Hewan Ternak di Sumbar Positif PMK
Hewan yang Mati Akibat PMK, Marini Jamal: Jika bukan Dinyatakan Daerah Wabah, tidak Dapat Bantuan
Kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Kota Pariaman belum seutuhnya membaik, data terbaru ada satu ternak yang meninggal, Selasa (7/6/2022).
Penulis: Panji Rahmat | Editor: Emil Mahmud
Tapi selang sepekan setelah ibunya sembuh, baru ada gejala tersebut terjadi pada anaknya.
Melihat gejala itu, sejak kemarin sore Suherman sudah berfirasat bahwa sapinya ini tidak berumur panjang.
"Ada rencana mau memotong paksa kemarin. Tapi awak ibo Lo (saya kasihan juga), soalnya sapi itu masih kecil," bebernya.
Firasat Suherman benar, pada malam hari sapinya, Ia sudah paham betul itu terjadi dan akhirnya harus merugi.
"Mau bagaimana lagi, resiko namanya," terang Suherman yang sudah sejak usia belasan tahun menggembala ternak.
Sudah puluhan tahun beternak, ini adalah kemalangan pertama yang dialami oleh Suherman. Satu dari tiga ekor ternak yang ia besarkan dari kecil menemui ajalnya.
Keyakinannya saat sore hari waktu ternaknya tidak mau makan juga terjawab sebelum pemakaman oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Pariaman.
"Kata orang dinas sapi saya memang terjangkit PMK," sebutnya.
Pemakaman sapi Suherman berlangsung pada pukul 11.00 WIB setelah pihak Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan datang ke lokasi.
Kata Suherman pemakaman berjalan seperti biasa, bagian tubuh yang terjangkit PMK tidak dipisahkan.
Kepergian satu ekor sapi ini membuat Suherman harus menelan kerugian sebanyak Rp 8 juta. Kerugian itu harus ia tanggung sendiri, karena ternaknya tidak ada asuransi. (TribunPadang.com/Rahmat Panji)