Hewan Ternak di Sumbar Positif PMK

Hewan yang Mati Akibat PMK, Marini Jamal: Jika bukan Dinyatakan Daerah Wabah, tidak Dapat Bantuan

Kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Kota Pariaman belum seutuhnya membaik, data terbaru ada satu ternak yang meninggal, Selasa (7/6/2022).

Penulis: Panji Rahmat | Editor: Emil Mahmud
TRIBUNPADANG.COM/RAHMAT PANJI
Ilustrasi: Sapi sedang lahap makan rumput di Peternakan Desa Batang Tajongkek, Pariaman Selatan, Rabu (8/6/2022) 

TRIBUNPADANG.COM, PARIAMAN - Kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Kota Pariaman belum seutuhnya membaik, data terbaru ada satu ternak yang meninggal, Selasa (7/6/2022).

Kematian ternak ini terjadi di Desa Batang Tajongkek Pariaman Selatan, menurut Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kota Pariaman Marini Jamal ternak tersebut terindikasi PMK.

"Dari gejala yang kami lihat, ternak tersebut terindikasi PMK. Tapi kami harus menunggu hasil Labor untuk memastikannya," terang Marini, Kamis (9/6/2022).

Kematian ternak milik Suherman (49) itu menambah jumlah ternak yang terdampak PMK, dimana sebelumnya sudah ada 2 ternak yang dipotong paksa.

Kendati demikian Marini Jamal berujar kerugian ekonomi yang diderita peternak ini belum bisa ditanggung oleh pemerintah.

"Kalau tidak dinyatakan daerah wabah oleh Kementan, kita tidak dapat bantuan dana alokasi penanganan tidak terduga untuk daerah tersebut," beber Marini Jamal.

Kerugian finansial ini bisa juga ditanggulangi oleh pemerintah terkait bila ada anggaran berlebih, namun situasi saat ini tidak memungkinkan untuk itu.

Peternak Telan Pil Pahit

Dilansir dari TribunPadang.com, peternak Desa Batang Tajongkek Pariaman Selatan Suherman (49) harus menelan pil pahit saat mengetahui satu ekor sapi mati.

Sapi berumur 2 tahun itu mati setelah pada sore hari, Selasa  (7/6/2022) sudah menunjukan gejala Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).

"Kemarin sore sapi saya sudah tidak mau makan, lalu di sekitar mulut dan kukunya ada tanda-tanda melepuh," kata Suherman ditemui setelah pulang menguburkan sapi tersebut.

Tanda-tanda itu Suherman ketahui dari pengalamannya tiga pekan lalu saat induk sapi yang meninggal ini positif PMK.

Induk yang berusia sekitar 5 tahun tersebut terjangkit PMK setelah Suherman menerima laporan dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Pariaman.

Namun induk tersebut melalui pengobatan yang dilakukan Dinas Peternakan serta Suherman mulai membaik kondisinya.

"Induknya ini sudah sembuh, sekarang makannya juga sudah seperti biasa," beber Suherman.

Tapi selang sepekan setelah ibunya sembuh, baru ada gejala tersebut terjadi pada anaknya.

Melihat gejala itu, sejak kemarin sore Suherman sudah berfirasat bahwa sapinya ini tidak berumur panjang.

"Ada rencana mau memotong paksa kemarin. Tapi awak ibo Lo (saya kasihan juga), soalnya sapi itu masih kecil," bebernya.

Firasat  Suherman benar, pada malam hari sapinya, Ia sudah paham betul itu terjadi dan akhirnya harus merugi.

"Mau bagaimana lagi, resiko namanya," terang Suherman yang sudah sejak usia belasan tahun menggembala ternak.

Sudah puluhan tahun beternak, ini adalah kemalangan pertama yang dialami oleh Suherman. Satu dari tiga ekor ternak yang ia besarkan dari kecil menemui ajalnya.

Keyakinannya saat sore hari waktu ternaknya tidak mau makan juga terjawab sebelum pemakaman oleh   Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Pariaman.

"Kata orang dinas sapi saya memang terjangkit PMK," sebutnya.

Pemakaman sapi Suherman berlangsung pada pukul 11.00 WIB setelah pihak Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan datang ke lokasi.

Kata Suherman pemakaman berjalan seperti biasa, bagian tubuh yang terjangkit PMK tidak dipisahkan.

Kepergian satu ekor sapi ini membuat Suherman harus menelan kerugian sebanyak Rp 8 juta. Kerugian itu harus ia tanggung sendiri, karena ternaknya tidak ada asuransi. (TribunPadang.com/Rahmat Panji)

Sumber: Tribun Padang
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved