Gempa Mentawai
Pengungsi Korban Gempa Mentawai Bertambah, Jadi 3.277 Orang dari Desa Simatalu
Kepala Badan Pelaksana (Kalaksa) BPBD Mentawai Novriadi mengungkapkan, jumlah korban gempa Mentawai yang mengungsi terus bertambah.
Penulis: Rima Kurniati | Editor: Mona Triana
Laporan Reporter TribunPadang.com, Rima Kurniati
TRIBUNPADANG.COM, MENTAWAI- Kepala Badan Pelaksana (Kalaksa) BPBD Mentawai Novriadi mengungkapkan, jumlah korban gempa Mentawai yang mengungsi terus bertambah.
Data sebelumnya, jumlah pengungsi sebanyak 2.326 orang hingga kini bertambah menjadi 3.277 orang.
"Kita sudah punya data terbaru pagi ini ada tambahan pengungsi 951 orang berada tiga dusun Desa Simatalu," ungkap Novriadi, Rabu (31/8/2022).
Baca juga: Masa Tanggap Darurat Gempa Mentawai 21 Hari, Martinus Dahlan: Bisa Diperpanjang Melihat Kondisi
Novriadi mengatakan, pada pagi hari masyarakat tetap melakukan aktivitas seperti biasa di perkampungan mereka.
Kemudian masyarakat akan kembali ke pengungsian di perbukitan pada malam hari.
Untuk bantuan saat ini Pemkab Mentawai sedang menyiapkan bantuan tambahan untuk para pengungsi.
"Distribusi bantuan hingga kini masih belum merata, karena beberapa lokasi pengungsian sulit dijangkau," ungkapnya.
Baca juga: Gempa Mentawai, Pemkab Tetapkan Masa Tanggap Darurat Selama 21 Hari, Stok Pangan Tidak Memadai
Jika cuaca baik direncakan besok Kamis (1/9/2022) Pemkab Mentawai akan menyalurkan bantuan dari BNPB dan Kementrian Sosial, lembaga masyarakat dengan menggunakan kapal.
Diberitakan sebelumnya, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kepulauan Mentawai menetapkan masa tanggap darurat gempa yang mengguncang daerah Mentawai sejak Senin (29/8/2022) lalu.
Novriadi mengatakan masa tanggap darurat gempa bumi ini berlaku Selasa (30/8/2022) sampai 19 September 2022 atau selama 21 hari.
"Selama 21 hari dari 30 Agustus sampai 19 September 2022," ungkapnya.
Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai tetapkan masa tanggap darurat bencana gempa selama 21 hari, Rabu (31/8/2022).
Tanggap darurat ini ditetapkan pasca terjadinya gempa dengan kekuatan magnitudo 6,4 dan beberapa kali gempa susulan yang dirasakan masyarakat di Kepulauan Mentawai pada Senin (29/8/2022).
"Kita tetapkan tanggap darurat selama 21 hari," kata Martinus Dahlan selaku Penjabat (Pj) Bupati Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Saat dihubungi Tribun Padang melalui pesan WhatsApp, Martinus Dahlan mengatakan tanggap darurat bencana ini bisa diperpanjang dengan melihat kondisi serta keadaan kedepannya.
"Ditetapkannya tanggap darurat ini, alasannya karena geografis. Dibutuhkannya waktu untuk penanganan," kata Martinus Dahlan.
Alasan lainnya adalah pendistribusian bantuan ke lokasi terdampak gempa yang ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai.
"Untuk berapa kerusakan dan bantuan apa yang diperlukan nanti ya. Saat ini sedang rapat dengan BNPB," kata Martinus Dahlan.
Gempa Mentawai berkekuatan M 6,1 yang mengguncang Kepulauan Mentawai Provinsi Sumatera Barat pada Senin (29/8/2022) pukul 10.29 WIB, ternyata masih ada gempa susulan.
Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari menjelaskan bahwa masyarakat semestinya waspada menyusul gempa Mentawai, supaya tidak perlu panik.
Masyarakat yang tinggal di daerah rawan gempa, setelah peristiwa Gempa Mentawai agar sedapat mungkin mengenali gejala alamiah saat terjadinya gempa.
