Berita Populer Sumbar

POPULER SUMBAR: Kisah Mantan Pelaku Ilegal Logging di Tapan dan Kapal Mati Mesin di Mentawai

Editor: Fuadi Zikri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Proses evakuasi nelayan yang mengalami mati mesin kapal di Kepulauan Mentawai, Sumbar, Minggu (18/6/2023).

Setelah hampir tujuh tahun bekerja membawa kayu gelondongan ilegal logging, Rahmadi berhenti dan memulai untuk fokus berladang.

Rahmadi saat ini memiliki ladang durian, jengkol dan karet dan dari hasil ladang tersebut Rahmadi dapat memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari.

Rahmadi Chaniago (kanan) saat berada di ladang yang dikelolanya di Tapan, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat (TribunPadang.com/Mona Triana)

"Dua anak saya sudah bekerja dan mereka turut membantu kebutuhan sehari-hari saat ini," kata Rahmadi yang memiliki empat anak.

Bagi Rahmadi, hutan adalah sumber kehidupan dan warisan bagi anak cucu di masa datang dan karena itu hutan harus dijaga kelestariannya.

Menjaga kelestarian hutan sangat penting karena hutan memberikan berbagai manfaat bagi bumi dan kehidupan manusia. Hutan merupakan salah satu ekosistem yang paling kompleks di bumi. Hutan berfungsi sebagai tempat tinggal bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang saling bergantung satu sama lain.

Ketika hutan rusak atau dijarah, keseimbangan ekosistem terganggu, yang dapat mengakibatkan kepunahan spesies dan kerugian yang tak terhitung jumlahnya dalam jaringan kehidupan.

“Saya menjaga rimba karena dari hati, tumbuh dari hati,” ungkapnya.

Sejak 2016 Rahmadi mulai menjaga hutan kawasan TNKS di Tapan secara suka rela dan bergabung dalam kelompok PHBN.

Rahmadi masuk dan keluar hutan untuk melihat apakah ada yang melakukan penebangan liar.

Kawasan Hutan di Tapan Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat (TribunPadang.com/Mona Triana)

“Dulu itu rimba seperti pasar pagi orang ke rimba untuk kerja menarik balok, memotong kayu pakai alat senso,” katanya.

Agar kawasan hutan TNKS di Tapan tetap terjaga keasriannya, Rahmadi melakukan sosialisasi kepada warga dengan cara berunding dan mengajak warga untuk tidak lagi menebang pohon karena itu sangat merugikan.

Hal ini tentu tidak mudah dilakukan, sering kali Rahmadi mendapat penolakan dari warga yang masih bekerja sebagai pelaku pembalakan liar dengan alasan ekonomi.

Saat ini Rahmadi sudah bergabung menjadi anggota Masyarakat Mitra Polhut (MPP) Resort Lunang.

Kendati demikian, Rahmadi tak menapik bahwa masih ada di kawasan TNKS yang melakukan penebangan liar meskipun ada para cukong kayu yang ditangkap, tetapi tidak membuat cukong-cukong lainnya jera.

Rahmadi sadar jika hutan tidak dijaga dan pembalakan liar dibiarkan akan mengakibatkan hal buruk seperti banjir, longsor yang merusak lingkungan dan kehidupan masyarakat banyak di sekitar kawasan TNKS.

Halaman
1234

Berita Terkini