Persoalan di Papua, Buya Syafii Maarif: Pemerintah Harus Lakukan Pendekatan Psikoantropologi
Terkait situasi di Papua, Mantan anggota Dewan Pertimbangan Presiden Syafii Maarif angkat bicara.
Penulis: Rizka Desri Yusfita | Editor: Saridal Maijar
Laporan Wartawan TribunPadang.com, Rizka Desri Yusfita
TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Terkait situasi di Papua, Mantan anggota Dewan Pertimbangan Presiden Syafii Maarif angkat bicara.
Menurutnya, pemerintah harus melakukan pendekatan psikoantropologi untuk menghadapi persoalan di Papua.
"Papua masuk (bergabung) dengan Indonesia bukan sejak perjuangan 1945, bukan bersama-sama dengan Aceh, tapi belakangan.
Itu harus dipahami sehingga memerlukan pendekatan khusus," kata Syafii Maarif di Padang, Selasa (3/9/2019).
• Ketua Adat Papua, Lenis Kogoya Serukan Harus Bersatu untuk Bicarakan Kedamaian di Papua
Lebih lanjut ia menambahkan, pendekatan psikoantropologi yang dimaksud adalah pemerintah harus paham betul dengan masyarakat Papua.
"Pemerintah harus paham betul dengan rakyatnya. Mulai dari asal usul mereka, kulturnya, dan tingkat pendidikannya.
Itu harus dipelajari semua. Namun itulah yang kurang selama ini," ujar Syafii Maarif.
• 4 Bule Australia Ikut Demo Papua dan Kibarkan Bendera Bintang Kejora, Imigrasi Deportasi Mereka
Selain hal tersebut, juga harus tetap ada pendekatan sosial ekonomi, di samping pendekatan psikoantropologi.
"Tingkatkan kearifan lokal dan kearifan nasional. Kita harus selamatkan Papua itu," ucap Syafii Maarif.
Sementara, jika ada pihak luar negeri yang menunggangi aksi di Papua, kata Syafii Maarif, itu tidak akan berhasil jika internal bangsa Indonesia dari dalam kuat.
"Kalau pihak luar berani mengobok-obok kita, itu artinya kita lumpuh dari dalam. Namun selama bangsa kita kuat, itu pasti tidak akan berhasil.
• Akibat Rusuh di Papua, Dikabarkan 7 Toko Milik Perantau Minang Terbakar
Nah, mudah-mudahan kita belum lumpuh. Menurut saya kita belum lumpuh," kata Syafii Maarif.
Terkait adanya wacana referendum, Syafii Maarif mengatakan hal tersebut diinginkan oleh pihak sana (Papua).
"Itu mau mereka begitu. Tapi lihat, itu nanti ada perundingan antara Jakarta dan Papua.
Dalam perundingan, harus saling memberi dan menerima.
Serta juga harus tetap meningkatkan kearifan nasional dan lokal," tutup Syafii Maarif.(*)