"Dengan mengenali karakteristik alamiah pelepasan energi gempa, biasanya gempa yang menimbulkan tsunami, guncangannya lebih dari 20 detik," kata Abdul saat konferensi pers pada Selasa (30/8/2022) sore.
Kemudian, jika guncangan kuat dari gempa tersebut lebih dari 20 detik masyarakat segera melakukan evakuasi ke daerah yang lebih tinggi.
Namun, tetap harus diperhatikan keadaan sekitar, jika berada di dalam rumah waspadai benda-benda yang berpotensi jatuh ke bawah.
Lalu, jika kekuatan gempa sudah menurun, dan masyarakat berada di rumah, dapat melakukan hal-hal sederhana.
"Langkah-langkah kesiapsiagaan dengan alat-alat sederhana. Ambil kaleng bekas susun bertingkat, jika malam hari kita tertidur dan jika gempa tentu kaleng itu pasti jatuh. Itu menjadi warning bagi kita," ujar dia.
Selain itu, masyarakat tetap memperhatikan lingkungan di dalam rumah, misalnya lemari yang berpotensi roboh atau peralatan rumah tangga yang berpotensi jatuh ke bawah.
"Hal yang terpenting secara geografis kita tinggal di tempat itu (daerah rawan gempa) pesisir barat, harus kenali karakteristik alamiahnya," ujar dia.
Dijelaskannya, upaya keselamatan juga tidak bisa bergantung sepenuhnya kepada teknologi yang diupayakan pemerintah, karena fenomena geologi lebih banyak dari apa yang manusia ketahui.
Imbauan BNPB
Dilansir TribunPadang.com, pasca Gempa Mentawai berkekuatan M 6,1 mengguncang Kepulauan Mentawai Provinsi Sumatera Barat pada Senin (29/8/2022) pukul 10.29 WIB.
Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari mengimbau agar masyarakat Siberut Barat yang mengungsi ke arah perbukitan pasca gempa dapat segera kembali ke rumah masing-masing.
Ia mengatakan, gempa bumi yang terjadi siang hari tersebut tidak menimbulkan tsunami.
Abdul menyampaikan, masyarakat dapat kembali ke rumah namun tetap waspada.
"Kita mesti dalam kesiapsiagaan gempa, waspada boleh, takut jangan. Kalau takut akan menimbulkan kepanikan," kata Abdul saat konferensi pers BNPB pada Selasa (30/8/2022) sore.
Ia berharap masyarakat mulai mengenali gejala alam gempa bumi tersebut, sehingga tahu langkah yang dilakukan saat terjadi gempa.
Abdul mengatakan, dalam catatan BNPB ada sekitar 14 kali gempa yang terjadi pada hari Senin (29/8/2022), namun tidak signifikan merusak bangunan atau infrastruktur.
Lalu, masyarakat direkomendasikan untuk kembali ke rumah namun dengan syarat kondisi rumah pasca gempa kemarin tidak mengalami kerusakan berat.
Selain itu, masyarakat mesti memperhatikan bangunan rumah atau tempat tinggal sudah sesuai standar kegempaan, dimana setiap rumah mesti memiliki pondasi yang kuat.
Ia menilai, 2.000 orang lebih yang mengungsi di Siberut Barat itu karena kondisi psikologis dampak gempa pada 2007 dan 2010.
"Kondisi psikologis gempa 2007 dan tsunami 2010 mengakibatkan masyarakat lebih memilih lari ke bukit meski siang hari informasinya turun lagi dan malam ke ketinggian lagi untuk berjaga-jaga," kata Abdul.
Baca juga: Akibat Curah Hujan Tinggi, Dua Korong Terdampak Banjir di Padang Pariaman
Mengungsi Pascagempa
Sebelumnya, sejumlah warga Mentawai yang sempat mengungsi pasca gempa bumi, Senin (29/8/2022) mulai kembali ke tempat tinggal masing-masing.
Kepala Badan Pelaksana (Kalaksa) BPBD Mentawai Novriadi mengungkapkan para pengungsi gempa Mentawai mulai tinggalkan titik pengungsian sejak Selasa (30/8/2022) pagi.
