Serba serbi Ramadhan
Pedagang Lamang Tapai di Padang Raup Omzet Rp 2 Juta Sehari, Jelang Idul Fitri Ramai Pemesan
Pedagang lamang tapaidi Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) ternyata bisa meraup omzet hingga mencapai Rp 2 juta dalam satu hari saat ini.
Penulis: Rezi Azwar | Editor: Emil Mahmud
Laporan Wartawan TribunPadang.com, Rezi Azwar
TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Pedagang lamang tapaidi Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) ternyata bisa meraup omzet hingga mencapai Rp 2 juta dalam satu hari saat ini.
Hal itu dikatakan oleh Samsuardi (48) seorang pengusaha Lamang Tapai saat ditemui TribunPadang.com, di Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), Selasa (27/4/2021).
Samsuardi (48) setiap harinya memasak lamang tapai bersama istrinya di kawasan By Pass Kuranji, Kecamatan Kuranji, Kota Padang, Sumbar.
Menurutnya, Lamang atau lemang merupakan jajanan khas dari Minangkabau yang terbuat dari beras ketan dan dibakar pada perapian.
"Biasanya, saat bulan suci Ramadhan, sajian makanan lamang tapai selalu dicari masyarakat sebagai menu berbuka puasa," ujar Samsuardi.
Baca juga: Perantau Diminta Tak Mudik, Gubernur Sumbar: Jika Rindu Randang dan Lamang Tapai Bisa Dikirimkan
Baca juga: Lamang Tapai, Jajanan Tradisional Khas Minangkabau yang Digemari saat Ramadhan
Selain itu, imbuhnya saat pada Bulan Ramadhan juga terdapat banyak pedagang yang menjual jajanan khas ini.
"Pembuatan lamang membutuhkan waktu sekitar 3 jam lebih kurang. Dimana bahan-bahannya terdiri dari beras ketan, santan kelapa, bambu, dan daun pisang," kata Samsuardi.
Kata dia, proses awal memasak lamang adalah dengan mencuci beras ketan dengan direndam, lalu dimasukkan daun ke dalam bambu untuk pelapis.
Lebih lanjut, giliran beras ketan yang dimasukkan ke dalam bambu yang sudah ada daun pisangnya.
"Barulah setelah itu baru dimasukkan santan hingga diletakkan di perapian untuk mematangkan adonan di dalam bambu tadi," jelas Samsuardi.
Samsuardi menyebutkan, proses selanjutnya menunggu lamang matang dengan rata.
"Agar jadi matang dan rata hasil memasaknya, jadi lamang ini harus dibalik dengan selama beberapa waktu di perapian," katanya.
Samsuardi menyebutkan, untuk bambu yang digunakan bukanlah semua bambu dapat digunakan.
Namun, bambu yang khusus untuk membuat lamang dengan panjang sekitar 50 cm.
"Makanan lamang ini banyak disantap masyarakat saat bulan Ramadhan ini. Banyak yang menyediakannya untuk berbuka puasa," ujarnya.
Sejauh ini lanjutnya sebagian masyarakat Sumbar khususnya Kota Padang merasakan belumlah lengkap apabila belum menikmati sajian lamang saat berbuka puasa Bulan Ramadhan.
Dijelaskannya, kebutuhan lamang juga terjadi saat menyambut Hari Raya Idul Fitri sebagai menu spesial.
"Seperti menjalang ke rumah mertua, atau persediaan saat Hari Raya Idul Fitri untuk tamu yang datang," katanya.
Samsuardi mengatakan, setiap harinya dapat memasak lamang sebanyak 40 sampai 50 batang yang dijual di 4 gerobak dagang.
"Kalau menjelang Hari Raya Idul Fitri bisa sampai 200 sampai 300 batang dalam waktu satu hari. Biasanya yang memasang dari masyarakat sekitar untuk dibawa ke rumah mertua yang ada di luar Kota Padang," sebutnya.
Baca juga: Resep dan Cara Memasak Lamang Baluo, Jajanan Tradisional Asal Sicincin Padang Pariaman
Baca juga: Berburu Lamang Tapai Saat Ramadan di Kota Padang, Nikmati Cita Rasanya
Omzet Meningkat
Sejauh ini omzet yang didapatkan Samsuardi (48) saat bulan Ramadhan juga meningkat sekitar 80 persen dari biasanya.
"Kalau untuk omzet bisa sampai 2 juta dalam satu hari. Dimana, satu batang lamang Rp 40 ribu, dan untuk tapai atau tape 1 kilogram Rp 50 ribu," kataya.
Namun, untuk satu porsi lamang tapai dihargai Rp 15 ribu.
"Kami menjual di gerobak dagang yang tersebar di dekat UPI, By Pass, Siteba, dan Tarandam," ujarnya.
Ia mengaku sudah melakoni pekerjaan memasak lamang tapai untuk dijual lebih kurang selama 10 tahun
"Saya mempelajarinya dari Maninjau, dimana ini merupakan tradisi leluhur," sebutnya.
