MTQ Nasional
Cerita Arian Nor, Qari Difabel Netra Banjarmasin di MTQ Nasional, Khawatir Hal Ini saat Tampil
Satu di antara cabang yang diperlombakan adalah tilawah cacat netra yang berlangsung di Gedung Rohana Kudus, Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar).
Penulis: Rizka Desri Yusfita | Editor: Saridal Maijar
"Jikapun serak biarlah, tapi saya berusaha," ucap anak bungsu dari empat bersaudara ini.
Saat namanya dipanggil, Arian fokus saja naik ke mimbar itu melaksanakan tugasnya membacakan ayat suci Alquran.
Dia tak perlu lagi memikirkan takut serak.
Dalam kompetisi ini, tata tertib yang harus ditaati oleh para peserta sebelum tampil di panggung, terlebih dahulu dewan hakim akan memberikan isyarat terhadap para peserta untuk kemudian dipanggil dan disilakan menuju ke panggung.
Ketika duduk di panggung untuk tampil, para peserta harus memperhatikan bunyi bel sebagai petunjuk teknis.
Jika bel berbunyi satu kali, peserta memulai penampilannya.
Baca juga: Gempa Kembali Guncang Padang, Penonton MTQ Nasional Cabang Fahmil Quran Berhamburan Keluar
Sementara bel berbunyi dua kali, sebagai tanda jika waktu penampilan segera berakhir.
Bel ketiga kalinya, peserta disilakan mengakhiri lantunan ayat Al-Quran-nya.
Arian juga mengaku khawatir bunyi bel-nya terlalu keras sehingga membuat ia kaget.
"Saya kagetan orangnya, tapi Alhamdulillah panitia mengatur bel sudah sangat baik, sehingga saya mendengar tidak terlalu pelan dan tidak juga terlalu keras," kata Arian.
Arian sudah bertahun-tahun belajar Alquran.
Ia bersyukur, pelatih sangat setia mengajarkan dia Alquran dari nol.
"Dari suara hancur sampai sekarang. Alhamdulillah bisa dipercaya Kalsel untuk maju ke sini (Padang-red) silaturahmi dan bertemu qori dan qoriah," tutur Arian.
Baca juga: Pedagang Berjualan di Lokasi Venue MTQ Nasional, Raih Omset Rp 500 Ribu Per Hari
Belajar Alquran, kata Arian, yang penting punya semangat.
Dia bercerita awalnya ia belajar Alquran. Ketika datang ke pelatih, ia jujur suaranya tidak mumpuni.