Kabupaten Kepulauan Mentawai
Ketersediaan Air Bersih Jadi Impian Masyarakat Muara Siberut Kepulauan Mentawai
Ketersediaan air bersih menjadi impian bagi masyarakat Desa Muara Siberut, Kecamatan Siberut Selatan, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat.
Penulis: Wahyu Bahar | Editor: Fuadi Zikri
TRIBUNPADANG.COM, KEPULAUAN MENTAWAI - Ketersediaan air bersih menjadi impian bagi masyarakat Desa Muara Siberut, Kecamatan Siberut Selatan, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat.
Masyarakat Muara Siberut mendambakan air bersih bisa masuk ke rumah-rumah mereka. Selama ini, hanya air hujan yang bisa dimanfaatkan, yang ditampung untuk dialiri ke sumur di rumah mereka.
Walakin, sudah empat bulan terakhir daerah yang dihuni 3.326 jiwa/993 keluarga itu kekeringan. Hujan yang diharapkan tak kunjung turun. Masyarakat mengeluhkan ketersediaan air bersih itu.
Akibatnya, Ester Maslita (31) seorang warga setempat sejak dahulu harus membeli air dari depot. Apalagi saat kekeringan, dari beberapa depot yang ada di Muara Siberut hanya satu depot yang punya stok.
"Kemarau melanda, masyarakat berebut untuk membeli air dari depot, itu pun akhir-akhir ini kurang bersih. Jadi siapa cepat dia dapat, susah air di sini," ujar Ester di warung makanan dan minuman miliknya, Jumat (1/12/2023) sore.
Ketersediaan air bersih begitu penting bagi Ester, baik itu untuk keperluan rumah tangga, begitu juga untuk keberlangsungan jualannya. Ester yang punya warung perlu air untuk mencuci piring, gelas dan alat masak.
Ibu tiga anak ini bilang, setidaknya dalam sepekan ia harus membeli air dari depot sekitar lima kubik. Membeli lima kubik air itu ia harus merogoh kocek Rp500 ribu. Artinya, dalam sebulan ia harus menyisihkan Rp2 juta hanya untuk membeli air.

Baca juga: Mengenal Desa Muntei Kabupaten Mentawai, Peraih Juara 1 ADWI 2023
Sementara itu, ia juga harus membeli air galon untuk mencuci beras, menanak nasi, serta minum sehari-hari.
Setahu Ester, program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) pernah masuk ke kampungnya belasan tahun yang lalu. Hanya saja, program itu hanya bertahan sekitar satu tahun.
Ia masih berharap ada solusi dari pemerintah untuk menyelesaikan soal air bersih itu, lantaran sejak lahir hingga saat ini, ketersediaan air bersih belum pernah ia cicipi.
"Benar-benar air yang paling dibutuhkan, itu solusinya belum ada sampai sekarang. Kalau misalnya kita bicara sama aparat desa dan pemerintah mereka sudah tahu kok, kita hanya tunggu upaya pemerintah," imbuhnya.
Senada dengan Ester, Opi, warga lainnya mengatakan hal yang sama. Hampir separuh baya usianya, air bersih masih jadi impian dia dan keluarga.
Di rumahnya, ia sudah punya sumur bor, tapi keasinan dan agak keruh, alias payau, lantaran ia tinggal persis di samping muara. Atas hal itu, ia tetap harus membeli air bersih untuk makan dan minum.
Andria Budi Agung, Kepala Desa (Kades) Muara Siberut mengakui salah satu kebutuhan mendesak di daerahnya ialah ketersediaan air bersih.
Sejak ia menjabat dua tahun yang lalu, masyarakat kerap menyampaikan keluhan terkait air bersih kepadanya.
"Air bersih memang sangat butuh, sudah ada pembangunan untuk itu tapi tidak aktif, hanya tergantung curah hujan, tapi di sini ada titik-titik telaga yang bisa mengalir, tapi tidak mengalir ke rumah masyarakat," ujar Andria ditemui di salah satu warung di Desa Muara Siberut.
"Ini ada yang dibangun, ada empat titik yang sudah ada bekas pembangunan air bersih, tapi tak maksimal, sebelum menjabat juga sudah seperti ini, ini diajukan ke kabupaten kurang dari lima tahun ini," tambahnya.
Sementara, lanjut Andria, anggaran di desa juga tidak memadai untuk menyediakan air bersih untuk Muara Siberut.
Di samping itu, Kades membeberkan, untuk infrastruktur jalan di Muara Siberut sudah cukup memadai. Apalagi daerahnya berada di pinggir dan tempat transit kapal.
Begitu juga untuk penerangan di Muara Siberut sudah ada, namun juga belum maksimal.
Muara Siberut, jelas dia merupakan sentral ekonomi di Siberut Selatan. Aktivitas keluar masuk barang dari Siberut Selatan dan daerah lain terjadi di Pasar Muara Siberut.

Baca juga: Pengabdian Nakes Sinaka Pagai Selatan Kepulauan Mentawai di Tengah Keterbatasan
Andria menuturkan, Muara Siberut juga daerah heterogen, dimana dihuni beragam suku, baik itu Minang (Pariaman hingga Pesisir Selatan), Nias, Batak, Jawa dan penduduk asli Mentawai.
Secara umum, ucapnya, profesi masyarakat di Muara Siberut ialah nelayan, petani/pekebun pinang, cengkeh, hingga pedagang.
Untuk diketahui juga, Desa Muara Siberut berjarak sekitar lima kilometer dari pelabuhan Maileppet Siberut Selatan.
________________
Baca berita TribunPadang.com terbaru di Google News
Wamen ESDM Ungkap Masyarakat Mentawai Masih Bergantung pada Minyak Tanah, Dorong Konversi ke LPG |
![]() |
---|
Longboat Pemancing Mati Mesin di Perairan Pulau Siruamata Kepulauan Mentawai, SAR Lakukan Evakuasi |
![]() |
---|
Polisi Ungkap Dugaan Penimbunan BBM Subsidi di Mentawai: Tangkap 2 Pelaku, Sita 1.400 L Pertalite |
![]() |
---|
LBH Padang Hadirkan Posko Layanan Bantuan Hukum Gratis di Kabupaten Kepulauan Mentawai |
![]() |
---|
Kapal Mesin Mati saat Cari Ikan di Perairan Mentawai, Nelayan Asal Pessel Dievakuasi Tim SAR |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.