Kuliner

Sajian Makanan Viral: Antara Menu Sehat, atau Sekadar Godaan Sesaat

BEBERAPA tahun terakhir, fenomena makanan viral semakin marak di berbagai platform media sosial. Berbagai hidangan unik dan inovatif muncul silih

Editor: Emil Mahmud
Magang FIB UNAND / Aisa Elvira
MIE PEDAS FAVORIT - Mie Gacoan merupakan salah satu merek kuliner berbasis mie pedas yang tengah viral di Indonesia karena cita rasanya yang khas dan harganya yang ramah di kantong. 

BEBERAPA tahun terakhir, fenomena makanan viral semakin marak di berbagai platform media sosial. Berbagai hidangan unik dan inovatif muncul silih berganti.

Alhasil, menarik perhatian masyarakat dengan tampilan yang menggoda dan klaim manfaat kesehatan yang menggiurkan. 

Namun, apakah makanan viral ini benar-benar menyehatkan atau hanya sekadar tren sesaat yang didorong oleh strategi pemasaran?

Salah satu faktor utama yang membuat makanan viral begitu cepat populer adalah kekuatan media sosial.

Berjutaan pengguna aktif, platform seperti TikTok, Instagram, dan YouTube menjadi sarana efektif untuk memperkenalkan makanan baru.

Video singkat yang menampilkan makanan dengan warna mencolok, tekstur unik, serta klaim kesehatan yang menarik, dapat dengan mudah menarik perhatian dan menggugah rasa penasaran banyak orang.

Selebriti dan influencer turut berperan dalam mempercepat penyebaran tren ini dengan memberikan testimoni atau merekomendasikan produk tertentu.

Meski banyak makanan viral yang diklaim sehat, penting untuk meneliti kandungan sebenarnya sebelum mengonsumsinya.

Beberapa tren makanan memang menggunakan bahan alami dan kaya nutrisi, seperti smoothie bowl yang dibuat dari buah-buahan segar, oatmeal kekinian, atau minuman dengan tambahan kolagen dan protein.

Namun, tak sedikit pula makanan viral yang tinggi gula, kalori, dan zat aditif, tetapi tetap dipasarkan sebagai pilihan sehat.

Misalnya, beberapa varian minuman boba yang diklaim lebih sehat karena menggunakan susu nabati, tetap mengandung kadar gula yang tinggi dan tidak ideal untuk dikonsumsi secara berlebihan.

Selain aspek kesehatan, banyak makanan viral yang bertahan hanya dalam waktu singkat.

Fenomena ini terjadi karena daya tarik utamanya lebih mengandalkan keunikan visual atau konsep baru, bukan pada manfaat jangka panjang.

Contohnya, beberapa tahun lalu, dalgona coffee menjadi tren besar di awal pandemi, tetapi kini sudah jarang ditemukan dalam menu kafe.

Hal ini menunjukkan bahwa daya tarik makanan viral sering kali bersifat sementara dan mudah tergantikan oleh tren baru.

Lantas, bagaimana cara menyikapi tren makanan viral dengan bijak? Kunci utamanya adalah tidak mudah terpengaruh oleh klaim tanpa melakukan pengecekan lebih lanjut.

Periksa komposisi dan kandungan gizi sebelum mencoba makanan yang sedang viral. Jika tujuannya untuk pola hidup sehat, pilihlah makanan yang memang memiliki manfaat nyata bagi tubuh, bukan sekadar tampilan menarik atau sensasi sesaat.

Pada akhirnya, makanan viral adalah bagian dari perkembangan kuliner yang tak bisa dihindari. Meskipun demikian, kita tetap harus cermat dalam memilih apa yang kita konsumsi.

Jangan sampai hanya karena tren, kita mengorbankan kesehatan. Ingat, yang terpenting bukan sekadar mengikuti arus, tetapi memahami apa yang terbaik bagi tubuh kita. (Aisa Elvira, Mahasiswa Sastra Indonesia FIB Unand, yang magang di TribunPadang.com)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved