumbar

Seswati, warga Kapalo Koto, Sungai Pua, Agam, Sumbar mengenang perjuangan hebatnya dihantam banjir bandang lahar dingin yang melanda daerah itu, Sabtu

Penulis: Panji Rahmat | Editor: Rizka Desri Yusfita
TribunPadang.com/Panji Rahmat
Seswati warga Kapalo Koto, Sungai Pua, Agam, Sumatera Barat periode berlayar kondisi rumahnya yang rusak berat dihantam banjir lahar dingin, Rabu (17/5/2024) 

TRIBUNPADANG.COM - "Saya berusaha naik ke lantai dua rumah, menuju tangga saja, saya harus jatuh bangun," ujar Seswati, warga Kapalo Koto, Sungai Pua, Agam, Sumbar mengenang perjuangan hebatnya dihantam banjir bandang lahar dingin yang melanda daerah itu, Sabtu (11/5/2024) malam.

Sesaat sebelum kejadian, Seswati masih sempat berbincang dengan tetangga depan rumahnya di teras,.

Mereka berdua masih bisa berkelakar membahas hujan dan kecemasan karena sulit untuk tidur.

Belum lama keduanya berbincang, air yang sangat besar dan kuat tetiba muncul, menghantam keduanya.

Seswati terlempar, ia terhantam air besar berwarna cokelat itu.

Beruntung tubuh perempuan berusia 58 tahun itu terhempas masuk ke dalam rumahnya sendiri.

Masih belum percaya dan panik, Seswati bangkit di antara air penuh lumpur, mengeja langkah ke tempat yang lebih aman.

Listrik sudah padam, bermodal ingatan tata letak rumah, itu yang membimbingnya menuju tangga.

Tubuh lemahnya, beberapa kali dihantam kursi, meja dan material longsor.

Sekuat tenaga, menjajaki setiap anak tangga, akhirnya Seswati sampai di lantai dua.

Di sana sudah ada adik perempuan dan keponakan perempuannya.

Baca juga: 12 Kisah Korban Banjir Bandang Lahar Dingin Sumbar, Kehilangan Rumah hingga Anggota Keluarga

Sebelum kejadian, harusnya ada anak laki-laki dan keponakan laki-laki Seswati juga di rumah.

Tapi mereka tidak terlihat sesampai Seswati di teras lantai dua rumahnya.

Di sana mereka bertiga hanya mengais ketakutan.

Adik perempuannya sempat menyoraki, anak dan keponakannya, tapi tidak ada yang menyahut.

Suara air malam itu mengalahkan suara adik perempuan Seswati.

"Saya bilang ke dia, sekarang berdoa dan berzikir saja, semoga keduanya selamat," ujarnya mencontohkan percakapan di tengah malam yang gelap gulita, Rabu (15/5/2024).

Baca juga: 5 FAKTA tentang Banjir Bandang Lahar Dingin Sumbar, Penyebab hingga Jumlah Korban Terkini

Bersama tangis dan doa, mereka bertiga berpelukan berharap keselamatan dari yang maha kuasa.

Di tengah hantaman air, kondisi teras rumah juga mulai goyang, 30 menit mereka duduk di sana, menunggu air kembali normal.

Saat menunggu, anak dan keponakan Seswati muncul dari pohon jambu ke teras rumah.

Sekarang mereka sudah lengkap, panjatan doa makin kuat dan dekapan dalam malam yang gelap dan dingin itu semakin hangat.

Setengah jam mereka berdoa, akhirnya air mulai normal, Seswati dan yang lainnya dievakuasi warga ke tempat pengungsian.

Di tempat pengungsian baru, Seswati membersihkan badannya yang penuh lumpur karena hempasan air.

"Bersih-bersih dan tidur di rumah warga yang posisinya lebih aman. Sampai pagi baru bisa lihat kondisi rumah," ujarnya.

Baca juga: Ernita Alami Trauma Mendalam Pasca Banjir Bandang Terjang Nagari Pandai Sikek Tanah Datar Sumbar

Di terpaan cahaya matahari pagi, rumah Seswati di bagian lantai satu sudah habis betul.

Dari luar ia melihat ada pohon, batu, becak dan motor entah dari mana memenuhi bagian dalam rumahnya.

Kondisi rumah yang rusak berat, membuat Seswati diminta warga agar tidak memasukinya.

Hingga hari ini, Seswati mengaku belum melihat ke dalam rumah.

Ia menilai kondisi rumah serupa itu tidak mungkin bisa lagi ditinggali.

"Perbaikanya harus menyeluruh, karena sudah rapi sekali dihantam banjir," terangnya, melihat rumah permanen yang susah payah ia bangun puluhan tahun lalu itu.

Baca juga: Petani Bukik Batabuah Agam tak Percaya Batu-Batu Besar Bisa Turun dari Perut Gunung Marapi

Tidak Ada yang Selamat

Seswati masih belum percaya banjir sebesar dan sekuat itu datang tanpa memberi pertanda apapun.

Ia tidak bisa menyelamatkan apapun barang miliknya, termasuk Hp yang seharusnya selalu ada di genggaman Seswati.

"Saya sama sekali tidak menduga, makanya saya masih bisa berbincang di teras dengan tetangga," ujarnya.

Selama tinggal di Kapalo Koto, Seswati mengaku, ini banjir kedua yang ia rasakan setelah April 2024.

Pada saat banjir lahar dingin pertama, air hanya mengaliri aliran sungai, tapi debitnya lebih besar.

Sementara kemarin, air tidak jelas arahnya, melebar kemana-mana, menghantam apapun yang ia lewati.

Ia menilai, banjir serupa ini sebenarnya sejak Gunung Marapi meletus sudah diprediksi warga, karena Kapalo Koto termasuk aliran kawah Gunung Marapi.

"Prediksi ada, tapi waktunya tidak jelas. Makanya tidak ada satupun warga yang mengungsi," katanya.

Anak dan Keponakan Sempat Lihat Anak Ustaz Syaukani Sani Hanyut

Saat keponakan dan anak Seswati hilang beberapa waktu saat banjir lahar dingin, mereka menyelamatkan diri di atas pohon jambu.

Baca juga: Teriakan Debit Air Naik Bangunkan Azimar dan Keluarga saat Banjir Bandang Lahar Dingin Sumbar

Di atas pohon itu, mereka melihat langsung sejumlah material yang melewati rumah mereka.

"Mereka lihat ada kulkas, mesin cuci, kayu, pohon, batu, motor dan lainnya dihanyutkan air," kata Seswati mengingat pengakuan keponakan dan anaknya.

Bahkan mereka juga melihat langsung putri ustaz Syaukani Sani, lewat di bawah mereka.

Kepala anak itu masih berada di atas air, sedangkan tubuh mungilnya tidak mampu menggapai apapun.

Kondisinya terseret dalam sapuan banjir lahar dingin yang besar itu.

"Ia sempat minta tolong dan menangis, tapi anak dan keponakan saya tidak bisa membantu," tuturnya. (*)

Sumber: Tribun Padang
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved