Kabupaten Sijunjung

Kenestapaan Pengrajin Anyaman Pandan Padang Laweh Sijunjung, Harus Bertahan di Tengah Sapuan Zaman

Hasil dari anyaman pandan sangat beragam seperti tikar (lapiak), tas (kombuik), sandal, bungkus kalamai, kotak tisu dan lainnya.

|
Penulis: Arif Ramanda Kurnia | Editor: Rezi Azwar
TribunPadang.com/Arif Ramanda Kurnia
PENGRAJIN ANYAMAN PANDAN- Pengrajin Anyaman Pandan bernama Cinta (74) saat membuat anyaman dari daun pandan di Jorong Koto, Nagari Padang Laweh, Kecamatan Koto VII, Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat, Sabtu (26/7/2025). Hasil dari anyaman pandan sangat beragam seperti tikar (lapiak), tas (kombuik), sandal, bungkus kalamai, kotak tisu dan lainnya. 

TRIBUNPADANG.COM, SIJUNJUNG - Perkembangan zaman kian modern dan tantangan ekonomi semakin berat mengakibatkan keberadaan pengrajin anyaman pandan di Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) terus berkurang.

Namun masih ada sekelompok orang masih terus bertahan demi menjaga tradisi yang telah diwariskan turun-temurun.

Salah satunya Eli Damarni warga Jorong Koto, Nagari Padang Laweh, Kecamatan Koto VII, Kabupaten Sijunjung.

Perempuan berusia 64 tahun itu masih cekatan dalam menganyam dari pandan yang dipelajarinya sedari kecil puluhan tahun yang silam.

Baca juga: Sungai di Batu Taba Agam Alami Pendangkalan, Warga Cemas Ancaman Galodo dan Minta Pengerukan

Saat berkunjung ke kediamannya pada Sabtu (26/7/2025) terlihat pandan kering yang siap dianyam terletak di pojok dinding.

Beberapa hasil anyaman juga tertumpuk di depannya seraya masih melanjutkan anyaman yang lain.

Tangan dengan kulit cokelat terlihat menari lihai menganyam sembari ia berbicara tanpa terlalu melihat anyaman itu.

Di sana bisa terlihat kepandaian yang telah dilakukan berpuluh tahun.

Baca juga: Akibat Curah Hujan Tinggi, Pesisir Selatan Dilanda Longsor, Banjir, Jalan Terban dan Pohon Tumbang

Dibalik lensa kacamata yang ia kenakan sesekali melihat pola anyaman tergantung produk apa yang mau dibuat.

Eli (64) menuturkan ia telah mulai menganyam semenjak kecil yang sudah diajari oleh neneknya.

“Waktu kecil sudah diajari oleh inyiak (nenek) kalau ada yang salah langsung diperbaiki bahkan sering juga dibawa mengambil daun pandan untuk dianyam,” katanya.

Perempuan di Padang Laweh dahulunya sangat erat dengan anyaman pandan bahkan penilaian seorang perempuan rajin bisa terlihat dari sana.

Tolak ukur melihat perempuan yang rajin dahulu lanjut Eli, digambarkan melalui keterampilan menganyam.

Baca juga: Sempat Lumpuh Akibat Truk Terperosok di Agam, Jalan Bukittinggi-Pasaman Kini Kembali Normal

Sekarang para pengrajin anyaman daun pandan semakin berkurang sebab pemasaran dan harga yang anjlok.

Hasil dari anyaman pandan sangat beragam seperti tikar (lapiak), tas (kombuik), sandal, bungkus kalamai, kotak tisu dan lainnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Padang
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved