Berita Viral

Bukti Juliana Marins Tewas setelah Jatuh di Rinjani, Bukan karena Hipotermia Berhari-hari

Juliana Marins ternyata tewas 20 menit setelah jatuh di jurang Rinjani, bukan karena hipotermia selama berhari-hari.

Editor: Primaresti
Dok. Kansar Mataram
EVAKUASI JULIANA MARINS - Tim SAR gabungan melakukan upaya evakuasi, pada Senin (23/6/2025), untuk menjalankan misi penyelamatan Juliana Marins, turis Brasil yang jatuh ke arah kawah Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat. 

TRIBUNPADANG.COM - Penyebab kematian turis asal Brasil, Juliana Marins (27), terungkap setelah tim dokter RS Bali Mandara selesai melakukan autopsi, Jumat (27/6/2025).

Juliana tewas setelah jatuh ke jurang Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (21/6/2025) dini hari.

Karena sulitnya medan dan cuaca buruk, jenazah Juliana Marins baru bisa dievakuasi pada Rabu (25/6/2025) dan langsung dilakukan pemeriksaan.

EVAKUASI JULIANA MARINS - Tim SAR gabungan melakukan proses evakuasi terhadap Juliana pendaki asal Brasil yang jatuh saat mendaki Gunung Rinjani, Lombok, NTB, Senin (23/6/2025).
EVAKUASI JULIANA MARINS - Tim SAR gabungan melakukan proses evakuasi terhadap Juliana pendaki asal Brasil yang jatuh saat mendaki Gunung Rinjani, Lombok, NTB, Senin (23/6/2025). (Dok. Humas Kantor SAR Mataram)

Dokter Spesialis Forensik RS Bali Mandara, Ida Bagus Putu Alit, menegaskan bahwa hipotermia bukan menjadi penyebab kematian Juliana Marins.

Hal ini sekaligus membantah narasi yang menyebutkan Juliana Marins dibiarkan bertahan hidup selama empat hari di Rinjani tanpa adanya bantuan air dan makanan.

Bahkan, dokter mengatakan bahwa Juliana Marins hanya bisa bertahan sekira 20 menit setelah terjatuh ke dalam jurang.

"Kalau kita perkirakan paling lama 20 menit," kata Dokter Ida Bagus, Jumat (27/6/2025), dikutip dari YouTube Kompas TV.

Baca juga: Pemandu Juliana Marins ke Rinjani Diperiksa Polisi, Ali Musthofa: Saya Sudah Berusaha Mati-matian

Sebagai informasi, pada saat jatuh pertama kali di sekira kedalaman 300 meter, Juliana Marins masih menunjukkan tanda-tanda kehidupan.

Namun kemudian, tim penyelamat menemukan tubuh Juliana Marins sudah tidak bergerak di kedalaman 600 meter.

Berdasarkan autopsi, kematian Juliana disebabkan luka karena benturan keras, sehingga menyebabkan pendarahan banyak, terutama di bagian dada.

"Kalau kita lihat, yang paling parah adalah berhubungan dengan pernapasan, yaitu ada luka-luka terutama di daerah dada, dalam dada bagian belakang, punggung ya, itu yang merusak organ-organ di dalamnya," ungkapnya.

Dokter juga mengungkapkan bahwa Juliana mengalami banyak luka lecet di tubuhnya karena terjatuh, bahkan di kepalanya juga.

"Kalau kita lihat dari pola lukanya, karena luka lecet geser, itu sesuai dengan terjatuh, (lukanya) tersebar di seluruh tubuh, terutama di daerah punggung, kemudian juga di anggota gerak atas dan bawah, di bagian kepala ada," katanya.

"Pendarahan paling banyak itu ada di rongga dada, otak tidak banyak, hanya pendarahan sedikit saja," sambung dia.

Baca juga: Netizen Brasil Serbu Google Reviews Rinjani Buntut Kematian Juliana Marins, Tapi Salah Gunung

Bukti tak alami Hipotermia

Dokter Ida Bagus menegaskan, penyebab kematian Juliana adalah kekerasan benda tumpul yang dialaminya akibat terjatuh ke jurang ratusan meter di Gunung Rinjani.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved