Citizen Journalism

Opini Makan Gulai Bantai: Tradisi Unik, dan Silaturahmi Muda-mudi Sambut, Lebaran di Padang Pariaman

TANPA terasa sebentar lagi bulan suci Ramadhan akan berakhir dan disambut oleh hari suka cita yaitu hari Raya Idul Fitri. Hari raya Idul Fitri adalah

Editor: Emil Mahmud
Magang FIB/Wahyu Saptio
MAKAN GULAI BANTAI - Selama ini makan gulai bantai merupakan tradisi silaturahmi saat lebaran yang hanya ada di Kabupaten Padang Pariaman, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar). Tradisi unik dan ajang silaturahmi muda-mudi ke rumah mempelai perempuan, yang baru menikah. 

Orang yang akan mengundang makan gulai bantai akan menyampaikan undangan secara lisan kepada perangkat kampung, biasanya kepada Kapalo Mudo (perangkat adat) dan Ketua Pemuda.

Lalu perangkat kampung inilah nantinya yang akan menyampaikan kepada seluruh pemuda- pemudi. Tidak ada batasan untuk siapa yang ikut makan gulai bantai, yakni dipersilakan bagi warga mulai anak-anak hingga orang dewasa, baik lelaki maupun perempuan. 

Sebelum pergi makan gulai bantai ke rumah pengantin baru perempuan, orang kampung biasanya berkumpul terlebih dahulu disatu lokasi, biasanya di rumah pengantin laki- laki.

Setelah itu barulah berangkat ke rumah pengantin perempuan. Ada yang berangkat naik mobil ataupun motor, tetapi biasanya para pemuda lebih memilih untuk naik motor.

Jika orang makan gulai bantai berangkat, terlihat seperti konvoi panjang yang memenuhi jalan. Konvoi dan suasana bersama diatas motor inilah yang memiliki sensasi berbeda, sebab para pemuda- pemudi kampung pergi bersama dan hanya dilakukan di hari raya saja. 

Hal unik lainnya dari tradisi ini adalah ketika sampai di lokasi, sebelum masuk ke rumah mempelai perempuan, tuan rumah akan menembakkan bedil laras panjang ke langit sebanyak tiga kali.

Bedil ini punya Muncak (perangkat adat bagian buru babi) yang sudah mendapatkan izin dari kepolisian, biasanya dipergunakan untuk senjata buru babi. Mengingat izin kepemilikan senjata api tidak boleh sembarangan, penembakan bedil tiga kali ke langit hari ini diganti dengan petasan saja.

 Maksud dari bunyi bedil atau letusan petasan tadi adalah untuk memberitahu warga sekitar bahwa di kampung itu sekarang kedatangan tamu makan gulai bantai. Setelah bedil atau petasan ditembakkan ke langit, barulah tamu yang datang dibawa masuk ke dalam rumah.

Di dalam rumah, tamu yang datang disuguhkan dengan hidangan lebaran lengkap, seperti Randang, Kalio, Soto, hidangan kue tradisional dan buah- buahan.

Sebelum makan, tuan rumah akan berbasi basi dengan Pasambahan (petatah petitih Minangkabau) terlebih dahulu dengan tamu yang datang, setelah pasambahan selesai barulah semua tamu menyantap hidangan yang telah disuguhkan.

Semua makanan yang dihidangkan adalah jamuan tuan rumah, tamu yang datang tidak ada membayar sepeserpun. Setelah makan dan berbincang bincang, tamu pun mohon pamit untuk pulang kepada tuan rumah.

  

MAKAN GULAI BANTAI - Selama ini makan gulai bantai merupakan tradisi silaturahmi saat lebaran yang hanya ada di Kabupaten Padang Pariaman, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar). Tradisi ini dilakukan ke rumah mempelai perempuan, yang baru menikah.
   MAKAN GULAI BANTAI - Selama ini makan gulai bantai merupakan tradisi silaturahmi saat lebaran yang hanya ada di Kabupaten Padang Pariaman, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar). Tradisi ini dilakukan ke rumah mempelai perempuan, yang baru menikah. (Magang FIB/Wahyu Saptio)

Plus Minus Tradisi

Walaupun kaya akan nilai- nilai positif, tradisi ini tidak jarang juga menimbulkan dampak negatif sebagai berikut;

Pertama, bagi tuan rumah, seringkali karena gengsi agar makan gulai bantai tetap dilaksanakan, tidak jarang tuan rumah yang mengalami kekurangan ekonomi rela meminjam atau berutang ke orang lain. 

Utang ini tentu saja menyulitkan keluarga kedepannya, sebab makanan yang disiapkan untuk orang sekampung, tentu saja membutuhkan banyak uang. Akhirnya hal ini menjadi beban berat juga bagi tuan rumah, sebab selalu dibayanngi tagihan utang.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved