Ramadan 2025
Palai Bada dan Lompong Sagu Laris Manis di Padang, Warung Buk Ani Diburu Pembeli Saat Ramadan
Palai bada dan lompong sagu menjadi salah satu makanan paling dicari selama bulan Ramadan. Kedua makanan khas Minang
Penulis: Rezi Azwar | Editor: Rahmadi
TRIBUNPADANG.COM, PADANG – Palai bada dan lompong sagu menjadi salah satu makanan paling dicari selama bulan Ramadan. Kedua makanan khas Minang ini laris dibeli warga sebagai menu berbuka puasa.
Palai bada atau dikenal dengan makanan pepes ikan bumbu khas Minang ini banyak dicari masyarakat yang akan digunakan sebagai menu berbuka puasa. Palai bada biasa dimakan dengan nasi setelah berbuka puasa.
Sedangkan, untuk makanan lompong sagu juga banyak dicari masyarakat sebagai menu berbuka puasa. Hal itu dikarenakan lompong sagu adalah makanan yang manis dan sangat cocok untuk berbuka puasa.
Makanan yang mudah ditemui di Provinsi Sumatera Barat, khususnya di Kota Padang ini cukup banyak dijual pada saat bulan suci Ramadan, begitu juga pada hari biasanya.
Salah satu warung yang menjualnya yakni Lompong Sagu Buk Ani di Jalan Kuranji, atau simpang sebelum Jembatan Kuranji, Kelurahan Korong Gadang, Kecamatan Kuranji, Kota Padang.
Baca juga: Kapolres Pasaman Barat Bagi-Bagi Ratusan Takjil ke Pengendara di Depan Mapolres
Selain menjual lompong sagu, juga terdapat palai bada balado, palai bada karambia, lapek sagan/oncong-oncong, lapek sagu, lapek pisang, dan lamang baluo.
salah seorang pembeli, Tri (29) mengatakan dirinya datang membeli lompong sagu sebagai menu berbuka puasa bersama keluarga di rumah.
"Di sini sudah terkenal, karena rasanya enak. Lompong sagu ini rasanya juga manis, jadi sangat cocok untuk dijadikan sebagai menu berbuka puasa," ujar Tri saat ditemui di warung Buk Ani pada Selasa (4/3/2025).
Nurjani panggilan Ibu Ani (56) mengatakan untuk yang paling dicari oleh masyarakat pada saat bulan suci Ramadan adalah palai bada dan lompong sagu.
"Untuk lompong sagu bahan-bahan dasarnya adalah pisang, kelapa parut, gula merah, dan tepung sagu," kata Nurjani.
Awalnya pisang dikupas, dihancurkan, dan diberi garam secukupnya. Kemudian diaduk dengan kelapa parut, setelah dicampur dibungkus dengan menggunakan daun pisang.
Baca juga: Kapolres Pasaman Barat Pantau Harga Sembako, Pedagang Diminta Tidak Timbun Barang
Namun, pada saat prose pembungkusan dimasukkan potongan kecil gula merah ke dalam adukan pisang dan kelapa parut tadi.
Setelah dibungkus dengan daun pisang, barulah dibawa ke perapian untuk dibakar. Apinya tidak boleh terlalu panas, agar daun pisang yang membungkusnya tidak hangus terbakar.
Nurjani menyebutkan, jika dibakar dengan menggunakan api yang cukup besar, hanya menghanguskan daunnya. Namun, untuk bagian dalamnya tidak matang merata.
"Proses pembakaran 5 sampai 10 menit. Kita juga harus membolak-balikkannya, agar masaknya merata. Setelah itu, sudah bisa dijual dengan harga Rp2000," katanya.
Baca juga: PSU Pilkada Pasaman Ditetapkan Digelar 19 April 2025, Pendaftaran Paslon 7-9 Maret

LSM dan Ormas Berbagi Takjil, hingga Aksi Damai di Pinggir Jalan Bagindo Aziz Chan Kota Padang |
![]() |
---|
Doa Akhir Ramadhan Rasulullah, Memohon Keberkahan dan Dipertemukan Kembali dengan Ramadhan |
![]() |
---|
Lapas Suliki Undang Keluarga Warga Binaan Ikuti Bukber, Kamesworo: Melepas Rindu dan Kehangatan |
![]() |
---|
Korem 032/Wirabraja Undang Anak Yatim, Hadiri Bukber Beserta Gubernur, Forkopimda dan Awak Media |
![]() |
---|
Panduan Salat Kafarat: Tata Cara dan Niat di Hari Jumat Terakhir Bulan Ramadhan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.