Kabupaten Sijunjung

Keunikan Masjid Jami' Padang Sibusuk Sijunjung, Punya Mata Air yang Tak Pernah Kering Sejak 1883 M 

Terletak di Jorong Tapi Balai Nagari Padang Sibusuk Kecamatan Kupitan, Mesjid Jami' ini memiliki keunikan sendiri.

Penulis: Hafiz Ibnu Marsal | Editor: afrizal
ISTIMEWA
Masjid Jami' Nagari Padang Sibusuk, Kecamatan Kupitan, Kabupaten Sijunjung, Sumbar, Kamis (28/4/2022). 

TRIBUNPADANG.COM- Setiap mesjid atau musala, memiliki sejarah dan ceritanya masing-masing.

Termasuk Mesjid Jami' di Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat.

Terletak di Jorong Tapi Balai Nagari Padang Sibusuk Kecamatan Kupitan, Mesjid Jami' ini memiliki keunikan sendiri.

Mesjid Jami' merupakan mesjid pertama dan tertua di Nagari Padang Sibusuk, Sijunjung. 

Baca juga: Masjid Jami Padang Aset dari Nagari Padang Sibusuk, Ada Mata Air, tak Pernah Kering

Baca juga: Ragam Tempat Wisata Religi di Kota Padang, Mengetahui Arsitektur Masjid Raya Sumbar dan Gantiang

Ketua Pengurus Mesjid Jami', Muhammad Haskil menyebut dari informasi yang diberikan secara turun-temurun, mesjid tersebut dibangun pada tahun 1883 Masehi.

"Jika ditahunkan, Mesjid Jami' sudah berusia 100 tahun lebih, sekitar 130 tahun, jadi mesjid ini adalah yang tertua dan segala kegiatan dahulunya dipusatkan di Mesjid Jami' ini," ungkapnya saat ditemui TribunPadang.com, Kamis (28/4/2022).

Mesjid Jami' memiliki mata air yang tidak pernah kering sejak masjid didirikan.

Mata air tersebut, tepat berada di bawah bangunan mesjid.

Selain itu ada juga mata air lainnya di sekitaran bangunan Mesjid Jami'.

Dikatakan Haskil, walaupun musim kemarau, mata air itu terus mengalir.

Baca juga: Mengenal Arsitektur Masjid Raya Ganting: Bagian Atap Arsitektur Cina, dan Bangunan Khas Asia & Eropa

Baca juga: Mengenal Masjid Raya Kubang Putih di Agam, Saksi Sejarah yang Pernah Ditembak Mortir saat PRRI

Saat musim hujan air juga tidak pernah keruh.

Mata air yang berada di bagian bawah mesjid, menjadikan suasana dan hawa di dalam Mesjid Jami' menjadi sejuk sehingga membuat nyaman bagi jemaah yang ingin beribadah.

"Mesjid Jami' ini memiliki keunikan tersendiri, yaitu di bawah mesjid ini terdapat mata air, yang Alhamdulillah Allah memberikan rahmat kepada nagari ini, yang menjadi sumber air bagi masyarakat nagari," ujar Muhammad Haskil.

Keunikan lain pada Mesjid Jami', terletak pada akses jalan.

Terdapat 99 anak tangga yang harus dilewati agar tiba di mesjid tersebut.

Diketahui, Mesjid Jami' terletak di daerah lembah.

Sebelum dibuat jalan untuk sepeda motor, masyarakat yang ingin menuju mesjid harus melalui tangga tersebut.

Kata Haskil, jumlah anak tangga tersebut disesuaikan dengan jumlah Asma'ul Husna yaitu 99 nama Allah.

Ia menambahkan, keunikan lainnya dari tangga tersebut yaitu, saat dihitung kembali, terkadang hitungan tersebut berbeda, kadang dihitung 100 kadang dihitung bisa 101.

"Untuk sampai di lembah ini, ada tangga mesjid itu sebanyak 99 anak tangga, ini barangkali disesuaikan oleh orang tua dulu dengan Asma'ul Husna 99 nama Allah," tutur Ketua Pengurus Mesjid Jami' itu.

Pada awal pendirian Mesjid Jami' Padang Sibusuk tersebut, mesjid itu masih masih berbentuk bangunan kayu dua tingkat.

Setelah dilakukan sejumlah renovasi, sekitar tahun 1997 lantai dasar masjid dibuat dengan tiang dan lantai permanen.

Khusus lantai dua, masih tetap berbahan dasar kayu.

Ketua Pengurus Masjid Jami' itu menyebut, dahulunya sebelum ada alat pengeras suara, terdapat tangga melingkar di tengah mesjid untuk menuju kubah.

Azan sebagai pertanda masuk waktu sholat, dikumandangkan dari kubah tersebut.

"Dahulu ada tangga keliling dari bawah sampai ke kubah, jadi di kubah itulah azan dikumandangkan, karena bergema, dia letaknya di lembah, gemanya tersebutlah yang sampai ke pemukiman penduduk," ucapnya.

Terkait mata air tersebut, terdapat dua versi informasi dari asal aliran mata air yang berada di Mesjid Jami' Padang Sibusuk.

Haskil menjelaskan, versi pertama mengatakan, mata air tersebut berasal dari aliran Sungai Piruko yang juga berada di daerah tersebut.

Sementara, untuk versi kedua menceritakan bahwa mata air tesebut berasal dari pohon beringin besar yang berada di jalan lintas Nagari Padang Sibusuk.

Pohon Beringin besar tersebut, memiliki akar yang sudah masuk jauh ke dalam tanah dan menampung air, dari akar tersebutlah mata air Mesjid Jami' itu berasal.

Kata Haskil, dua versi cerita tersebutlah yang berkembang pada masyarakat setempat.

Kebenarannya belum bisa dipastikan.

"Itu cerita yang kita dapatkan, cuma mana yang benarnya, tentu kita tidak tahu pastinya, yang mana yang betul," terang Haskil.

Dari dua cerita tentang asal usul mata air Mesjid Jami', terdapat cerita menarik di balik pohon beringin besar tersebut.

Di mana, masyarakat setempat menyebut pohon tersebut dengan nama Beringin Sakti.

Cerita yang berkembang di masyarakat Nagari Padang Sibusuk, saat pohon itu akan ditebang atau dirobohkan dengan alat berat untuk dibuat perlintasan jalan Lintas Sumatera, upaya tersebut selalu gagal, sehingga pohon tersebut dibiarkan hingga sekarang.

"Setiap alat berat mencoba merobohkannya dulu, setiap kali juga alat berat itu mati, jadi beringin itu disebut oleh masyarakat nagari ini, sesuatu yang sakti," bebernya.

Haskil mengharapkan untuk ke depannya, aktivitas di Mesjid Jami' tetap hidup di tengah masyarakat Nagari Padang Sibusuk.

Masjid Jami' juga merupakan aset dari Nagari Padang Sibusuk.

Seluruh acara keagamaan yang digelar nagari akan diadakan di Mesjid Jami', seperti peringatan hari-hari besar Islam dan kegiatan MTQ.

"Kita tidak menghilangkan sejarah mesjid ini, bahwa dahulu kita telah mempergunakan mesjid ini untuk segala kebutuhan kita," tutupnya.(*)

Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved