Kabut Asap di Sumbar

Kabut Asap Masih Berlangsung, 1.441 Titik Panas Terpantau di Sumatera, Sumbar Ada 48

Sebanyak 1.441 titik panas tersebar di berbagai daerah di pulau Sumatera hingga Kamis (5/10/2023) pukul 23.00 WIB.

Editor: Rahmadi
Istimewa
Petugas gabungan saat memadamkan kebakaran lahan di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumbar, Kamis (5/10/2023). DIketahui saat ini ada 48 titik panas di Sumbar. 

TRIBUNPADANG.COM - Sebanyak 1.441 titik panas tersebar di berbagai daerah di pulau Sumatera hingga  Kamis (5/10/2023) pukul 23.00 WIB.

Sebanyak 48 diantaranya berada di Sumatera Barat (Sumbar). Diketahui hingga saat ini kabut asap masih menyelimuti daerah Sumbar.

Dilansir dari TribunPekanbaru.com, sebaran titik panas dengan rincian Bengkulu 5 titik, Jambi 74, Lampung 189, Sumatera Barat 48, Sumatera Selatan 998, Sumatera Utara 2, Bangka Belitung 105 dan Riau 20 titik.

Di Provinsi Riau, titik panas terdapat di Kabupaten Bengkalis 5 titik, Kabupaten Kuantan Singingi 2, Kabupaten Pelalawan 3, Kabupaten Indragiri Hilir 3 dan Kabupaten Indragiri Hulu 7 titik.

Baca juga: Kabut Asap Makin Tebal, 882 Titik Api Terpantau di Sumatera, Paling Banyak di Sumsel

Sebelumnya diberitakan, Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumatera Barat (Sumbar) meminta pemerintah untuk serius dan proaktif mengatasi polusi udara akibat kabut asap.

Diketahui, kabut asap tampak menyelimuti kabupaten kota di Sumbar sejak beberapa minggu belakangan.

Kepala Departemen Advokasi dan Lingkungan Hidup Walhi Sumbar, Tommy Adam mengatakan Walhi mencermati selama ini Pemerintah Daerah (Pemda) belum terlalu peduli terkait pencemaran udara ini.

Lanjutnya, kebanyakan pernyataan dinas kehutanan juga masih mengklaim kabut asap ini merupakan kiriman dari luar Sumbar.

Padahal, Walhi mencatat kabut asap di Sumbar tidak hanya kiriman dari luar Sumbar seperti Jambi, Riau, dan Palembang, namun juga terjadi di beberapa titik di Sumbar.

Beberapa kebakaran hutan di Sumbar seperti di lahan gambut Pesisir Selatan, Dharmasraya, dan Lima Puluh Kota di Sumbar.

Baca juga: Terima Laporan Siswa Sakit Dampak Kabut Asap, Disdikbud Padang Batasi Belajar Luar Ruangan

Selain karhutla, pencemaran udara juga disebabkan oleh PLTU Teluk Sirih dan PLTU ombilin, serta stoke tail di beberapa daerah juga berkontribusi kepada debu dan kabut asap.

"Penting bagi pemerintah daerah untuk menekan karbondioksida, dan mengantisipasi kebakaran di titik yang sama," ujar Tommy, Jumat (6/10/2023)

Ia menambah pemerintah harus pro aktif untuk mengatasi penyebab pencemaran udara, termasuk dampak pencemaran udara tersebut terhadap masyarakat

Terlebih dampak kabut asap mengakibatkan melonjaknya penyakit Ispa.

"Di beberapa daerah itu sudah menerapkan sekolah online. Perlu juga diperhatikan kondisi anak, orang rentan dan lansia," kata Tommy.

Selain itu, ia juga meminta pemerintah menegakan aturan terhadap pelanggaran lingkungan. (*)

 

 

Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved