Kabupaten Sijunjung
Surau Simaung Sijunjung Menyimpan 88 Naskah Kuno Salah Satunya Terbuat dari Kertas Eropa
Kabupaten Sijunjung memiliki sebuah surau lama bernama Surau Simaung tempat ibadah umat muslim.
Penulis: Arif Ramanda Kurnia | Editor: Mona Triana
Teks takwim ini sangat penting dalam konteks wacana Islam lokal Minangkabau, terutama karena perdebatan penentuan awal bulan Hijriah pernah menjadi isu di kalangan ulama Minangkabau pada awal abad ke-20.
Baca juga: Nedia Fitri Resmi Dilantik Jadi Ketua TP PKK Sijunjung, Siap Dukung Program Nasional
Naskah-naskah di Surau Simaung mencatat tiga macam takwim: Khamsiyah (dimulai pada hari Kamis), Rubuiyah (dimulai pada hari Rabu), dan Ahdiyah (dimulai pada hari Minggu).
Takwim Ahdiyah tampaknya tidak digunakan di Minangkabau karena validitasnya yang rendah.
Hingga kini, penganut tarekat Syattariyah masih menggunakan takwim Khamsiyah dan Rubuiyah.
Takwim Khamsiyah digunakan secara umum oleh penganut tarekat Syattariyah di Ulakan, Koto Tuo, dan Calau Sijunjung, sementara takwim Rubuiyah digunakan di Koto Tangah, Padang.
Selain teks takwim, Surau Simaung juga memiliki naskah yang berisi teks takwil gempa dengan uraian yang panjang dan lengkap, berbeda dengan naskah takwil gempa lainnya yang biasanya singkat.
Dalam bidang tasawuf, koleksi Surau Simaung sangat lengkap, termasuk ajaran martabat tujuh karya Syamsuddin Sumatrani, karya Syekh Abdurrauf Singkel, serta naskah tasawuf dari tarekat Naqsyabandiyah yang ditulis oleh Arif Billah Ahmad Ibrahim.
Baca juga: Polisi Ringkus Pencuri CB150R, Pelaku Sembunyikan Motor di Sungai Lansek Sijunjung
Koleksi naskah di Surau Simaung juga mencakup teks pengetahuan tradisional, seperti cara menentukan kecocokan jodoh, mengobati berdasarkan nama, dan meramal jenis kelamin bayi yang dikandung.
Selain itu, ditemukan pula naskah-naskah genealogi tarekat Syattariyah di Minangkabau yang memberikan informasi penting tentang jaringan ulama lokal.
Naskah itu masih tetap digunakan sebagai bahan belajar bagi murid Surau Simaung yang diajarkan langsung oleh A. Malin Bandaro.
“Sampai saat ini, Surau Simaung masih digunakan untuk kegiatan ibadah seperti salat berjamah, wirid dan pengajian yang dikuti oleh berbagai kalangan usia,” ucapnya.
Ia juga mengatakan Surau Simaung berasal dari nama tumbuhan di tepi sungai bernama Simaung yang mana tumbuhan itu masih ada sampai sekarang.
Kompleks Surau Simauang terdapat lima gedung dengan gedung utamanya adalah Surau Tua, Surau Simauang, berdinding kayu, lantai kayu, dan atap seng lancip.
Kemudian didukung empat gedung lainnya, yakni pustaka mini tempat penyimpanan file-file/ manuskrip kuno.
Rumah tempat tinggal imam Surau, serta fasilitas kompleks pemakaman dan Surau Baru masih bernama Surau Simauang tempat ibadah sehari-hari.
Harga Bawang Merah Anjlok di Pasar Sijunjung, Bawang Putih Stabil, Cabai Merah Malah Meroket |
![]() |
---|
Tingkatkan Pelayanan pada Masyarakat, Sekda Sijunjung Launching Program ASN Baik |
![]() |
---|
Peringati Maulid Nabi, Pemkab Sijunjung Gelar Syiar Dakwah Bersama Pemegang Sanad Al Quran 5 Qiroah |
![]() |
---|
Ketua SOIna Sijunjung Resmi Buka Lomba Renang SSC Ceria III di Kolam Renang Sungai Karang |
![]() |
---|
Kapolres Sijunjung Pimpin Sertijab Dua Kasat dan Satu Polsek |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.