Citizen Journalism

Makna Ganda atau Istilah Ambigu: Fenomena yang Menuai Pro, dan Kontra

FENOMENA penggunaan bahasa selalu menjadi hal menarik untuk disoroti.  Akhir-akhir ini kasus penggunaan makna ganda yang ditampilkan dalam judul-judul

Editor: Emil Mahmud
ISTIMEWA
Fenomena penggunaan bahasa selalu menjadi hal menarik untuk disoroti.  Akhir-akhir ini kasus penggunaan makna ganda yang ditampilkan dalam judul-judul berita online yang ditemukan cukup signifikan. Ilustrasi: Pusat Bahasa Universitas Andalas atau Unand di Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat 

Dalam agama pun jelas ini adalah hal yang salah karena hal ini dapat menimbulkan fitnah. Penggunaan makna ganda terutama ketika memunculkan dan mengarah ke spekulasi negatif maka akan sama dengan fitnah.

Dalam sudut pandang ilmu bahasa, kita seharusnya menyadari bahwasanya sebuah tuturan pada dasarnya tidak hanya mengandung unsur internal kebahasaan semata seperti kata, frasa, tata bahasa dan makna gramatikal saja namun lebih lanjut juga mengandung aksi yang dapat berimpilikasi kepada pendengar maupun penutur yang dikenal dengan istilah tindak tutur.

Menjadi penting kemudian bagi penutur untuk dapat mempertimbangkan setiap unsur bahasa yang digunakan beserta akibat yang dibawanya agar bersesuaian dengan fakta dan nilai kebenaran serta nilai agama.

Setidaknya jika diuraikan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dipenuhi dalam menggunakan bahasa yakni dalam membuat sebuah judul:

1      Kemenarikkan

2      Intensi atau maksud dari tuturan yang diproduksi,

3      Impilkasi dari pemilihan kata dan kontrol  nilai didalamnya

Lebih lanjut, kasus-kasus makna ganda dalam berita-berita online diatas harusnya dapat menjadi pembelajaran bagi khalayak masyarakat untuk lebih berhati-hati dan bijak dalam berbahasa ataupun menggunakan bahasa.

Terutama ketika hendak mengucapkan dan mendefinisikan suatu objek beserta referensi di dalamnya, karena kata-kata yang dikeluarkan dan dipilih apabila tidak bersesuaian dengan kebenaran dan fakta yang ada akan menjadi fitnah dan hoaks.

Akibatnya,  tidak hanya dapat menyakiti objek tuturan namun juga mendatangkan kebodohan jangka panjang bagi masyarakat pada level keterbelakangan informasi.

Jangan sampai dikarenakan bahasa yang kita gunakan kemudian timbul seseorang yang menjadi korban baik itu korban dari pembodohan informasi maupum korban kebencian dibalik ujaran yang kita hasilkan.(*)

Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved