Orang Tua ABK Kapal China Mimpi Anaknya Pulang dengan Wajah Bintik-bintik Hitam
Orang tua dari ABK kapal China yang terjun kelaut bermimpi anaknya datang ke rumah dengan wajah berbintik hitam.
Penulis: Rezi Azwar | Editor: Mona Triana
"Terakhir komunikasi itu, dia bercerita kalau dia tidak betah berada di atas kapal."
"Diduga adanya perlakuan yang tidak mengenakkan di atas kapal tersebut. Karena itu hanya saya dengar dari yang selamat asal Tiku, Padang Pariaman, Sumbar," katanya.
• 51 Penumpang dan Awak Kapal Ambu-ambu Dikarantina dan Menunggu Hasil Tes Swab
Ia menceritakan, sudah diingatkan agar jangan melakukan hal yang tidak-tidak, apalagi untuk meloncat ke laut.
Namun, dijelaskannya, setelah itu tidak ada komunikasi lagi, karena sinyal tidak selalu ada.
Ia mengatakan, dari pengakuan dari yang selamat bernama Wido Firmando yang terjun ke laut sehabis berkelahi dengan ABK asal China.
Dikatakannya, karena anaknya tidak enak badan, lalu ditendang oleh ABK asal China sehingga terjadi perkelahian.
Ia mengatakan, anaknya kalah banyak, karena ABK asal Indonesia ada enam orang dan ABK asal China ada 12 orang termasuk kapten kapal.
• Kegiatan Operasional di Teluk Bayur Tetap Berjalan Normal, Kunjungan Kapal Asing Berkurang
"Katanya habis dia berkelahi dengan ABK China. Sehingga, memutuskan untuk terjun ke laut dan membawa semua barang-barang dengan posisinya berada di perbatasan Malaysia - Singapura," katanya.
Ia menjelaskan, empat orang terjun lebih dahulu, sedangkan Adithya dan Sugiyana tujuh menit setelahnya.
Namun, hingga saat ini tidak ditemukan keberadaannya.
Ia menjelaskan, Wido Firmando tidak melihat Adithya dan Sugiyana melompat.
Namun, diketahui kalau Sugiyana sedikit takut untuk terjun.
• Kegiatan Operasional di Teluk Bayur Tetap Berjalan Normal, Kunjungan Kapal Asing Berkurang
"Empat orang diselamatkan oleh Maritim Malaysia, dan dua orang tidak ditemukan."
"Saat ini barang-barang anak saya ada bersama Wido Firmando. Namun, dia tidak mau memberikannya karena barang dia ada sama anak saya," katanya.
Basrizal yang bekerja sebagai buruh pabrik itu mengaku tidak bisa bekerja, karena pikirakannya terus teringat anak sulungnya.
Ia merasa tidak fokus untuk bekerja. Dalam seminggu hanya masuk sekitar dua hari.
"Ke mana lagi saya akan melapor, saya sudah mengirim surat ke Kapolri dan Kementerian Luar Negeri. Saya berharap anak saya kembali pulang," katanya. (*)