Kisah Kakek Firmus yang Jadi Pemulung di Padang, Sudah 23 Tahun Tak Pulang Kampung ke Nias
Kakek Firmus yang bekerja sebagai pemulung di Padang, sudah 23 tahun tak melihat kampung halamannya di Nias, Sumatera Utara.
Penulis: Rizka Desri Yusfita | Editor: Saridal Maijar
Serta barang bekas dalam bentuk lain masing-masingnya 5 kg.
Firmus merinci harga barang bekas yang dikumpulkannya, untuk kardus harga Rp 1.300 per kg.
• BREAKING NEWS: Gempa 3,6 SR Guncang Pariaman Sumbar, Tidak Berpotensi Tsunami
• Zinedine Zidane Dinilai Pintar karena Pilih Tinggalkan Kursi Pelatih Real Madrid
Untuk kaleng harganya Rp 1.500 per kg, sedangkan kertas lebih mahal sedikit yaitu Rp 2.500 per kg.
Akan tetapi jarang Firmus mendapatkan barang bekas berbahan kertas.
Firmus menerima pasrah pekerjaan dia saat ini.
"Pekerjaan lain tidak ada. Jikapun ada lowongan, tidak ada yang menerima orang tua seperti saya," kata Firmus.
Meskipun selalu bertemankan sampah, lalat, dan bau menyengat tiap harinya, Firmus mengaku tak pernah ingin berhenti dari pekerjaannya.
• Zinedine Zidane Dinilai Pintar karena Pilih Tinggalkan Kursi Pelatih Real Madrid
• Viral di Facebook, Aksi Heroik Pengguna Tol Selamatkan Ibu dan Dua Anak yang Terjebak Banjir
"Saya sudah tua, Nak. Mau cari pekerjaan lain, sudah tidak diterima. Tenaga tidak ada lagi," ceritanya.
Laki-laki yang pernah mempunyai cita-cita bisa membeli rumah dan tanah ini, bercerita dia tak punya harapan lagi untuk meraih apa yang dicita-citakan.
"Uang dari mana? Untuk bayar sewa rumah Rp 7 juta setahun saja saya ikut julo-julo (arisan) atau pinjaman koperasi," kata laki-laki berkacamata ini.
Dia juga bercerita ketika beras habis, terpaksa ia harus menjual kardus seadanya untuk membeli beras.
Sesekali saat perjalanan memulung, Firmus diberi uang oleh orang-orang yang lewat.
"Katanya untuk beli sarapan," ujar Firmus sambil melihatkan uang sakunya.
Bekerja sebagai pemulung, Firmus tak pernah bisa merasakan mudik ke kampung halamannya sejak 23 tahun lalu.

Itu tak terlepas dari keterbatasan ekonomi yang dialaminya.