Saat ini yang tinggal di titik pengungsian hanya anak-anak dan para kaum wanita.
"Sementara para bapak-bapak sudah kembali ke kampung mereka untuk mengetahui kondisi kediaman mereka," ungkapnya saat dihubungi TribunPadang.com, Selasa (30/8/2022) pagi.
Novriadi mengungkapkan pihaknya juga sudah menyalurkan bantuan logistik berupa makanan dan tenda untuk pendirian tempat pengungsian.
Baca juga: Penyaluran Bantuan Gempa di Mentawai Terkendala Ombak Besar, BPBD: Kita Butuh Kapal Besar
Baca juga: Pasca Gempa Mentawai, Warga Simalegi yang Mengungsi Mulai Kembali ke Rumah
Saat ini bantuan logistik sudah kosong.
Bantuan darurat akan dipasok dari toko atau kedai di desa terdekat.
"Kondisi saat ini gudang sudah kosong tidak ada lagi logistik. Kita juga memasok bantuan melalui kecamatan dan besok BNPB direncanakan akan memasok bantuan juga," ungkapnya.
Diberitakan sebelumnya, BPBD Kabupaten Kepulauan Mentawai mencatat 2.326 orang mengungsi pasca gempa bumi yang mengguncang daerah setempat, Senin (29/8/2022).
Ribuan orang yang mengungsi akibat gempa Mentawai itu tercatat berasal dari Desa Simalegi, Kecamatan Siberut Barat, Kabupaten Kepulauan Mentawai.

"Mereka mengungsi ke daerah ketinggian akibat dampak gempa," ujar Kalaksa BPBD Kabupaten Kepulauan Mentawai, Novriadi kepada TribunPadang.com, Senin sore.
Baca juga: Dampak Gempa Mentawai, Camat Siberut Utara: Ada Lima Keluarga yang Mengungsi ke Bukit Tamaerang
Baca juga: Pasca Gempa Mentawai, Warga Diimbau Cek Kondisi Rumah Sebelum Dihuni Kembali
Dia menjelaskan, ribuan warga yang mengungsi itu berasal dari tujuh dusun di Simalegi dari total 494 kepala keluarga (KK).
Dari jumlah itu, tercatat sebanyak 1.188 orang laki-laki dan 1.138 perempuan dengan berbagai usia, mulai dari bayi hingga lansia.
Mereka yang mengungsi, kata Novriadi juga ada yang mendirikan tenda untuk bertahan di tempat pengungsian.
Berikut ini daftar lengkap per dusun warga Simalegi yang mengungsi berdasarkan data dari BPBD Kepulauan Mentawai:
1. Dusun Saboilogkat
- Laki-laki: 34 orang
- Perempuan: 34 orang
- Jumlah jiwa: 68 orang
- Jumlah KK: 18 KK
2. Dusun Sute'eleu
- Laki-laki: 101 orang
- Perempuan: 88 orang
- Jumlah jiwa: 189 orang
- Jumlah KK: 42 KK
3. Dusun Muara Selatan
- Laki-laki: 137 orang
- Perempuan: 120 orang
- Jumlah jiwa: 257 orang
- Jumlah KK: 57 KK
4. Dusun Muara Utara
- Laki-laki: 131 orang
- Perempuan: 138 orang
- Jumlah jiwa: 269 orang
- Jumlah KK: 63 KK
5. Dusun Bataet Utara
- Laki-laki: 315 orang
- Perempuan: 213 orang
- Jumlah jiwa: 525 orang
- Jumlah KK: 102 KK
6. Dusun Bataet Selatan
- Laki-laki: 313 orang
- Perempuan: 391 orang
- Jumlah jiwa: 704 orang
- Jumlah KK: 144 KK
7. Dusun Sakaladhat
- Laki-laki: 157 orang
- Perempuan: 154 orang
- Jumlah jiwa: 311 orang
- Jumlah KK: 68 KK.
(TribunPadang.com/Wahyu Bahar)
Berita Gempa Mentawai lainnya KLIK DI SINI