Merawat Kemabruran Puasa

Dari Religiousness dan Religious Mindedness

Ia merasa lebih merdeka sebagai khalifah karena sikap perhambaan dirinya kepada Tuhan tidak menghalanginya untuk berkreasi dan berinisiatif

Editor: afrizal
TRIBUNNEWS/LENDY RAMADHAN
Menteri Agama RI Nasaruddin Umar 

Penulis: Menteri Agama Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar, MA

Religiousness ketika seseorang merasa dirangkul oleh agamanya.

Keseluruhan pandangan hidup dan prilakunya didominasi oleh ajaran faormal agama.

Seolah-olah ruang, waktu, dan dirinya merupakan satu kesatuan kental dengan ajaran agama.

Sementara di nun jauh di sana (transcendent) Ada Tuhan beserta para malaikat mengawasinya dengan ketat.

Ruang dan jendela untuk mengintip dunia nyata  sangat terbatas karena dikelilingi dan dipenuhi oleh spektrum ajaran agama.

Di sekitarnya seolah dikelilingi daerah terlarang sehingga dinamika dan kebebasan berekspresi menjadi kaku karena terlalu banyak rambu-rambu yang berdiri tegak.

Kreatifitas dan inisiatifnya sebagai khalifah ditenggelamkan oleh kapasitas dirinya sebagai abid (hamba).

Religious minded ketika seseorang merasa merangkul agamanya.

Agama bagaikan berada di dalam genggaman, ke manapun ia pergi selalu bersamanya, namun ia tidak merangkul dirinya melainkan dirinya yang menggenggam agama itu.

Dampaknya, orang akan merasa lebih merdeka dan memiliki hamparan luas dan longgar untuk berekspresi dan berkreasi.

Rambu-rambu pembatas itu tidak berdiri tegak di luar dirinya tetapi melekat di dalam dirinya, sehingga pandangannya luas tanpa terpantul oleh papan-papan perboden keagamaan.

Hidup dan kehidupannya lebih dinamis karena merasa diberikan kebebasan penuh dari ajaran agamanya sendiri.

Pada prinsipnya segala sesuatu boleh selain yang secara khusus dilarang.

Jumlah larangan itu amat sedikit.

Halaman
12
Sumber: Tribun Padang
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved