Cuaca Ekstrem di Sumbar

BMKG Ungkap Fenomena IOD dan Awan Cumulonimbus Picu Cuaca Ekstrem di Sumbar

BMKG memprediksi curah hujan di wilayah Sumbar akan terus meningkat dan mencapai puncaknya pada November 2025. 

Penulis: Muhammad Afdal Afrianto | Editor: Rezi Azwar
Ilustrasi TribunPadang.com/Fuadi Zikri
CUACA SUMBAR- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Minangkabau mengungkap penyebab meningkatnya intensitas hujan disertai angin kencang di sejumlah wilayah Sumatera Barat (Sumbar) dalam beberapa hari terakhir. BMKG memprediksi curah hujan di wilayah Sumbar akan terus meningkat dan mencapai puncaknya pada November 2025.  

TRIBUNPADANG.COM, PADANG – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Minangkabau mengungkap penyebab meningkatnya intensitas hujan disertai angin kencang di sejumlah wilayah Sumatera Barat (Sumbar) dalam beberapa hari terakhir.

Kepala BMKG Stasiun Minangkabau, Desindra Deddy Kurniawan, mengatakan fenomena tersebut dipicu oleh kombinasi faktor global dan lokal, salah satunya karena pengaruh Indian Ocean Dipole (IOD) yang kini berada pada fase negatif.

“Saat ini nilai anomali IOD mencapai minus 1,2, tergolong cukup tinggi. Kondisi ini menyebabkan peningkatan uap air di wilayah barat Sumatera yang memicu awan hujan dalam jumlah besar,” ujar Desindra Deddy Kurniawan saat diwawancarai TribunPadang.com, Senin (6/10/2025).

Menurut Desindra, anomali IOD negatif membuat udara di Samudra Hindia bagian barat Sumatera menjadi lebih lembab.

Baca juga: 11 Kelurahan di Kota Solok Diterjang Badai, Wako Ramadhani Sebut 46 Rumah Terdampak

Ditambah lagi, suhu muka laut di kawasan itu kini terpantau lebih hangat dari biasanya, sehingga memperkuat proses penguapan.

“Ketika suhu laut menghangat, penguapan meningkat dan terbentuklah awan-awan konvektif, termasuk awan cumulonimbus. Awan inilah yang menjadi pemicu utama hujan lebat, angin kencang, bahkan potensi petir di Sumbar,” jelasnya.

Desindra menjelaskan, sejak akhir September lalu wilayah Sumbar secara umum telah memasuki musim penghujan.

Hal ini turut meningkatkan frekuensi kejadian hujan deras dan angin kencang di berbagai daerah seperti Kabupaten Sijunjung dan Kota Solok.

Baca juga: Heboh Suara Dentuman Misterius di Cirebon Diduga Meteor Jatuh, Ini Fakta Sebenarnya

“Sekarang seluruh daerah Sumbar sudah memasuki musim hujan, bahkan tipe ekuatorial satu seperti di Pesisir Selatan dan Pasaman Barat hampir tidak mengalami musim kemarau. Jadi potensi hujan tinggi akan terus berlangsung hingga Maret 2026,” tambahnya.

BMKG memprediksi curah hujan di wilayah Sumbar akan terus meningkat dan mencapai puncaknya pada November 2025. 

Karena itu, masyarakat diimbau agar meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, genangan air, jalan licin, dan pohon tumbang.

“Puncak musim hujan di Sumbar terjadi pada November. Kami harap masyarakat lebih berhati-hati, terutama pengendara, dan hindari berteduh di bawah pohon, baliho, atau tiang listrik saat hujan deras disertai angin,” imbaunya.

Baca juga: Pemko Padang Hidupkan Kembali Fungsi Surau sebagai Pusat Pembinaan Anak dan Remaja

Desindra menegaskan bahwa awan cumulonimbus (Cb) masih berpotensi tumbuh di wilayah Sumbar selama masa peralihan ini. Awan jenis ini bisa menyebabkan hujan sangat lebat, petir, hingga angin kencang berdurasi singkat.

“Selama musim penghujan dan masa transisi seperti sekarang, awan Cb akan sering muncul. Masyarakat disarankan untuk terus memantau informasi peringatan dini dari BMKG,” tutupnya. (TribunPadang.com/Muhammad Afdal Afrianto).

Sumber: Tribun Padang
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved