Radar Tsunami di Pariaman Ditolak Warga
Radar Tsunami Rp28 Miliar di Pariaman Ditolak Warga, Dinilai Abaikan Sosialisasi dan Izin Nagari
Gelombang penolakan keras mewarnai rencana pembangunan High Frequency (HF) Radar tsunami di kawasan Pantai Anas Malik, Lohong, Pariaman Tengah
Penulis: Panji Rahmat | Editor: Mona Triana
TRIBUNPADANG.COM, PARIAMAN – Gelombang penolakan keras mewarnai rencana pembangunan High Frequency (HF) Radar tsunami di kawasan Pantai Anas Malik, Lohong, Pariaman Tengah, Kota Pariaman, Sumatera Barat.
Warga menolak proyek daru Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pusat itu, lantaran merasa digusur tanpa sosialisasi yang memadai.
Radar HF ini direncanakan akan dipasang 10 meter dari bibir pantai, membentang sepanjang 300 meter dan selebar 30 meter.
Di area seluas itu, akan berdiri 16 tiang pemancar dan dua bangunan permanen untuk operasional radar serta sumber listrik.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pariaman, Radius Syahbandar, menjelaskan bahwa alat ini memang diprioritaskan untuk dibangun di Kota Pariaman, Padang Pariaman, dan Kota Padang.
Baca juga: Tim Pengabdian Masyarakat dan Magister Psikologi UNP Latih Warga Mentawai Hadapi Gempa dan Tsunami
Ketiga lokasi ini dianggap zona berbahaya karena ancaman megathrust dengan potensi gempa bumi 8,9 magnitudo dan tsunami setinggi 15 meter.
Awalnya, lokasi yang dipilih adalah Nagari Katapiang, Batang Anai, Padang Pariaman, dan kawasan Pantai Padang, Kota Padang.
Namun, proyek tersebut dialihkan karena adanya bentrokan sinyal antara HF Radar dengan radar penerbangan.
“Karena di Katapiang tidak bisa, maka dilakukan survei ulang. Bertemulah titiknya di Pantai Anas Malik Kota Pariaman,” ujar Radius, usai operasi gabungan pensterilan lokasi pemasangan radar pada Selasa, 15 Juli 2025.
Menurut Radius, pemilihan lokasi di Pantai Anas Malik disambut baik pemerintah setempat, dengan pertimbangan latar belakang geografis dan profesi mayoritas masyarakat Pariaman sebagai nelayan.
Ia meyakini, hibah HF Radar tsunami ini akan membawa dampak positif bagi sektor pariwisata dan ekonomi.
Baca juga: Wali Kota Fadly Amran Ikuti Rakor Kebencanaan Latgulbencal untuk Skenario Gempa Bumi dan Tsunami
Berdasarkan informasi dari BMKG, HF Radar tsunami merupakan perangkat pendeteksi gelombang laut (tsunami), pemantauan arus laut, dan keberadaan ikan pelagis secara real time.
Kehadirannya diharapkan mendukung upaya mitigasi bencana tsunami, keamanan transportasi laut, dan sektor perikanan.
Radar ini beroperasi pada pita frekuensi 3 hingga 30 MHz, dengan memancarkan sinyal radio dan menganalisis pantulannya dari permukaan laut.
"Data dari HF Radar ini bisa diakses masyarakat melalui aplikasi dari BMKG setiap saat," kata Radius.
7 Fakta Penolakan Radar Tsunami Rp28 M di Pariaman, Pemerintah Klaim Demi Keselamatan dan Ekonomi |
![]() |
---|
Radar Tsunami Picu Konflik di Pariaman, Pemerintah Klaim untuk Kebaikan Bersama |
![]() |
---|
KAN Pasa Pariaman Kecam Proyek HF Radar: Hak Adat Dilanggar, Pedagang Digusur Tanpa Sosialisasi |
![]() |
---|
Pedagang Wanita Pariaman Lawan Penggusuran, Berjuang Bela Hak Dalam Pembangunan Radar Tsunami |
![]() |
---|
Kasat Pol PP Pariaman Laporkan Warga untuk Cegah Aksi Anarkis saat Penertiban Radar Tsunami |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.