Citizen Journalism

Makna Ganda atau Istilah Ambigu: Fenomena yang Menuai Pro, dan Kontra

FENOMENA penggunaan bahasa selalu menjadi hal menarik untuk disoroti.  Akhir-akhir ini kasus penggunaan makna ganda yang ditampilkan dalam judul-judul

Editor: Emil Mahmud
ISTIMEWA
Fenomena penggunaan bahasa selalu menjadi hal menarik untuk disoroti.  Akhir-akhir ini kasus penggunaan makna ganda yang ditampilkan dalam judul-judul berita online yang ditemukan cukup signifikan. Ilustrasi: Pusat Bahasa Universitas Andalas atau Unand di Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat 

Oleh : Shilva Lioni, Dosen Jurusan Sastra Inggris, FIB Universitas Andalas

FENOMENA penggunaan bahasa selalu menjadi hal menarik untuk disoroti.  Akhir-akhir ini kasus penggunaan makna ganda yang ditampilkan dalam judul-judul berita online yang ditemukan cukup signifikan.

Alhasil, fenomena menuai pro dan kontra terutama bagi sebahagian kalangan, termasuk penulis sebagai seseorang yang menekuni bidang Ilmu Linguistik.

Fenomena makna ganda yang ditampilkan dan digunakan secara sengaja dan berlebihan pada judul-judul berita dan bahkan menjadi tren dalam fenomena penggunaan bahasa di media online.

Lantaran hal tersebut, dinilai cukup mengganggu dan dapat meresahkan masyarakat kedepannya secara lebih luas jika dibiarkan begitu saja.

Bahasa merupakan suatu alat untuk berkomunikasi yang dengannya seorang penutur dapat menyampaikan maksud dan tujuan, sehingga tentu memilih dan memilah bahasa sangatlah penting.

Tujuannya, agar hal yang disampaikan mampu dicerna dengan baik oleh pendengar maupun pembaca. Namun bertolak-belakang dengan pernyataan ini.

Utamanya, keambiguan atau ketidak-jelasan dalam pemberian sebuah informasi beserta ketidak-tepatan dalam memaknai sesuatu oleh pendengar seakan dimanfaatkan oleh sebahagian kelompok pengguna bahasa pada media online jika dicermati secara lebih lanjut.

Kita sering kali menemukan judul-judul berita yang berlapis makna seperti yang terdapat pada beberapa judul berita berikut; “Bukan Ariel Noah, ternyata pria ini yang menghamili Bunga Citra Lestari: Tampan dan mapan (lombokinsider.com, 09 November 2022)”,

“Fix, Ternyata yang Menghamili BCL Bukan Ariel Noah, Tapi Sosok Pria Ini…. (radarlampung.disway.id-berita terkini terpercaya, 09 November 2022)”,

“Lesti Nangis di Depan Ka’bah, dalam Pelukan Lelaki yang Sangat Dicintainnya: Masya Allah momen haru (gorajuara.com, 09 Oktober 2022)”,

“Innalillahi, kabar duka datang dari ayah Lesti Kejora, Endang Mulyana sosok ini meninggal dunia: Selamat jalan (lombokinsider.com, 15 November 2022)”.

Jika dicermati secara lebih lanjut, fenomena ini seringkali hadir dan digunakan dalam memberitakan sebuah isu dalam kaitannya dengan dunia infotainmen baik itu tentang perselingkuhan, kematian, dan lainnya.  

Makna ganda adalah sebuah tuturan yang mengandung dua makna atau lebih yang mana tuturan tersebut lebih lanjut dapat diartikan menjadi lebih dari satu makna.

Makna ganda biasanya merujuk pada dua atau lebih referen di dalamnya. Sebagai contoh pada judul yang disebutkan diatas, pada judul “Bukan Ariel Noah, ternyata pria ini yang menghamili Bunga Citra Lestari: Tampan dan mapan”.

Dalam hal ini, kehadiran kata “pria ini” dalam judul berita menghadirkan keambiguan makna dikarenakan referen atau objek sasaran yang dituju dalam konteks ini tidak jelas.

Kehadiran makna yang ambigu ditambah penyisipan kata-kata kontroversial seperti menghamili dan dikaitkan dengan seorang janda yang suaminya sudah meninggal dunia tentu akan memberikan efek atas berita tersebut.

Penulis mencermatinya, seakan membawa isu negatif dan ini jelas tidak baik terlebih bagi sebahagian orang yang hanya membaca judul tanpa melihat kedalam isi berita, sekalipun jika isi berita murni menyebutkan fakta.

Jika dijabarkan lebih lanjut, berikut beberapa makna yang dapat kita peroleh dalam penggunaan kata “sosok ini” dalam judul berita tersebut, 1) Mengacu pada pria asing yang tidak diketahui, 2) Mengacu pada suami dari Bunga Citra Lestari, 3) Mengacu pada pria dengan identitas tertentu.

