Petani Bawang Solok

Kisah Sukses Petani Bawang Merah Solok: Mahmud Sukses Kuliahkan 2 Anaknya Jadi Sarjana

kebiasaan rata-rata petani bawang merah di Nagari Salimpek, rutinitas memberikan pestisida untuk tanaman bawang merah dilakulan

Penulis: Ghaffar Ramdi | Editor: Rahmadi
TribunPadang.com/Ghaffar Ramdi
BAWANG MERAH SOLOK - Bawang merah menjadi komoditi unggulan oleh petani di Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Tidak jarang ditemukan bahwa petani di Lembah Gumanti bisa menyekolahkan anaknya hingga sarjana hanya dari bertani bawang merah. 

TRIBUNPADANG.COM, SOLOK - Matahari akan memancarkan sinarnya di balik barisan perbukitan yang mengelilingi Nagari Salimpek, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat.

Mahmud telah bersiap menuju ladang bawang merahnya dengan menyalakan motor sembari membawa alat semprot beserta dengan pestisida yang akan digunakan untuk menyemprot tanaman bawang merah miliknya yang sudah berumur satu bulan.

Begitulah, kebiasaan rata-rata petani bawang merah di Nagari Salimpek, rutinitas memberikan pestisida untuk tanaman bawang merah dilakukan dalam waktu satu kali dalam dua hari.

Sekitar pukul 07.00 WIB, biasanya Mahmud sudah berada di ladang bawang merah miliknya sembari mengaduk pestisida tepat di dekat sumber air di ujung ladangnya.

Dirinya saat ini memiliki sekitar setengah hektare ladang bawang merah, dengan rata-rata satu kali penyemprotan untuk seluruh ladang miliknya adalah 16 tangki semprot ukuran 20 liter.

Baca juga: Gotong Royong Satgas TMMD dan Warga Muaro Momong Dharmasraya Bangun Jalan Penghubung

Mahmud tidak sendiri, biasanya dirinya dalam proses penyemprotan akan dibantu oleh saudaranya, setidaknya 16 tangki air tadi akan dibagi dua, satu orang sekitar delapan tangki semprot.

"Kalau satu orang saja untuk 16 tangki air tentu saya tidak sanggup, kalaupun sanggup bisa seharian menyelesaikan semuanya," katanya saat dijumpai TribunPadang.com, Selasa (29/7/2025).

Mahmud mengatakan bahwa modal yang ia keluarkan untuk seluruh lahan miliknya saat ini mulai dari proses awal pengolahan hingga panen jika ditotal sudah Rp20 jutaan.

"Biaya paling besar dalam menanam bawang merah adalah pembelian pupuk dan pestisidanya untuk perawatan. Dari seluruh modal yang keluar, lebih dari setengahnya hanya untuk modal saja," ujarnya.

Kendati, umur bawang merah dari proses tanam hingga panen tidak terlalu lama, hanya sekitar 75-85 hari hingga panen, namun perawatan bawang merah sangat banyak.

Baca juga: Harga Cabai Merah Naik Jadi Rp41.000 di Pasar Bawah Bukittinggi Sumbar

Terlebih menurut Mahmud, ketika bawang merah sudah memasuki masa generatif yaitu ketika memasuki umur 30 hari hingga 60 hari, peratawan bawang merah sangat ekstra dirinya lakukan.

"Memasuki umur tanaman seperti itu biasanya lebih rentan terkena penyakit seperti timbul hama seperti ulat, busuk daun hingga pengaruh kabut dari cuaca yang bisa membuat bawang merah menjadi rusak daunnya," terang Mahmud.

Di masa generatif ini, biasanya petani akan memberikan perhatian ekstra kepada tanaman bawang merah miliknya. Juga, di masa seperti ini biaya untuk pembelian pestisida membengkak karena bermacam-macam yang diaplikasikan ke tanaman bawang merah.

Melewati masa generatif, ketika sudah memasuki masa pembuahan, menurut Mahmud dirinya sudah merasa agak tenang karena hasil jerih payahnya dalam merawat tanaman bawang merah miliknya sudah menampakkan hasil.

Baca juga: HUT ke-80 RI, Pemenang Sayembara Logo Adalah Bram Patria Yoshugi: Karya Terbaik Anak Bangsa

Jika kondisi tanaman dalam kondisi bagus, bisa diprediksi bahwa dari setengah hektare alahan bawang merah miliknya, sekitar 100 karung lebih hasil panen bisa dirinya bawa ke rumah.

Halaman
12
Sumber: Tribun Padang
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved