Opini Citizen Journalism

Kata: nasi, dan Konteksnya dalam Bahasa Minangkabau

PERBEDAAN kelompok usia mencerminkan adanya hubungan sosial yang berubah. Bahasa orang dewasa, serta bahasa anak-anak, berkembang sebagai respons terh

Editor: Emil Mahmud
Tribunnews.com
Ilustrasi: nasi dan alat penanak 

Istilah lain yang menggunakan kata nasi adalah pamakan nasi. Istilah ini mempunyai dua makna, yaitu:

(1) ‘orang yang suka/sering makan nasi’ dan

(2) ‘lauk pauk/teman makan nasi’.

Di samping itu, juga ada istilah nasi karak yang bermakna ‘nasi yang terletak paling bawah ketika memasak dan mengeras’ dan nasi lambiak  yang bermakna ‘nasi lembek’.

Di samping itu, ada lagi istilah mancari sasuok nasi ‘mencari sesuap nasi’ yang artinyaanya adalah mencari rezki/bekerja.

Selanjutnya, ada beberapa ungkapan yang menggunakan kata nasi sebagai salah satu unsurnya. Ungkapan Sarupo kuah tatuang ka nasi, nasi ka dimakan juo ‘seperti kuah tertumpah ke nasi, nasi akan dimakan jua’.

Ungkapan itu bermakna sesuatu yang terjadi dianggap itulah yang seharusnya terjadi. Ungkapan tersebut biasanya digunakan untuk menyatakan seorang laki-laki di Minangkabau yang menikah dengan kemenakan ayahnya (anak dari saudara perempuan ayahnya). Dalam budaya Minangkabau (pada masa lalu), perkawinan seperti itu dianggap sebagai perkawinan yang ideal.

Ungkapan “Sarupo urang litak dapek nasi, urang auih dapek aia”. Ungkapan tersebut digunakan untuk menyatakan keadaan seseorang yang sedang kesusahan, tiba-tiba mendapat bantuan. Orang yang sedang lapar, diberi nasi dan orang yang sedang haus, diberi air. Dengan demikian, bantuan tersebut terasa sangat tepat dan sangat berharga.

Ungkapan Nasi talatak dilutuik ‘nasi terletak di lutut’ digunakan untuk menyatakan bahwa sesuatu yang didapatkan dengan mudah tanpa ada usaha atau sesuatu sudah tersedia tanpa harus mencarinya terlebih dahulu.

Istilah talatak dilutuik berkaitan dengan cara makan sebab dahulu orang makan duduk di tikar dan nasi terletak di dekat lutut. Nasi tersebut dihidangkan dengan kelengkapannya sehingga tinggal memakannya. Hal itu tentu tidak bisa dipahami jika makan dilakukan di atas meja seperti kebanyakan yang kita temukan sekarang.

Ungkapan Batulang ka nasi ‘bertiang ke nasi’, sebagaimana telah dinyatakan sebelumnya, digunakan untuk menyatakan keadaan seseorang yang menjadikan nasi sebagai makanan utama yang tidak bisa diganti dengan makanan lainnya. Orang tersebut akan merasa kuat dan akan timbul kekuatannya apabila sudah makan nasi.

Saminum samakan salauak sanasi. Bentuk ini digunakan untuk menyatakan persahabatan yang sangat erat. Keeratan persahabatan tersebut ditunjukkan dengan selalu minum bersama, makan bersama, makan lauk yang sama, dan nasi yang sama.

Ungkapan Gulai lamak nasi matah, nasi lamak gulai matah ‘gulai enak nasi mentah, nasi enak gulai mentah’ digunakan untuk menyatakan keadaan yang tidak menyenangkan.

Hal itu ditunjukkan dengan nasi matah ‘nasi mentah’ dan gulai matah ‘gulai mentah’. Walaupun gulai enak, jika nasinya mentah, maka makan tidak akan terasa enak. Begitu juga sebaliknya, walaupun nasinya enak, tetapi gulainya mentah, maka makan juga akan terasa tidak enak.

Bialah nasi tabuang, asa pariuak jan pacah, ungkapan ini biasanya digunakan untuk menyatakan keadaan seorang perempuan yang sedang susah payah melahirkan. Dalam keadan demikian, akan direlakan anaknya meninggal yang dinyatakan dengan bialah nasi tabuang ‘biarlah nasi terbuang’, asalkan ibunya bisa selamat yang dinyatakan dengan asa pariuak jan pacah ‘asal periuk tidak pecah’.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved