Opini
Menikam Jejak dan Mengembalikan Kejayaan Kopi di Nagari Pagadih
Penggalakan kembali penanam kopi di nagari ini menjadi bagian dari pemaksimalan potensi lahan yang ada di Nagari Pagadih.
Jefri Nurrahman, fasilitator yang mendampingi masyarakat Pagadih untuk pemberdayaan masyarakat menyebutkan, aspek historis dari keberadaan perkebunan kopi di Pagadih merupakan klaim historis yang digunakan untuk kembali menggalakkan penanaman kopi. Merujuk pada informasi dari peta, ia bersama masyarakat bahkan telah menelusuri titik-titik yang dahulunya menjadi lokasi penanaman kopi. Hasilnya ditemukan ditemukan sejumlah pohon kopi dengan diameter 34 sentimeter.
Penanam Kopi Kembali dan Upaya Memaksimalkan Potensi Lahan
Berdasarkan data dari Lembaga Pengelolaan Hutan Nagari (LPHN) Pagadih, terdapat satu kebun percontohan yang disepakati untuk budidaya kopi dengan dua varietas. Kebun tersebut dikelola oleh Datuak Sinaro pada lahan seluas lebih kurang 1 hektare. Sebagian dari lahan yang dikelola tersebut di antaranya merupakan bagian 768 hektare Perhutanan Sosial yang ada di Nagari Pagadih. Kebun percontohan ini ditanami dua varietas kopi, yaitu varietas Robusta lokal (Situjuah) dan BP 358.
Baca juga: Wakili Sumbar, KUPS Agroekoeduwisata Pesona Pagadih Ikuti Festival Pesona KLHK di Jakarta
Selain dikelola perorangan, budidaya kopi di juga dilakukan oleh kelompok yang tergabung dalam KUPS Argo Forestry Alam Merdeka yang didirikan pada 17 Agustus 2023. Kelompok yang berada di bawah LPHN Pagadih ini melakukan budidaya kopi pada lahan yang notabenenya merupakan tanah kaum mereka masing-masing.
Muhammad Riko Datuak Bagindo Kali yang merupakan Ketua LPHN Pagadih menyebutkan, KUPS Argo Forestry Alam Merdeka dijalankan oleh 10 orang anggota. Pada awalnya, setiap anggota kelompok ini masing-masingnya menamam sekitar 150 batang kopi dengan varietas BP 358. Lebih lanjut, setelah beberapa waktu berselang, kelompok ini juga melakukan pembibitan varietas Robusta Situjuah hingga 8.000 ribu bibit yang kemudian ditanam pada lahan anggota kelompok.
Setelah lebih kurang dua tahun berselang, rata-rata kopi tersebut sudah mulai berbuah dan bahkan beberapa di antaranya sudah ada yang bisa dipanen, walaupun dalam jumlah yang terbatas.
Setelah dimulai oleh KUPS dan Datuak Sinaro, pemerintah nagari menyebutkan belakangan sejumlah masyarakat juga tertarik untuk menanam kopi pada lahan mereka masing-masing. Setidaknya terdapat sekitar 10 orang masyarakat yang secara keseluruhan telah menanam lebih kurang sebanyak 2.500 bibit kopi.
Dalam hal ini, para petani di Nagari Pagadih terlihat mulai merespon kebutuhan pasar akan kopi. Merujuk pada artikel Bisnis.com yang ditayangkan pada 25 Maret 2025, disebutkan produksi kopi di Sumbar masih tergolong rendah, sekalipun untuk skala nasional Sumbar berada pada peringkat 10 besar. Sementara itu, jika melihat permintaan pasar, kopi-kopi dari Sumbar mulai diminati dan sudah mulai menembus pasar internasional.
Baca juga: Penas Tani XVI di Padang, KUPS Nagari Pagadih Agam Pamerkan 3 Produk Ramah Lingkungan
Setelah lebih dari seratus tahun sejak Pagadih ditanami kopi secara masal, petani kembali bergeliat untuk menggalakkan penanaman kopi. Sejauh ini, memang belum semua masyarakat menjadikan kopi sebagai tanaman utama di kebun mereka. Akan tetapi, sejumlah kebun yang dikelola sudah mulai menampakkan hasil. Harapannya tentu saja hal tersebut dapat menjadi pemantik bagi masyarakat untuk ikut menjadi bagian dari petani kopi, yang tentu saja bermuara pada kesejahteraan ekonomi masyarakat.***
Islam dan Disabilitas: Keteladanan Nabi, Hak Setara untuk Semua |
![]() |
---|
Citra Masakan Padang Terjun Bebas: Antara Gengsi dan Perang Harga Murah! |
![]() |
---|
Program Sertifikasi Tanah Gratis: Menata Ulang Akses dan Keadilan Tanah Ulayat di Sumatera Barat? |
![]() |
---|
Menyelami Pesan Politik: Siapa yang Akan Masuk Kabinet Prabowo? |
![]() |
---|
Perilaku Digital Lansia |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.