Cuaca Buruk di Padang

Perlawanan Senyap Warga Padang Melawan Banjir Rob yang Datang Setiap Tahun

Di tengah ketidakpastian iklim, warga Purus Atas memiliki sistem peringatan dini yang dibangun dari pengalaman turun-temurun.

Penulis: Panji Rahmat | Editor: Rezi Azwar
TribunPadang.com/Panji Rahmat
BANJIR ROB- Masyarakat di Purus Atas, Rimbo Kaluang, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang, saat melakukan aktivitas normal setelah dua hari lalu harus membersihkan rumah pasca banjir rob akibat pasang air laut dari sore hingga malam, Selasa (11/11/2025). 

Bagi Yusni, banjir rob ini sudah menjadi satu kesatuan dengan perjalanan hidupnya, karena solusi jelas dari pemerintah tak kunjung datang.

Baca juga: Cuaca Laut Padang Belum Stabil, Nelayan Jangan Melaut Terlalu Jauh dari Daratan

Perubahan pun terjadi secara mandiri, warga mulai mengaplikasikan kearifan lokal dalam praktik pembangunan.

"Kalau warga yang baru melakukan pembangunan, mereka langsung memasang pondasi lebih tinggi, supaya aman," kata Yusni.

Cara lain ditunjukkan oleh Yulit (48), ia memilih untuk menerima keadaan ketimbang menyalahkan pemerintah.

Penerimaan itu diterjemahkan menjadi kewaspadaan dengan mempersingkat waktu tidur.

Yulit dan keluarganya bergantian untuk berjaga saat perhitungan bulan nelayan menunjukkan tanda bahaya.

Tujuannya hanya satu, agar ada yang sigap membangunkan keluarga lain untuk mengevakuasi barang jika air naik, terutama jika pasang naik diikuti hujan yang tak terduga.

“Bahkan dulu pernah kami harus sampai mengungsi kalau airnya terlalu tinggi,” tuturnya.

Ia menegaskan, semua antisipasi ini murni dari pengalaman setiap tahun, bukan dari sosialisasi pemerintah.

Analisis Pengamat: Bencana Gabungan dan Kelalaian

ANCAMAN BANJIR BANDANG: Ketua Forum Daerah Aliran Sungai (DAS) Sumatera Barat, Isril Berd, saat diwawancarai setelah rapat dengan BPDAS Agam Kuantan, Selasa (9/9/2025). Forum DAS Sumbar harapkan komitmen bersama dari stakeholder terkait untuk mengantisipasi ancaman banjir bandang di aliran Batang Anai.    
ANCAMAN BANJIR BANDANG: Ketua Forum Daerah Aliran Sungai (DAS) Sumatera Barat, Isril Berd, saat diwawancarai setelah rapat dengan BPDAS Agam Kuantan, Selasa (9/9/2025). (TribunPadang.com/Fajar Alfaridho Herman)

saat masyarakat berjuang sendirian, para ahli melihat bencana ini sebagai gabungan fenomena alam dan tanggung jawab yang terabaikan.

Prof Isril Berd, Pengamat Lingkungan dari Universitas Andalas, menegaskan bahwa banjir rob yang terjadi di Padang adalah hasil pertemuan dua volume air besar, pasang air laut akibat fenomena alam dan aliran air dari darat menuju muara.

Baca juga: Produksi Padi Daerah Tanah Datar dan Lima Puluh Kota Merosot Tajam di Tahun 2025

"Kalau pasang saja yang naik, ya itu fenomena alam, mau gimana lagi. Tapi kalau dipadukan dengan volume air dari darat ini baru bencana alam," jelas Prof Isril.

Menurutnya, pemerintah memiliki peran krusial dalam normalisasi arus sungai.

Mulai dari memastikan tutupan bekas pembukaan lahan di hulu sudah steril, mengurangi pembukaan lahan, hingga menjaga kawasan hijau di sepanjang bantaran sungai hingga ke muara.

Sumber: Tribun Padang
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved