Petani Bawang Solok

Kisah Sukses Petani Bawang Merah Solok: Mahmud Sukses Kuliahkan 2 Anaknya Jadi Sarjana

kebiasaan rata-rata petani bawang merah di Nagari Salimpek, rutinitas memberikan pestisida untuk tanaman bawang merah dilakulan

Penulis: Ghaffar Ramdi | Editor: Rahmadi
TribunPadang.com/Ghaffar Ramdi
BAWANG MERAH SOLOK - Bawang merah menjadi komoditi unggulan oleh petani di Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Tidak jarang ditemukan bahwa petani di Lembah Gumanti bisa menyekolahkan anaknya hingga sarjana hanya dari bertani bawang merah. 

"Kalau hasil panen bagus dan hasilnya memuaskan, untuk seluruh hasil kebun saya bisa menghasilkan 3-4 ton bawang merah paling banyak," ujar Mahmud.

TribunPadang.com, mencoba untuk melakukan penghitungan sendiri dari hasil panen bawang merah milik mahmud jika dikalikan dengan harga bawang merah saat ini yaitu Rp45 ribu per kilogram di Kecamatan Lembah Gumanti.

Total, hasil penjualan yang bisa diterima Mahmud dari hasil penjualan bawang merah miliknya jika hasil panennya sebanyak 3 ton adalah Rp135.000.000 atau setara satu unit mobil LCGC baru.

"Kalau dibelikan semuanya ke mobil tentu dapat, kan kita juga harus mengeluarkan modal dan persiapan untuk masa tanam kembali," kelakar Mahmud ketika TribunPadang.com menyebut hasil panennya bisa membeli sebuah mobil LCGC.

Baca juga: Harga Bawang Merah di Padang Naik, Pedagang Sebut Bisa Tembus 52 Ribu per Kilo

Mahmud mengungkapkan, selama dirinya menanam bawang merah, tidak semua hasil penjualan dinikmati, melainkan ditabung untuk modal kembali.

Karena dirinya menyadari, bahwasanya hasil panen bawang merah tidaklah selalu tetap, bisa berubah karena faktor cuaca, penyakit tanaman dan lainnya.

"Putaran uangnya selalu begitu, setelah dijual nanti modal dikeluarkan seluruhnya untuk masa tanam kembali, setelah itu lebihnya baru untuk kebutuhan rumah dan keluarga," terang Mahmud.

Dirinya menyebut, di rumah ia hidup bersama dua orang putranya, karena istrinya sudah meninggal dunia. Namun, berkat hasil pertanian dirinya sukses mengantarkan dua anaknya menjadi sarjana di salah satu kampus negeri di Kota Padang.

"Alhamudulillah, hasil pertanian bisa mengantarkan anak-anak saya sarjana keduanya. Mereka pun saat ini juga menggeluti bidang yang sama dengan saya, yaitu menjadi petani. Tentunya dengan cara mereka sendiri," imbuh Mahmud.

Baca juga: Harga Bawang Merah Naik Jadi Rp45 Ribu di Pasar Bawah Bukittinggi, Stok Tetap Melimpah

Di akhir pembicaraan dengan TribunPadang.com, Mahmud menyebutkan bahwa menjadi petani tidaklah selalu menyenangkan seperti kata orang-orang, petani harus siap rugi ketika tanaman rusak, harga anjlok dan keterbatasan modal karena biaya perawatan tanaman bawang merah tidaklah murah.

Walaupun dalam satu tahun, dirinya bisa panen tiga sampai empat kali, harga penjualan di tiap-tiap masa panen akan berbeda, bisa mahal, bisa murah atau hanya untuk balik modal saja.

"Kesabaran menjadi kunci dalam menjadi petani, karena kami tahu sangat bergantung kepada alam dan kondisi cuaca. Belum lagi, setiap tahunnya harga pupuk dan pestisida naik, tentu juga ada penambahan modal dari biasanya," jelas Mahmud.

Sebelumnya, informasi yang TribunPadang.com himpun, Nagari Salimpek, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat adalah salah satu nagari penghasil bawang merah terbaik di Sumatera Barat.

Secara umum, masyarakat di Kecamatan Lembah Gumanti bekerja sebagai petani, khususnya tanaman bawang merah yang nantinya akan dijual ke seluruh daerah di Sumatera Barat. Bahkan dijual hingga ke Riau, Sumatera Utara, Lampung, Bengkulu hingga Pulau Jawa.

Setiap harinya, transaksi penjualan bawang merah di Pasar Sayur Kecamatan Lembah Gumanti selalu dilakukan, karena truk pengangkut sayuran dari Kecamatan Lembah Gumanti beroperasi setiap hari.(*)

Sumber: Tribun Padang
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved