Citizen Journalism
Opini Makan Gulai Bantai: Tradisi Unik, dan Silaturahmi Muda-mudi Sambut, Lebaran di Padang Pariaman
TANPA terasa sebentar lagi bulan suci Ramadhan akan berakhir dan disambut oleh hari suka cita yaitu hari Raya Idul Fitri. Hari raya Idul Fitri adalah
TANPA terasa sebentar lagi bulan suci Ramadhan akan berakhir dan disambut oleh hari suka cita yaitu hari Raya Idul Fitri. Hari raya Idul Fitri adalah hari kebahagiaan seiring menyambut momentum kemenangan pada hari yang fitrah.
Setiap orang memiliki cara tersendiri dalam menyambut hari raya, begitu pula dengan tradisi yang ada di setiap daerah, salah satunya adalah tradisi Makan Gulai Bantai yang ada di Kabupaten Padang Pariaman, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar).
Di sebagian telinga orang, istilah Makan Gulai Bantai barangkali sebagian masih asing didengar di telinganya. Lantas bagaimanakah sebenarnya tradisi ini?
Makan gulai bantai merupakan tradisi yang hanya dilakukan saat lebaran Idul Fitri saja. Adapun latar belakang, hingga disebut makan gulai bantai, berikut alasannya.
Pasalnya, daging yang dimasak dan disuguhkan merupakan daging sapi atau kerbau yang dibantai (disembelih) bersama- sama secara gotong royong di suatu kampung sehari sebelum shalat Idul Fitri.
Sapi atau kerbau yang dibantai merupakan hasil dari patungan masyarakat secara kolektif tanpa ada paksaan, artinya boleh ikut iuran dan mendapatkan daging atau boleh juga tidak ikut.
Di Padang Pariaman tradisi ini masih terjaga hingga saat ini, masyarakat lebih suka membeli daging bantai daripada membeli daging ke pasar. Yakni, dengan alasan hendak melihat proses dari awal dan daging bantai bakal lebih banyak ketimbang daging di pasar, meskipun dengan harga yang sama.
Tradisi makan gulai bantai bukan berarti hanya sekedar mengonsumsi daging sapi atau kerbau yang sudah disembelih saja, tetapi lebih daripada itu.
Makan gulai bantai adalah tradisi silaturahmi muda-mudi yakni masing-masing pemuda-pemudi dari kampung pihak pengantin laki-laki, ke rumah mempelai wanita yang baru menikah.
Maksudnya siapapun gadis atau bujangan yang menikah pada tahun ini, maka setelah lebaran nanti akan diadakan makan gulai bantai di rumah keluarga wanita.
Tradisi ini hanya berlaku untuk pengantin gadis dan bujangan yang baru menikah, tidak untuk janda atau duda yang menikah.
Makan gulai bantai memiliki tujuan dan makna yang terkandung di dalamnya, pertama adalah untuk menjalin silaturahmi dengan sesama warga kampung yang belum kenal atau masyarakat yang biasanya di rantau.
Makan gulai bantai inilah momen untuk bertemu, saling mengenal dan mempererat silaturahmi antar warga kampung. Makna yang kedua adalah, menjalin silaturahmi dengan masyarakat serta pihak keluarga tuan rumah.
Karenanya, dapat memperluas hubungan sosial dan relasi masyarakat antar kampung. Makna yang ketiga adalah melambangkan kekayaan adat dan tradisi turun temurun yang masih dijaga oleh masyarakat hingga saat ini. Biasanya keluarga pengantin akan mengusahakan tradisi ini tetap dilaksanakan di rumahnya.
Tidak ada ketentuan waktu pelaksanaan makan gulai bantai, tetapi yang lumrah dilakukan masyarakat adalah dari awal lebaran hingga paling lama sampai sepuluh hari lebaran.
MAN IC Padang Pariaman Menebar Harapan Jemput Masa Depan: Berakit-rakit ke Hulu, Berenang ke Tepian |
![]() |
---|
Kuliah Kerja Nyata: Program Mahasiswa di Indonesia Serupa, Bakti Siswa & Magang Industri di Malaysia |
![]() |
---|
Opini Ruang Kota Tanpa Asap: Car Free Day Antara Negara Serumpun Indonesia & Malaysia |
![]() |
---|
Opini Bahasa Melayu: Bila Percuma di Malaysia, Gratis di Indonesia |
![]() |
---|
UNP Pelatihan Emotional Spritual Question di SMAN 1 Tanjung Mutiara Kabupaten Agam, Sumatera Barat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.