Tidak hanya pada judul diatas, judul-judul seperti “Lesti Nangis di Depan Ka’bah, dalam Pelukan Lelaki yang Sangat Dicintainnya: Masya Allah momen haru”,

Dan, “Innalillahi, kabar duka datang dari ayah Lesti Kejora, Endang Mulyana sosok ini meninggal dunia: Selamat jalan” juga menuai pro dan kontra karena keambiguan bahasa yakni referen atau objek yang disasarnya tidaklah jelas yakni dalam penggunaan kata “lelaki” dan “sosok ini”.

Makna Ganda atau Istilah Ambigu

Makna ganda dalam ilmu bahasa dikenal sebagai istilah ambigu. Kajian makna ini berada dalam payung ilmu lingustik yakni semantik.

Dalam penggunaan bahasa, makna ganda atau ambiguitas sering ditampilkan jika seseorang bermaksud menyamarkan suatu informasi baik itu tentang identitas, objek.

Tujuan lainnya guna kepentingan tertentu seperti penyembunyian identitas korban dan tersangka yang mana seringkali terjadi atas seiizin dan permintaan dari yang bersangkutan.

Tidak hanya itu, makna ganda atau ambiguitas seringkali juga dapat dimanfaatkan untuk menarik keingintahuan pembaca untuk masuk kedalam isi tuturan yang ingin disampaikan.

Pada dasarnya makna ganda atau ambiguitas sebaiknya dihindari dalam suatu ujaran. Dalam bertutur, seseorang haruslah menggunakan bahasa dan pernyataan yang lugas, jelas, dan tepat sasaran untuk menghindarkan pendengar atau pembaca dari keambiguan atau kesalahan pahaman dalam memaknai sesuatu sehingga tidak terjadi perselisihan atau konflik.

Namun, entah mengapa kemudian pada saat sekarang ini justru kesalahan dan keambiguanlah yang seringkali dimanfaatkan untuk mencapai kepentingan tertentu.

Sebuah bahasa yang dituturkan pada dasarnya dapat memantik rasa keingintahuan pembaca atau pendengar terlebih jika tuturan yang dimaksud tidak bersesuaian dengan background informasi yang diketahui dan diperoleh oleh pembaca atau pendengar sebelumnya.

Memanfaatkan ambiguitas dalam pemberian informasi dengan tujuan untuk menarik jumlah permbaca, jika diliat dari sisi manapun dan dibiarkan begitu saja tentu tidaklah baik.

Dalam agama pun jelas ini adalah hal yang salah karena hal ini dapat menimbulkan fitnah. Penggunaan makna ganda terutama ketika memunculkan dan mengarah ke spekulasi negatif maka akan sama dengan fitnah.

Dalam sudut pandang ilmu bahasa, kita seharusnya menyadari bahwasanya sebuah tuturan pada dasarnya tidak hanya mengandung unsur internal kebahasaan semata seperti kata, frasa, tata bahasa dan makna gramatikal saja namun lebih lanjut juga mengandung aksi yang dapat berimpilikasi kepada pendengar maupun penutur yang dikenal dengan istilah tindak tutur.

Menjadi penting kemudian bagi penutur untuk dapat mempertimbangkan setiap unsur bahasa yang digunakan beserta akibat yang dibawanya agar bersesuaian dengan fakta dan nilai kebenaran serta nilai agama.

Setidaknya jika diuraikan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dipenuhi dalam menggunakan bahasa yakni dalam membuat sebuah judul:

1      Kemenarikkan

2      Intensi atau maksud dari tuturan yang diproduksi,

3      Impilkasi dari pemilihan kata dan kontrol  nilai didalamnya

Lebih lanjut, kasus-kasus makna ganda dalam berita-berita online diatas harusnya dapat menjadi pembelajaran bagi khalayak masyarakat untuk lebih berhati-hati dan bijak dalam berbahasa ataupun menggunakan bahasa.

Terutama ketika hendak mengucapkan dan mendefinisikan suatu objek beserta referensi di dalamnya, karena kata-kata yang dikeluarkan dan dipilih apabila tidak bersesuaian dengan kebenaran dan fakta yang ada akan menjadi fitnah dan hoaks.

Akibatnya,  tidak hanya dapat menyakiti objek tuturan namun juga mendatangkan kebodohan jangka panjang bagi masyarakat pada level keterbelakangan informasi.

Jangan sampai dikarenakan bahasa yang kita gunakan kemudian timbul seseorang yang menjadi korban baik itu korban dari pembodohan informasi maupum korban kebencian dibalik ujaran yang kita hasilkan.(*)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved